Rabu, 24 November 2010

[Membuat ] Hidup [Saya] Sesederhana Facebook

Saya yakin Anda pasti pernah menghadapi situasi rumit. Situasi rumit ini bisa terjadi karena beberapa sebab. Bisa karena memang masalah yang dihadapi begitu kompleks namun tidak jarang sebenarnya kita sendiri yang membuatnya nampak rumit.

Rumit dan tidaknya suatu masalah sebenarnya tergantung darimana kita melihat dan menyikapinya. Kadang (dan lebih sering) masalah yang kita hadapi nampak begitu rumit karena terbungkus kekhawatiran-kekhawatiran yang cenderung berlebihan. Padahal sesuatu yang nampaknya sulit sering kali karena belum dicoba. Perasaan khawatir dan takut lebih menguasai daripada logika.

Ya, seperti saya. Saya termasuk orang yang seperti itu. Mengkhawatirkan hal-hal yang akan terjadi. Waspada dan antisipasi itu perlu, namun jika berlebihan yang terjadi justru seperti ini. Segala sesuatu yang sederhana menjadi ribet dan rumit jika sudah di tangan saya.

Saya sedang berusaha menerapkan hidup itu simpel, sederhana. Sesimpel facebook.

1. CONFIRM
Bertemu dan menerima orang yang memang ingin dimasukan dalam friend list.

2. IGNORE
Bertemu orang yang dikenal maupun tidak dikenal dan tidak ingin dimasukan dalam friend list. Cukup tahu saja

3. REMOVE FROM FRIEND
Duh orang ini mulai mengganggu kehidupan saya. Hehehehe

4. BLOCK THIS PERSON
Orang ini mulai sangat mengganggu. Aarrrghh

5. (Kombinasi) REMOVE FROM FRIEND dan BLOCK THIS PERSON
Adalah orang-orang yang cukup membuat saya menyesal mengenalnya.Kehadirannya sangat mengganggu saya.

Ya… saya sedang berusaha membuat hidup saya sesimpel itu. Diam-diam tetap bergerak. Karena diam saya bukan berarti saya tidak berpikir. Karena DIAM belum tentu TAK
PEDULI.

*saat muak melihat orang-orang suka MEMBUAT keruh keadaan dan orang-orang BERTOPENG.

KHM NO.4, Rabu, 24 Nopember 2010
04:12:25

Selasa, 23 November 2010

Lagi Lagi Dia

Ahh... Lagi-lagi dia lagi-lagi dia...
Siapakah dia?
Dia yang semakin membuatku MALES *catet udah di BOLD,CAPITAL lagi,menunjukkan kejengkelan saya.
Siapakah dia?
Dia yang selalu sotoy, 4L@y, lebay, mengomentari hal-hal yang dia tidak tahu. Menjudge dan menimbulkan masalah baru.
Ahh.. lagi-lagi dia...

Sabtu, 20 November 2010

(Saya hari ini #2)

Saya hari ini

Seperti kapas

Laksana selembar tisu


Mudah terhempas


Saya hari ini

Masih sama seperti waktu itu

Dengan lingkar panda yang tak kunjung menghilang


Saya hari ini

Merasa kembali ke saat itu

Melihat kebahagiaan hanya semacam bayang-bayang


GS Lt4, 19 Nov 2010

15:59:25

Dilarang Bicara

Kejadian ini terjadi sekitar seminggu yang lalu. Pada sebuah web yang sama dimana teman saya pernah menumpahkan unek-uneknya, muncul lagi unek-unek atau lebih tepatnya sebuah pertanyaan yang umum ditanyakan yaitu kejelasan dari sebuah perekrutan “buruh”.

Pertanyaan yang wajar ditanyakan, bagaimana standar penerimaan? Ketika ada kenyataan bahwa ternyata suatu pendaftar tidak memenuhi standar maka pastinya dia tidak bisa menempati jabatan yang dibutuhkan, yang akhirnya posisi itu kosong. Namun, kenyataan menurut si penyampai unek-unek adalah tiba-tiba muncul seseorang yang entah dia akan memenuhi posisi yang kosong yang mana.

Menurut saya pribadi wajar ketika ada orang yang bertanya semacam itu, dan dia juga menyampaikanya pun di tempat yang memang selayaknya seseorang menyampaikan segala unek-uneknya. Saya rasa itu tempat yang tepat daripada berkoar-koar di tempat ga jelas. Ibaratnya jika kita dalam sebuah keluarga, kita merasa tidak nyaman dengan salah satu anggota keluarga kita, kita lebih baik mengkritiknya langsung,bukan menggosip dengan tetangga.

Namun yang terjadi adalah pihak yang bertanggungjawab untuk menjawab pertanyaan si penyampai unek-unek justru merasa si penyampai unek-unek ini kurang ajar, dan merasa itu merupakan bentuk pembangkangan atau apalah. Padahal menurut saya, dari segi bahasa pun si penyampai unek-unek ini menyampaikannya dengan biasa saja tidak ada kalimat penghinaan atau apa. Dan saya yakin tidak sedikit yang memiliki pertanyaan ini, hanya saja mungkin mereka sama seperti saya lebih memilih diam daripada bervokal. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, karena dari yang saya dengar salah satu pihak yang bertanggungjawab justru meminta atasan si penyampai unek-unek untuk menegur atas tindakan si penyampai unek-unek.

Saya tidak tahu bagaimana kelanjutannya, yang saya sayangkan,ketika itu sudah muncul di sebuah forum, kenapa tidak dijelaskan secara gamblang. Sudah banyak orang yang membaca, dan dengan berhentinya tanpa kejelasan membuat orang menjadi memiliki spekulasi macam-macam.

Entahlah..

KHM No.4, Jumat, 19 Nopember 2010
00:45:18

(Belajar Kepada) Ikan Salmon

Kali ini saya ingin menceritakan tentang seekor salmon dari teman saya. Jangan membayangkan saya diberi hadiah ikan salmon *apa salmon termasuk jenis ikan yang dipelihara?hihihi atau ditraktir makan ikan salmon *ini sih ngarep. Ini tentang perumpamaan yang dia katakan dan entah dari mana sumbernya.

Minggu kemarin,seperti biasa saya mewek-mewek, kesal, kecewa, dan marah. Saya rasa efek PMS (Pre Menstruasi Syndrome)yang begitu dahsyatnya *doh lebay!!!, saya menelepon teman saya ini, ngobrol kesana kemari, menghilangkan kejengkelan, kemarahan, dan kesedihan, sampai akhirnya kami ngobrol tentang sebuah topik, lingkungan.

Bukan tentang kampanye Go Green, tetapi tentang lingkungan pergaulan kita, lingkungan kerja, lingkungan tempat kita bersosialisasi. Ketika itu saya bercerita, saya suka kesal sendiri, kenapa sih selalu ada orang-orang yang saya sebut penjilat, tukang tipu, dsb. Saya cerita panjang lebar tentang keadaaan-keadaaan yang sering saya lihat, dari hal kecil dan tidak penting sampai hal yang lebih tidak penting lagi. Hehehehe. Contohnya kenapa sih orang itu susah banget mengakui kesalahan, kenapa sih ada orang yang suka “menjilat”, kenapa ada orang yang suka berlindung dibalik jabatan, harta, dan kekuasaan yang dimiliki? kenapa sih orang itu ada yang seperti ini seperti itu?

Dan teman saya menjawab, "itulah hidup". Kenyataan memang seperti itu,yang terpenting kamu bisa jadi ikan salmon. “Ikan salmon?” tanya saya waktu itu.

Jawaban dia, “Iya, ikan salmon, kamu tahu? Ikan salmon itu ikan yang mampu melawan arus, ikan yang selalu berusaha melawan arus saat dia bermigrasi dari laut ke sungai. Seperti sekarang, seandainya kamu berada dalam suatu lingkungan yang kamu tidak nyaman, pertanyaannya, apa kamu bisa merubahnya? Jika belum bisa, setidaknya jangan sampai terbawa arus, jadilah ikan salmon.”

Kalaupun kamu belum bisa merubah suatu keadaan menjadi lebih baik,yang terpenting jangan sampai terbawa arus.
KHM No.4, Rabu, 27 Oktober 2010
1:30:21

Senin, 15 November 2010

Si Pengecut yang Bernyali Ciut

Entah sudah berapa kali, saya menulis sebuah artikel, saya edit, saya perhalus, namun yang terjadi semua malah menjadi absurd. Saya takut apa yang saya tulis berujung sama seperti kasus Prita Mulyasari.
Berulang-ulang, hingga saat ini saya belum berani untuk meng-upload-nya di MP.
Kita hidup di negara yang demokrasi, bebas namun bertanggungjwab. Namun, kenyataannya seperti itukah? Itu yang saya takutkan.
Entah kapan, saya berani mengungkapkannya.
GS Lt.4, Senin, 15 November 2010
08:53:53

Rabu, 10 November 2010

(Saya Hari Ini)

Lihatlah kawan, lingkar mata panda di mata saya telah menjelma menjadi eyeshadow alami. Dampak dari tidur semalam cukup dengan satu jam saja, akibat dari mengalirnya air bening dari sudut mata saya. Tak cukup dengan itu, pagi ini akhirnya saya mampu memasukkan beberapa sendok bubur kacang ijo,akhirnya terisi lagi sejak makan siang kemarin.

Maafkan saya tanpa sadar menyiksa jiwa dan raga.

Kenapa harus menjauh?

Bukankah kita seharusnya seperti lingkaran yang tidak punya titik akhir dan tak berujung.

Kita bukan segitiga dengan 3 titik ujung ataupun segiempat yang mempunyai 4 titik ujung.

GS Lt.4 Rabu, 10 November 2010
07.11

Saya Patah Hati Kawan (Tolong Hiburlah Saya :D)

Saya sedang patah hati kawan. Lihatlah lingkaran mata panda menjadi eyeshadow alami saya pagi ini, dampak dari hanya tidur 1 jam semalam ditambah menangis semalam. Kepala pusing, eneg, badan lemas, akumulasi dari “penyiksaan” saya yang terakhir kali memberi isi perut ini kemarin siang pukul 13.00.
Ya, saya patah hati kawan. Uno, orang yang pertama kali member rasa itu, memtuskan untuk meninggalkan saya. Sakit dan kecewa pasti. Dia hanya mengatakan saya terlalu baik untuk disakiti. Lebih baik sakit sekarang daripada nanti-nanti. Preeett!!!
Teman saya mengatakan, lupakan dia, itu berarti dia telah ada yang memiliki. Tapi sampai saat saya menulis ini, saya belum rela kawan, saya belum ikhlas. I believe that he love me too.
Dia hanya berada di persimpangan, kebimbangan dalam melangkah. Saya akan menunggunya. Karena hanya dia, hanya dia yang mampu menciptakan rasa yang tak terdefinisikan itu.
Saya hanya bisa berdoa, karena pagi ini, tepatnya sejak sebelum shubuh, Ibu menelpon saya dan menasihati “Donga dek, donga. Percaya a Allah bakal ngabulke doámu suatu saat nanti” terjemahannya “Berdoa dek, berdoa. Percayalah Allah akan mengabulkan doamu suatu saat nanti”.
Ibu bilang, kita bebas berdoa apapun kepada Allah, mintalah apapun hanya pada Allah, karena suatu saat nanti Allah akan mengabulkan, mungkin tidak segera, atau secepat yang kita mau, tapi percayalah, cuma Allah yang bisa mengabulkan, termasuk masalah Uno.
Thanks a lot Mom
*there can be miracles when u believe
GS Lt 4, Rabu, 10 November 2010
06:59:47

Selasa, 09 November 2010

Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu

Kutatap dua bola matamu.
Tersirat apa yang kan terjadi
Kau ingin pergi dariku.
Meninggalkan semua kenangan
Menutup lembaran cerita
Oh sayangku...
Aku tak mau...
Ku tahu semua akan berakhir
Tapi ku tak rela lepaskanmu
Kau tanya mengapa aku tak ingin pergi darimu
Dan mulutku diam membisu

Salahkah bila diriku terlalu mencintaimu
Jangan tanyakan mengapa
Karena aku tak tahu
Aku pun tak ingin bila kau pergi tinggalkan aku
Masihkah ada hasratmu? tuk mencintaiku lagi
Apakah yang harus aku lakukan?
tuk menarik perhatianmu lagi...
Walaupun harus
Mengiba agar kau tetap disini

Lihat aku duhai sayangku...

*lagi mellow

Logika yang Tersingkirkan

Pagi ini, saya kembali mendapat kejutan. Kejutan yang sungguh membuat saya kenyang seketika. Kenyang dalam artian saya jadi tidak doyan makan.
Itulah saya, yang terlalu melibatkan perasaan daripada logika. Menilai terlalu cepat dengan perasaan, menyingkirkan logika. Padahal sering yang terjadi hanya semata ketakutan saya semata.
*berharap segera berjumpa hari esok dengan kejutan yang indah
Gs Lt 4, Selasa, 9 November 2010
08:24:56

Senin, 08 November 2010

Saya Hari Ini

Hari ini saya kehilangan senyum dan semangat. Akumulasi dari ketidakikhlasan saya dalam menerima hal-hal yang tak ingin saya terima.
Saya sedang membutuhkan ketenangan, saya sedang membutuhkan suasana yang mampu mengembalikan senyum saya.
Bukan saya enggan mencari, tapi saya terlalu pesimis untuk mendapatkannnya.
Saya butuh Anda. Saya sangat sedang membutuhkan Anda untuk menemani saya saat ini.

GS LT4, Senin, 8 November 2010
08:13:20

Jumat, 05 November 2010

The Four Fingerd Pianist (An Inspiring True Story of Hee Ah Lee)


Rating:
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Kurnia Effendi
Buku karangan Kurnia Effendi ini menceritakan tentang kehidupan seorang pianis istimewa. Terlalu dini untuk menyebutnya biografi. Buku ini menceritakan mengenai Hee Hee Ah. Seorang pianis yang istimewa,karena dia adalah seorang yang memiliki keterbatasan, secara fisik dia adalah menderita lobster clawn syndrome, kaki-nya pun hanya sebatas lutut, selain itu dia juga mengalami down syndrome.
Lobster clawn syndrome adalah dimana jari Hee Ah Lee hanya berjumlah empat layaknya capit kepiting. Keadaan fisik ini sebenarnya sudah diketahui oleh ibunya, Woo Kap Sun, sejak masih dalam kandungan. Bahkan dokter sempat menyarankan untuk menggugurkan saja. Namun, saran dokter ini ditolak. Setelah menikah selama tujuh tahun dan belum mendapatkan anak, memiliki anak adalah sebuah harapan yang selalu ditunggu-tunggu.
Kebiasaan Ibu Hee Ah yang sering mengkonsumsi obat sakit kepala dan obat flu ketika msih hamil muda, diduga kuat penyebab keistimewaan Hee Ah. Ibu Ahh Lee dulunya adalah seorang perawat yang kemudian menikah dengan Wun Bong Lee, seorang tentara Korea yang kemudian lumpuh karena cedera dalam tugas.
Kelahiran Ahh Lee ini tentu sangat dinantikan ibunya, namun tidak bagi keluarga besarnya, bahkan mereka menyarankan agar dibawa ke panti asuhan, karena keadaannya pasti akan menyusahkan dia sendiri. Namun, Ibu Hee Ah menolak. Bayi mungil, berwajah rembulan itu tetap ingin dia rawat. BAyi mungil itu kemudian diberi nama Hee Ah Lee. Hee berarti suka cita atau kegembiraan, Ah adalah tunas pohon yang terus tumbuh, sementara Lee merupakan nama keluarga. Jadi Hee Ah Lee diharapkan akan terus tumbuh dengan perasaan suka cita seperti tunas pohon.
Perkenalan dengan piano sebenarnya karena keinginan ibunya agar jari-jari Hee Ah mampu digunakan secara maksimal. Piano digunakan untuk semacam terapi, karena hingga usia 7 tahun, dia tidak mampu menggenggam. Keterbatasan Hee Ah, justru tak membuat ia diperlakukan istimewa, ia tetap diperlakukan layaknya anak normal lainnya. Keadaan ini membuat ibu Hee Ah melakukan terapi sendiri dengan piano kecil di rumah. Ia bermaksud melatih jari-jari tangan Hee Ah Lee dengan cara menekan tuts piano. Semacam latihan otot motorik, untuk memperkuat jarinya yang lemah itu.
Lagu pertama yang dipelajari Hee Ah adalah Nabiya Nabiya yang berarti kupu-kupu. Lagu anak-anak di Korea yang sangat mudah di hafal, namun bagi Hee Ah ia harus belajar selama tiga tahun hingga akhirnya dia mampu memainkannya dengan baik dan lancar. Sejak saat itu, hampir tiga belas jam sehari dia berlatih piano. Masa sulit pasti pernah dilewati, seperti ketika Ahh Lee mulai bosan bermain piano, namun semua sudah terlewat.Kini pianis istimewa ini mampu sedikitnya menguasai 17 komposisi lagu, 12 diantaranya repektorar piano klasik.
Buku ini mengajarkan kita untuk mensyukuri keterbatasan yang kita miliki, sebab dengan keterbatasan yang kita miliki itu, kadang kita dapat menyadari setiap kelebihan yang terandung di dalamnya. Karena seorang yang memiliki keterbatasan akan berjuang dan sanggup mengatasinya merupakan kekuatan yang menakjubkan.




Lihatlah Lebih Dekat

Kemarin pagi, seorang teman  meminta saya membaca unek-uneknya di sebuah web.  Inti dari yang ingin dia curahkan adalah tentang adanya perbedaan perlakuan hanya karena perbedaan suatu jenjang pendidikan. Ini terjadi di sebuah tempat dimana saya akan menghabiskan waktu kurang lebih 33 tahun untuk menjadi buruh rakyat.
Untuk menjadi buruh seutuhnya, ada berbagai rangkaian kegiatan yang harus kami lakukan. Inilah salah satu wujud nyata perbedaan itu. Perbedaan itu antara lamanya waktu kami untuk memasuki apa yang dinamakan, prajab. Bukan kami iri, yang menjadi pertanyaan adalah apa yang mendasari perbedaan lamanya waktu,  sedangkan saya sempat melihat materi yang diberikan pun tak beda jauh. Sayangnya, saya tak begitu jeli apakah ada materi yang ditambah atau tidak, seingat saya tidak, namun entahlah karena waktu itu saya hanya sambil lalu. Buku pun sama,beda warna sampul saja nampaknya.
Perbedaan berlanjut, mengenai medcheck, saya pribadi belum mengalaminya. Namun, seorang teman pernah cerita, bahwa akan ada perbedaan tempat. Pendapat teman saya, mungkin untuk menghindari  penumpukkan, lalu kenapa tidak dicampur saja, sehingga tidak menimbulkan “kelas”?
Saya pribadi mengalami berbagai pengalaman yang jujur saja membuat saya minder, hanya karena stempel DIII. Sesama kaum DIII pun, jika sebenarnya sudah punya S1, pasti sedikit banyak berbeda perlakuannya. Apakah suatu jenjang pendidikan akan benar-benar menjamin? Jangankan jenjang pendidikan, jurusan, tempat dimana kuliah itu menjadi semacam kelas tersendiri.
Tak usahlah perbedaan jenjang, ingatkah kita ketika SMA, ada kelas IPA,IPS, dan Bahasa. Yakin  deh, pasti yang namanya IPS itu dianggap kelas buangan. Saya pribadi ketika SMA masuk IPS, dan tak jarang banyak yang bertanya ketika saya masuk IPS “kok masuk IPS, bukan IPA?”, biasanya saya menjawab “memang kenapa kalau saya masuk IPS?salah ya?”. Jujur saja saya suka geregetan, SMA masuk IPA, begitu kuliah masuk jurusan komunikasi, ekonomi, dan sederet jurusan sosial yang lain. Huh ga konsisten!!! *ampuunn bagi yang tersindir. Bukannya apa-apa, kadang kita sudah memandang sebelah mata dulu.
Mengapa kita sering menganggap suatu jenjang pendidikan, suatu jurusan, suatu almamater itu menjadi sebuah dasar untuk menilai seseorang? Yang pasti akan berujung pada perbedaan perlakuan. Halloooo, apakah berarti seorang juara olimpiade matematika, fisika, kimia itu lebih pintar dari seorang pianis misalnya?
KHM No. 4, Jumat, 05 Nopember 2010
02:01:31

Ketika Nasi Telah Menjadi Bubur

Waktu akan terus berjalan maju. Tak mungkin sedetik saja kita bisa mengulangnya. Mau tak mau, suka tak suka, dia akan terus berjalan maju. Meninggalkan berbagai jejak kenangan, bahagia maupun kesedihan. Ada kalanya kita berharap, waktu cepat berjalan, dengan harapan hal yang terburuk  yang sedang dialami segera berlalu pula, ada kalanya kita berharap waktu jangan cepat berlalu karena ingin seperti ini terus, hal ini terjadi saat kita bahagia.
Seringkali kita menyesal karena keputusan di masa lalu, dan berharap waktu akan berjalan mundur. Memperbaiki kesalahan di masa lalu, itulah alasannya. Tak jarang, kita berucap “seandainya saja,waktu itu saya seperti ini”, “andai saja waktu bisa diulang”. Saya akui, saya pun kadang seperti itu.
Lalu, apakah dengan seperti itu kita akan menyelesaikan masalah? Bukankah semua yang terjadi itu akan menjadi sebuah pengalaman. Menyesal dengan apa yang sudah terjadi, nasi telah menjadi bubur, ungkapan seperti itulah yang sering kita gunakan.
Apakah kita akan terus terpuruk menyesali semua yang terjadi, mengharap keajaiban sebuah lorong waktu yang mampu membawa kita ke masa lalu, untuk memperbaiki semua. Lalu darimana kita belajar? Mengapa ketika nasi telah menjadi bubur, tidak kita tambahkan saja kuah kaldu, krupuk,kecap, bawang goreng, daun seledri? Dan jadilah bubur ayam.
Itulah yang sebaiknya kita lakukan, daripada kita terus menerus menyesal, toh mau nangis guling-guling bahkan sampai nangis darah, semua yang terlewat tak kan kembali. Biarkanlah semua yang berlalu menjadi sebuah pengalaman, menjadi sebuah dasar langkah kita selanjutnya.
Jadi, tak perlu menyesal dengan apa yang telah terlewat. Karena terbungkus kenangan indah maupun menyedihkan, semua bias menjadi sebuah pelajaran untuk melangkah ke depan.
Saat hati mengharapkan lorong waktu
KHM No.4, Jumat, 05 Nopember 2010
01:19:40

Raditya Dika, dan hal absurd lainnya

http://radityadika.com/

Rabu, 03 November 2010

HEE AH LEE - an exceptional pianist




Hee Ah Lee seorang pianist yang luar biasa. Dengan keterbatasan yang dimiliki, dia mampu menunjukkan sesuatu yang luar biasa. Sebagai seorang dengan keterbatasan secara fisik dan mental, lobster claw syndrome dan kakinya hanya sebatas lutut, serta down syndrome, dia justru menunjukkan keluarbiasaannya.

Selasa, 02 November 2010

Nisa mufti: Childish vs Kedewasaan

http://nisamufti.blogspot.com/2009/05/childish-vs-kedewasaan.html?showComment=1288689012157_AIe9_BGwqSzl6cmkPiH7b39niAedKclDB9AOWInsUgGLLAvr9vL3jhtXxx88M7e4jn8RO891GOOwfq8ZiSu6tulsQTRPUmYnEFQW2N5g0Qt5cWb3jV13yzwf-C7_yovT4DFHOPdAxkY-GqVXanuOpp5MMyWMBY2cmtkF2LO-lnU9CzqRMe3Qjvu1TlfimMUR9ygXnK97t-1Yds3y8z7zEQA1jj4jitDlZmReSvznPjkMzXgX_JI3CrBhVSvXpxmydrT_-Re_x8ukmaFmCQJywFPn3mr5nMQfNbAypUVVqZNTnKQ-9cqjzgKjyt-dI6GaB1bROmwr14pKXRssh7uxanIUJi3Lh5lco7RyPAh4zIW-CTz9-cZ0uK87EBAiHZNv2D2eJlrs3CDfv0mLdhhiCcnSnDvsc68ALPO5BXWVHmeAA5AhYQrzl-wJRqZ03OsniAdStwca7k3yt37X4v9lCa5XKq4QFI_p59ndQznKcbxGkXaDRCvPiY7yEGdjkpv6WBdc5L5r46eh#c6771928658121827831

Dewi Rieka Poenya Euy


http://dedew80.multiply.com/
MP ini milik pengarang AKD the Series. Salah satu pengarang favoritku *semoga mba Dew ga baca. hihihi. Ceritanya ringan, seru,lucu.

winter sonata - my memory




CoRat CoRet AfiN

Myspace Comments, Glitter Graphics at GlitterYourWay.com

Myspace Layouts

Seperti Menggenggam Pasir

Setiap orang pasti mempunyai keinginan, harapan, cita-cita, bahkan bisa berujung obsesi. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Keinginan, harapan, cita-cita adalah pemicu semangat kita untuk melakukan usaha.
Tanpa mengetahui tujuan yang hendak dicapai, tanpa tahu arah yang mana yang kita tuju, masihkah kita tetap bersemangat dan melakuakn segala sesuatunya dengan maksimal.
Sering kita mendengar nasihat  “gantunglah cita-citamu setinggi langit”. Saya tahu, ini merupakan motivasi, agar kita punya cita-cita. Tak ada yang salah dengan nasihat tersebut. Namun, kita adalah manusia, puaskah dengan apa yang sudah diraih? Ketika satu-satu cita-cita yang kita gantung di langit tercapai, puaskah kita? Kemudian ada cita-cita lain di langit yng lain, bukankah di atas langit masih ada langit? Hehehehe
Sekali lagi, saya tidak menyalahkan mempunyai cita-cita yang tinggi, cita-cita yang tak hanya satu,namun satu yang saya khawatirkan, bagimana jika semua itu tak lagi menjadi sebuah motivasi, tak lagi menjadi sebuah semangat, namun menjadikan kita sebagai sosok yang ambisius. Ingin meraih ini dan itu, melakukan segala cara untuk meraih ini dan itu.    
Apa yang salah dengan sosok ambisius? Saya menggambarkan *versi ambisius menurut saya, ambisius, memiliki banyak target dan harapan, mungkin tak banyak masalah jika itu hanya melibatkan dirinya, namun jika dalam mencapai satu harapan itu melibatkan banyak orang? menjadi sosok perfeksionis dan idealis.
Saya pikir semakin banyak yang ingin kita capai semakin erat kita genggam, semakin kita berusaha, semakin kita menggebu-gebu. Lalu seperti menggenggam pasir, semakin banyak yang ingin kita ambil, semakin erat yang ingin kita ambil, justru hanya sedikit yang kita dapat.
Lagi dan lagi saya memandang ini dari sudut pandang saya. Idealis itu tidak masalah asal kita masih bisa menggunakan logika dan nalar *mengutip dari pernyataan seorang teman. Kadang kita “terjebak” dengan cita-cita dan harapan yang terlalu muluk, terlalu banyak, yang tanpa sadar menjadikan kita menjadi sosok yang ambisius.

KHM. No.4,Selasa, 02 Nopember 2010
05:14:30
 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design