Jumat, 25 Februari 2011

Tralalalaa.. deg deg. deg... berasa mau ujian!!!! * Ya Allah lancarkanlah semuanya ... Amin :)

Dag Dig Duueeerrr!!!!

Semalam tak nyenyak tidur. Berkali-kali bangun. Dan herannya mimpinya tetap sama. Ceritanya sih beda tapi yang dimimpiin sama. Hahahahaha
Deg deg kan... cengar-cengir
Hari ini mau ketemu lagi nih!!! Ke kota itu lagi..Haduuhh...
Pokoknya lagunya Sheila SO7 lagiii lahh
Hari telah terganti
Tak bisa ku hindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya
Jantungku berdegup cepat
Kaki bergetar hebat
Akankah aku ulangi merusak harinya
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Beri aku kekuatan
‘tuk menatap matanya
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Kau tahu betapa aku
Lemah dihadapannya
Kau tahu berapa lama
Aku mendambakannya
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Hariku bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
http://akhza.com/liriklagu
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Tiba-tiba saja teringat pertemuan sebelumnya. Teringat dia bilang “lo kenapa sih ga mau lihat gue? Nyesel ya ketemu? Tambah jelek?”
Dooohh...pengen getok deh... Tau ga sihhh? Ini lagi melawan si dag dig dug ituuu...
Hahahhahaha
Ya Allah, semoga hari ini Kau ijinkan aku kembali ke kota itu, kembali bertemu lagi.
Semoga semesta kembali mengijinkan kami bertemu dan melewati hari dengan indah. Amin
Udah ahh ke toilet dulu... *(lagi-lagi) bolak balik pipis gara-gara grogi.
GS LT4, 25 Februari 2011
08:04:00

Rabu, 23 Februari 2011

Sebuah Proses (Belajar pada Pembuatan Keramik)

Saya hanya berniat meluruskan, saya hanya berniat memberi tahu. Saya mungkin bukan ahli-nya, tetapi meskipun sedikit, itu ingin saya bagi. Saya bagi kepada mereka. Saya bagi dalam bentuk “mengingatkan”. Kenapa? Karena saya sayang.

Beberapa waktu yang lalu pun seorang kawan sempat mengirim sms yang isinya,
Tegur jika aku mulai sombong, tegur jika aku mulai angkuh, tegur jika aku mulai salah, karena aku masih butuh sahabat sepertimu hari ini, esok, dan selamanya. Karena sahabat itu seperti bintang, walaupun jauh dia bercahaya, meski kadang menghilang dia tetap ada, tak mungkin dimiliki, tapi tak bisa dilupakan.

Sayangnya... tak selamanya niat baik kita itu disambut baik. Mungkin cara saya yang salah, mungkin waktunya yang kurang tepat, dan mungkin masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang menyebabkan apa yang ingin kita sampaikan menjadi berbeda. Dengan kata lain tujuan kita tidak sampai, dan tak jarang justru menimbulkan selisih paham.

Dampaknya pun kalau tidak sampai maksud dan tujuannya bisa tersinggung, menimbulkan kejengkelan di masing-masing pihak. Ini baru saja saya alami.

Sempat berpikir yaudahlah, nyesel udah ngingetin kalau malah jadi kaya’ gini. Namun seorang kawan bilang, “tugas kita sebagai seorang teman, hanyalah mengingatkan, urusan dia mau menjalani atau tidak, mau mengerti  atau justru sebaliknya, sebaik-baiknya kawan kita tetap harus mengingatkan”. Tapi jujur, pasti ada rasa jengkel bukan ketika niat baik kita disalah artikan.

Lalu apa jawaban teman saya? Dia mengatakan ingatlah selalu cerita tentang keramik yang harus bolak-balik dibentuk, dipanaskan, baru menjelma jadi wujud yang rupawan. Ujian yang bikin kesel, jengkel, dan yang lain itu  sama kaya proses pembakaran keramik. Seolah-olah sakit, padahal setelahnya justru membuat kita jadi makhluk yang lebih baik.

*terimakasih kepada kawan yang tak bosannya meluruskan saya setiap saya mulai berbelok

GS LT4, 23 Februari 2011
08:03:01

Selasa, 22 Februari 2011

Hal-hal SEPELE namun PENTING yang sering diLUPAKAN

Si perfeksionis bangkit lagi. Hehehehe...

Akhir-akhir ini bertemu lagi teman-teman yang bisa diajak diskusi, berbagai hal. Setiap orang mewakili bidangnya. *udah ga beda jauh sama Menteri-menteri di cabinet
Dampaknya, saya mulai lagi pusing dan jengkel sendiri. Kenapa? Ya kesel sendiri kalau ada yang tidak sesuai dengan pandangan saya. Mulai deh ngeluhnya mulai.
Sebenarnya apa sih yang bikin si Afin itu kesel sendiri?
1.    3 Kata ajaib yang banyak dilupakan
Tolong, terima kasih, dan maaf. Kata-kata yang seharusnya gampang banget diucapkan. Tapi, kenyataannya? Hufh..Kesel ga sih kalo ada orang minta tolong tapi ga pernah pake kata TOLONG, ga pernah bilang MAKASIH. Bukannya pamrih.

2.    Buanglah sampah pada tempatnya!!!
Gimana Jakarta ga banjir? Orang gampang banget buang sampah asal lempar aja. Ihh... kalau diingetin jawabannya “Yaelah sebungkus permen juga”. Helloooo... bayangin aja kalau orang satu RT aja, buang sampah sebungkus bungkus permen, dikumpulin. Apalagi kalau seluruh penduduk Jakarta, itu kalau Cuma sebungkus permen, kalau sekotak susu, sebungkus biscuit. Hufh... Ayolah.. kalau ga bawa aja kantong plastik, dimasukin situ dulu, ntar kalau ketemu tempat sampah baru dibuang.

3.    Habiskan makannanmu!!!
Hayooo... siapa yang masih suka ga habis kalau makan? Pleasee read http://afhien.multiply.com/journal/item/61/Kisah_Sebutir_Nasi

4.    Please jangan gampang pake kata AUTIS
Sering sekali saya mendengar “dasar autis”... hanya untuk mengatakan teman kita sibuk sendiri. Please read it http://chikastuff.wordpress.com/2010/04/06/jangan-mengejek-dengan-kata-autis/
Sebenarnya ada blog lagi yang menggambarkan bagaimana seorang ibu menghadapi anaknya yang autis. Sayangnya tulisannya tidak bisa diakses lagi.

Hmm.. apalagi ya?*sok mikir . Diingat-ingat dulu deh, nanti ditulis lagi kalau sudah ingat.
Bukan saya sok, saya paling sempurna. No!! Saya hanya berusaha menerapkan hal-hal kecil, hal-hal yang bagi sebagian orang mungkin tidak penting.

GS LT4, 22 Februari 2011
13:23:10




Kamis, 10 Februari 2011

Saatnya Bukan Lagi Menjadi Pintar Tetapi Cerdas berubah menajdi Kenapa ingin menjadi pintar? Bagaimana dengan cerdas?

Sering kita dengar salah satu doa orang tua untuk anaknya “semoga anakku menjadi anak yang pintar…”. Namun jarang kita dengar (bahkan saya belum pernah dengar ataupun mengetahui) ada orang tua yang mendoakan anaknya, “semoga anakku menjadi anak yang cerdas…”.

Mengapa harus pintar? Mengapa bukan cerdas yang menjadi pilihan? Apa bedanya pintar dan cerdas? Pintar itu diperoleh dari proses pendidikan dan harus memiliki kertas pengakuan (ijazah, sertifikat, ataupun lain sebagainya) sedangkan cerdas merupakan hasil dari proses belajar namun tidak memiliki pengakuan otentik.

Lalu apa bedanya proses pendidikan dan proses belajar? Pada proses pendidikan ilmu diperoleh melalui jenjang pendidikan atau bangku sekolah. Sedangkan pada proses belajar, ilmu itu bisa didapat dari mana saja, tidak harus mengecap bangku pendidikan (belajar dari lingkungan sekitar, belajar dari pengalaman, dan lain sebagainya).

Kenyataan yang terjadi, pintar itu pasti mutlak diakui meskipun yang bersangkutan belum atau tidak dapat dikatakan cerdas. Sebaliknya secerdas apapun orang tersebut tidak mutlak diakui, meskipun yang bersangkutan (pada praktiknya) lebih “pintar” dibandingkan yang pintar.

Kemudian karena perbedaan pintar dan cerdas, ada permasalahan yang timbul di sekitar kita. (meskipun tidak semua) sering kali orang yang disebut pintar bertindak arogan kepada orang yang dapat dikatakan cerdas namun tidak pintar, misalnya timbulnya pertanyaan ataupun pernyataan “pendidikan terakhir Anda apa?”, “masa saya yang harus melakukan hal tersebut? percuma saya sekolah tinggi dan mahal”, “Anda kan cuma seorang SMA / sarjana muda / (tinkgkatan pendidikan yang lebih rendah dari lawan bicara), apa bisa melakukannya??”, atau masih banyak yang lainnya.

Kepintaran seseorang memang mutlak diakui karena memiliki nilai berupa deretan angka-angka atau huruf-huruf, jenjang pendidikan, bahkan tempat dimana seseorang itu memperoleh ilmunya. Akan tetapi jangan selalu memandang sebelah mata terhadap orang yang dapat dikatakan cerdas namun tidak pintar. Memang perlu waktu untuk menilai seseorang dapat dikatakan cerdas karena tidak memiliki deretan angka atau huruf untuk menilai layak atau tidak seseorang disebut cerdas.

Menurut apa yang saya amati memang ada hal mendasar untuk membedakan pintar dan cerdas. Apakah itu????? Jawabannya adalah pintar berkata-kata atau bersilat lidah. Kenapa bersilat lidah? Sebagai salah satu contoh, mungkin anda akan sepakat dengan saya jika anda amati tutur kata orang disebut pintar, lalu amati tutur kata dari orang yang anda anggap cerdas.

Malah banyak dari orang cerdas yang bertindak “TALK LESS, DO MORE”, bukan malah “TALK MORE, DO LESS” ,kenapa demikian? Ya karena mereka juga merasa percuma “TALK” karena sering tidak dianggap.

Karena pintar (meskipun tidak/belum bisa dikatakan cerdas) lebih dihargai, dibandingkan cerdas namun tidak pintar. Apakah hal tersebut yang menyebabkan banyak orang ingin menjadi pintar bukan cerdas?

*corat coretku yang telah di"permak"oleh seorang kawan  makasih banyaaaakk!!!

Rabu, 09 Februari 2011

Kita Sedang Belajar


sebuah sms yang mampu membuat saya menangis terharu *lebay :)

Di saat kerja keras kita belum berhasil
Saat itu kita dituntut untuk BERSABAR

Ketika kerja kita tidak dihargai
Maka saat itu kita sedang belajar KETULUSAN

Ketika usaha kita dinilai tidak penting
Maka saat itu kita sedang belajar KEIKHLASAN

Ketika hati kita sangat terluka dalam
Maka saat itu kita belajar tentang MEMAAFKAN

Ketika kita merasa sepi dan sendiri
Maka saat itu kita sedang belajar tentang KETANGGUHAN

Ketika kita harus membayar biaya yang seharusnya  tidak kita tanggung
Maka saat itulah kita belajar tentang KEMURAHAN HATI

Tetaplah BERSABAR
Tetaplah TERSENYUM
Teruslah BELAJAR dan
Teruslah BERKARYA

*sms dari pemilik no 08xx x55x xxx
07022011
21.08

Kisah Sebutir Nasi

“Fin, kok ga dihabisin makannya, kasihan itu, tinggal dikit lagi”
“ Engga ah, kenyang”
“Afin tau ga, sebutir nasi itu bisa member makan setan 40 hari”
“ Ihh apaan sih?”
Itulah percakapan saya dengan seorang kawan beberapa waktu lalu.

Fin, udah makannya?”
“Udah”
”Habis ga?”
“Nyisa taugenya, ga suka akunya, kan yang dimakan setan sebutir nasi bukan sebutir tauge”
“Dasar!!!”

Percakapan di waktu lain masih soal tentang makan
“Lagi apa Fin?”
“Makan, kayaknya bakal ga habis lagi deh, kenyang banget”
“Terserah, gw doain lo dipecat dari PNS, ga punya duit, ga punya bahan makanan, biar lo tau rasanya gimana susahnya nyari makan, Moga aja lo ga gitu”

Deg... Orang ini memang bawel soal tidak menghabisakan  makanan, tapi apa iya sampai segitunya.
Suatu hari saya bertanya, “kita kan ga boleh makan terlalu kenyang, berhenti sebelum kenyang”
Jawabnya “Iya, ya pas makan jangan ngambil banyak”.

Entahlah karena sadar pernah diomelin begitu, atau apa, saya mulai membiasakan makan harus habis, bahkan mulai ikutan bawel  kalau ada yang makan bersisa.
Tapi kejadian kemarin siang, benar-benar membuat saya merasa diperlihatkan sesuatu yang...langsung menghujam.

Siang itu... Saya makan bersama teman-teman. Dan seperti biasa saya langsung komen “Kok ga dihabisin?Kasihan tau, banyak orang yang susah makan, itu dibuang-buang”.
“Ga dibuang kok Fin, ntar kan dikasih kucing”¸begitu jawab teman saya.

Saya diam.

Perjalanan pulang tiba-tiba saya menlihat seorang bapak-bapak, duduk di bawah pohon, disamping gerobag, makan dengan lahap dan senyum. Makan nasi kotak. Jangan bayangkan nasi kotak yang bagus bersih, yang saya lihat kotak yang sudah bulukan, entah dengan isinya, entah darimana si bapak mendapatkannya, mungkin dari seseorang, mungkin dari... *taktega >.<

Ya Allah, sementara beberapa menit yang lalu saya melihat nasi sekitar 3-4 sendok beserta lauknya yang tak dihabiskan, yang (mungkin) akan dihabiskan seekor kucing atau hanya akan berakhir di tempat sampah saja dan membusuk.

Seekor KUCING,itu pun tak pasti,  sementara di sini saya melihat seorang MANUSIA.
Saat itulah saya baru benar-benar ngeh, kenapa ada orang yang selalu bawel “Habisin makannya Fin

Fin, udah makan?”
“Udah, makan ketoprak”
“Habis?”
“Habis dong..kan aku bilang sama abangnya separo aja.”
“Hahahaa...ga malu?Bisa gitu minta separo?”
" Ya aku bilang aja, udah bang udah, jangan banyak-banyak"
:)

Rabu, 9 Februari 2011
12:13:38




Rabu, 02 Februari 2011

Saatnya Bukan Lagi Menjadi Pintar Tetapi Cerdas


Apa bedanya pintar dan cerdas? Pintar itu didapat dari proses pendidikan sedangkan cerdas itu melalui proses belajar.
Bedanya proses pendidikan dan proses belajar? Pada proses pendidikan ilmu diperoleh melalui jenjang pendidikan (bangku sekolah), sedangkan pada proses belajar, ilmu  itu bisa didapat dari mana saja, tidak terbatas pada bangku pendidikan. Belajar dari lingkungan, belajar dari pengalaman.
Kenyataan yang terjadi, pintar itu mutlak diakui, namun cerdas akan diakui seiring berjalannya waktu, bahkan justru tidak jarang kadang tidak diakui. 
Menurut saya, kepintaran seseorang mutlak diakui melalui deretan angka-angka atau huruf-huruf, jenjang pendidikan, bahkan tempat dimana seseorang itu memperoleh ilmunya.
Sedangkan kecerdasan seseorang, memang perlu waktu lama untuk diakui karena tidak ada deretan angka atau huruf sehingga layak bagaimana seseorang itu disebut cerdas.
Permasalahan yang terjadi adalah seringnya terjebak pada pertanyaan-pertanyaan, sudah s1? Sudah s2? Sudah s3? Dari jurusan apa? Lulusan mana?
Menurut saya (lagi-lagi), ketika kita sudah dihadapkan pada “kenyataan hidup” standar kepintaran itu seperti cuma syarat saja,itu tidak bisa dijadikan pondasi, karena kita juga  perlu kecerdasan. Sebab tak selamanya teori yang telah kita peroleh menjamin kesiapan kita menghadapi kenyataannya.
Peringatan bagi kita (atau tepatnya saya dululah) tak perlu berbangga hati dengan “stempel” lulusan ini, IP sekian, jurusan ini, sudah sampai jenjang ini. Saat kita bekerja kita perlu lebih dari itu. 
 

KHM No.4,Sabtu, 29 Januari 2011

Mari Menulis

Menulis, sesuatu yang dapat dianggap mudah namun bisa juga sebaliknya. Menulis di sini, pastinya bukan menulis asal menulis, tetapi menulis untuk menghasilkan sebuah karya. Karya yang setiap orang punya standar sendiri bagaimana tulisan itu dianggap bermutu dan tidak bermutu. Sebagai contoh ada beberapa orang yang menganggap tulisan-tulisan Raditya Dika *pengarang buku Kambing Jantan adalah karya yang tidak bermutu karena isinya hanya menceritakan hal-hal yang mungkin bagi beberapa orang tidak penting.
Namun, bagi saya pribadi, setiap karya setiap tulisan itu punya rasa sendiri. Seperti makanan, setiap orang punya selera sendiri. Tidak selamanya yang namanya nasi pecel itu “lebih rendah” dari steak, menurut saya pribadi, setidakmutunya tulisan adalah tulisan seorang yang ternyata hasil karya orang lain yang diakuinya (baca:  plagiator). Beda cerita, apabila dicantumkan sumbernya, atau biasanya di awal tulisan  ada kalimat Repost atau dari tetangga.
Mari kita hargai karya orang lain, dan mari hargai pula diri kita sendiri. Kita bisa kok menulis sendiri, tanpa harus menjiplak karya orang lain. Mengatasnamakan karya orang lain dengan nama kita.
Mari menulis (mandiri)!!!!
KHM No.4,Sabtu, 29 Januari 2011
05:11:06
 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design