Senin, 27 Mei 2013

(Belum) Ibu Ibu (Sudah) Doyan Nulis : (belum) Emak-emak (juga boleh jadi) Blogger




Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan. 

Waaahh... engga kerasa udah nyampe  minggu terakhir aja nih. Oke, di minggu terakhir sesuai tema yaitu komunitas ideal, saya akan berbagi tentang salah dua komunitas dimana saya ikut. Walapun jujur nih, selama hampir setahun ini, eh lebih deng ya, saya lebih banyak jadi silent reader, tapi jujur saya seneng mampir-mampir.

Sesuai di bio saya, yang tertulis “ Love writing, reading...”, nah di komunitas ini didukung banget, banyak buku-buku keren yang menginspirasi saya dan engga lupa tulisan-tulisan kerennya juga dong.

Lagi dan lagi, nama si empunya Anak Kos Dodol, Mbak Dewi Rieka,  yang paling berjasa deh buat saya di bidang tulis menulis, coret mencoret, dan baca baca ini. Awalnya karena saya tinggal Semarang, walaupun kemudian saya hijrah ke hutan beton alias ke ibukota, mbak Dewi ngajak saya gabung di komunitas ini, yaitu komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis alias IIDN. Waktu itu sempat nolak, lha piye? Aku kan waktu itu masih gadis remaja nan cetar membahana*eh ntar disambit Syahrini, masih gadis yang cantik ceria charming *ditimpuk lagi. Saya pikir itu kumpulan para penulis yang emang udah Ibu-ibu *wuuu disorakin angota IIDN, ternyata calon Ibu (InsyaAllah) alias masih gadis pun (waktu itu) juga boleh gabung. 

Awalnya saya gabung di Ibu Ibu Doyan Nulis Semarang karena memang sang kepala suku, Mbak Rieka yang ngajak saya gabung di situ, ternyata pas saya searching di facebook  ternyata ada induknya, yaitu Ibu Ibu Doyan Nulis, awalnya saya pikir ini hanya komunitas para penulis dan calon penulis yang di Semarang, gabung jugalah saya di sana.

Di Ibu Ibu Doyan Nulis (IIDN) ini banyak banget kegiatan, mulai dari kopdar terus sharing ilmu soal dunia kepenulisan, seperti yang terakhir dilakukan di Ibu Ibu Doyan Nulis (IIDN) Semarang ini, sekalian pas ultahnya IIDN ada jumpa fans sama Mbak Dian Kristiani, eh hahaha ga deng berbagi ilmu plus  ngerayain ultah IIDN kalau engga salah. Sayang seribu sayang, belum pernah sekalipun saya ikut acaranya IIDN ini. Sumpah aslinya siriiiiiiiikk pake banget, lha gimana pas saya di Semarang belum ada dan sekarang acara yang diadain IIDN Semarang ini adaaaa ajaa... Aaaaa bawa lagi dakuw ke Semarang Mak Dew...

Nah, kalau yang di IIDN Jakarta ini, saya sempat ketemu beberapa penulis itu juga cuma sekali pas tahun kemarin, hiihihihii. Jadi waktu itu dalam rangka merayakan hari Kartini, majalah Kartini bikin undian yang beruntung bisa dapat mengikuti acaranya yaitu tentang cara menulis di rubrik Gado-gado Femina (eh bener kan ya?). Di acara itu saya sempat ketemu mbak Fita Cakra, Mbak Haya,Mbak Wylvera,  trus siapa lagi ya?? Aduh lupa, abis minder. Soalnya banyak yang ikut acara itu adalah penulis-penulis yang udah pecah telor, alias udah menghasilkan buku, lha saya? Penulis blog galau yang nulis aja jarang lebih sering galaunya daripada nulisnya. 

Di grup IIDN ini , saya jadi sering mampir ke rumah para anggota alias blogwalking, hiburan banget lho kalau liat tulisan teman-teman ini, duuh apalagi kalau udah ada yang promosi bukunya mau terbit. Aaaaaaa... saya kapan ya?
 
Nah, selain Ibu Ibu Doyan Nulis belum lama ini  saya juga gabung di KEB alias Kumpulan Emak-emak Blogger. Duuh kenapa ya kalau engga Ibu ya Emak, Perempuan Charming gitu ya sekali-sekali, hihiihiiihi. Hampir sama dengan IIDN, cuma di sini fokusnya di blog. 

Waaaaa... makin terkagum-kagum deh dengan the emaks ini, blognya bagus-bagus, banyak lomba juga, kayak belum lama ini ada Srikandi Blogger. 

Seneng ya, kalau kita suka sesuatu, terus ada temennya, ngumpul dan saling berbagi info, slaing menginspirasi itu. Dengan bergabung di dua komunitas ini, saya jadi tambah semangat buat nulis, buat terus berlatih, agar suatu bisa seperti beliau-beliau ini. Semangaaat ^^

Rumah Dahlia, Senin 27 Mei 2013
18:55

Minggu, 26 Mei 2013

Hampa Terasa Hidupku Tanpa Dirimu


Tulisan ini diikutkan pada 
8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Whoaaaaa.... Minggu ini super duper busy bikin saya baru bisa posting di jam-jam terakhir menjelang penutupan. Ide-ide berkeliaran, tapi terkalahkan dengan seabrek kerjaan rumah yang engga beres-beres *lirik rumput di halaman yang masih melambai-lambai.

Oke, let’s go, mari kita berandai-andai, sesuai tema minggu ini, seandainya saya engga ngeblog. Hal pertama yang terbayang di kepala saya adalah betapa stres dan kacaunya hidup saya, sekarang ngeblog aja masih sering banget stres kok #eh. Kenapa kenapa kenapa?

Ya gimana, namanya hidup itu kan pasti punya lika-liku, dari masalah nilai ujian jeblok, ngadepin  sidang Tugas Akhir, dosen yang kiler, penggalauan kawula muda dari jatuh cinta, di php-in (pemberi harapan palsu), putus cinta, suka duka jadi bawahan di kantor sampai kisah haru biru dengan para sahabat hingga kisah pernikahan pasti butuh media buat menyalurkan. Nah, kalau cerita person to person ya kali kalau yang diceritain nanggepinnya positif lha kalau dibilang drama queen ada ratu show, gimana?

Belum lagi saya bukan termasuk orang yang pandai ngobrol soal perasaan, lebih asoy kalau ditulis, hiihiihii, lha tapi masa saya mau nulis berlembar-lembar terus saya sodorin ke orang-orang dan bilang “baca nih baca nih ”.  Hihihii, bisa-bisa malah jadi bungkus tempe itu kertas-kertas tulisan saya.

Ahhh gelapnya dunia, mungkin itu juga  yang saya rasakan, ini yang terjadi saat saya  tahu salah satu lapak ngeblog saya, Multiply alias MP , tiba-tiba mengumumkan mau tutup warung akhir tahun lalu padahal saya lagi seneng-senengnya curcol, saya heboh back-up in dan  milih lapak yang baru yang udah kayak nyari jodoh aja, akhirnya pindah ke blogspot, itu juga gara-gara si neng ke sini, aku kan engga bisa jauh sama eneng. #heh!

Tapi beneran, ada masa-masa dimana kita pengen didenger atau kita pengen berbagi perasaan tanpa pengen diketahui oleh orang yang dikenal, karena buat saya gini, misal teman udah kenal saya di dunia nyata, tahu kebiasaan dan karakter saya sehari-hari, melihat saya selalu heboh dan ketawa ketiwi  lalu kemudian saya nulis yang menurut teman saya lebay bombay dan langsung dikomen “lebay”. Ini pernah saya alami, ya gimana, kan seperti yang tadi saya bilang hidup penuh liku-liku, ada suka ada duka *ihh itu perasaan lirik lagu dangdut deh. Itu kenapa, awal-awal saya bikin blog, saya menutupi identitas saya, awalnya saya nulis itu di note facebook, dan ternyata tidak semua bisa menerima segala coretan saya, ya gimana saya merasa hanya dengan menulis saya bebas mengekspresikan perasaan saya, trus engga mungkin juga saya ngedumelin bos-bos di kantor lewat note di facebook sementara ada orang-orang kantor yang jadi temen saya di facebook, bisa kena pecat tidak hormat.

Sampai akhirnya saya dikenalin MP alias multiply sama Mbak Dewi Rieka, pas saya lagi sedih disuruh nulis, nulis dan nulis. Dan dampaknya jauh lebih positif lho saya nulis di blog MP daripada di note facebook. Karena basicnya MP itu blog plus socmed (Social media), saya jadi kenal beberapa mper (sebutan untuk pengguna MP), ketika curhat lewat tulisan saya dapat saran yang menurut saya netral, kenapa? Karena ya para pembaca ini melihat masalah yang saya hadapi dari tulisan yang saya bikin, karena misal nih saya nulis di note facebook, saya rasa orang akan  memberi saran karena tahu gimana saya atau malah tahu masalah yang saya hadapi tapi versi mereka. Membantu? Kadang-kadang aja, paling mentok yang diberi predikat ratu curcol.

Belum lagi, dengan nulis di blog secara tidak langsung saya jadi belajar nulis, tempat latihan gratis kan? Eh ada lagi nih manfaat baru, maklum yah sebagai istri yang masih newbie, namanya resep itu pasti butuh, gampang sih bisa browsing tapi kalau engga nemu atau engga sesuai yang kita mau? Nah kalau di blog bisa kan kalau ada yang engga jelas bisa nanya sama empunya resep *senggol Mommynya Kiko (Kirei dan Aiko).

Pokoknya kalau ditanya seandainya kamu ga ngeblog gimana? Jawabannya mati gaya atau lirik  lagunya Ari Lasso, hampa terasa hidupku tanpa dirimu.  Hihihii

Rumah Dahlia, Minggu 26 Mei 2013
07:12



Hampa Terasa Hidupku Tanpa Dirimu



Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Whoaaaaa.... Minggu ini super duper busy bikin saya baru bisa posting di jam-jam terakhir menjelang penutupan. Ide-ide berkeliaran, tapi terkalahkan dengan seabrek kerjaan rumah yang engga beres-beres *lirik rumput di halaman yang masih melambai-lambai.

Oke, let’s go, mari kita berandai-andai, sesuai tema minggu ini, seandainya saya engga ngeblog. Hal pertama yang terbayang di kepala saya adalah betapa stres dan kacaunya hidup saya, sekarang ngeblog aja masih sering banget stres kok #eh. Kenapa kenapa kenapa?

Ya gimana, namanya hidup itu kan pasti punya lika-liku, dari masalah nilai ujian jeblok, ngadepin  sidang Tugas Akhir, dosen yang kiler, penggalauan kawula muda dari jatuh cinta, di php-in (pemberi harapan palsu), putus cinta, suka duka jadi bawahan di kantor sampai kisah haru biru dengan para sahabat hingga kisah pernikahan pasti butuh media buat menyalurkan. Nah, kalau cerita person to person ya kali kalau yang diceritain nanggepinnya positif lha kalau dibilang drama queen ada ratu show, gimana?

Belum lagi saya bukan termasuk orang yang pandai ngobrol soal perasaan, lebih asoy kalau ditulis, hiihiihii, lha tapi masa saya mau nulis berlembar-lembar terus saya sodorin ke orang-orang dan bilang “baca nih baca nih ”.  Hihihii, bisa-bisa malah jadi bungkus tempe itu kertas-kertas tulisan saya.

Ahhh gelapnya dunia, mungkin itu juga  yang saya rasakan, ini yang terjadi saat saya  tahu salah satu lapak ngeblog saya, Multiply alias MP , tiba-tiba mengumumkan mau tutup warung akhir tahun lalu padahal saya lagi seneng-senengnya curcol, saya heboh back-up in dan  milih lapak yang baru yang udah kayak nyari jodoh aja, akhirnya pindah ke blogspot, itu juga gara-gara si neng ke sini, aku kan engga bisa jauh sama eneng. #heh!

Tapi beneran, ada masa-masa dimana kita pengen didenger atau kita pengen berbagi perasaan tanpa pengen diketahui oleh orang yang dikenal, karena buat saya gini, misal teman udah kenal saya di dunia nyata, tahu kebiasaan dan karakter saya sehari-hari, melihat saya selalu heboh dan ketawa ketiwi  lalu kemudian saya nulis yang menurut teman saya lebay bombay dan langsung dikomen “lebay”. Ini pernah saya alami, ya gimana, kan seperti yang tadi saya bilang hidup penuh liku-liku, ada suka ada duka *ihh itu perasaan lirik lagu dangdut deh. Itu kenapa, awal-awal saya bikin blog, saya menutupi identitas saya, awalnya saya nulis itu di note facebook, dan ternyata tidak semua bisa menerima segala coretan saya, ya gimana saya merasa hanya dengan menulis saya bebas mengekspresikan perasaan saya, trus engga mungkin juga saya ngedumelin bos-bos di kantor lewat note di facebook sementara ada orang-orang kantor yang jadi temen saya di facebook, bisa kena pecat tidak hormat.

Sampai akhirnya saya dikenalin MP alias multiply sama Mbak Dewi Rieka, pas saya lagi sedih disuruh nulis, nulis dan nulis. Dan dampaknya jauh lebih positif lho saya nulis di blog MP daripada di note facebook. Karena basicnya MP itu blog plus socmed (Social media), saya jadi kenal beberapa mper (sebutan untuk pengguna MP), ketika curhat lewat tulisan saya dapat saran yang menurut saya netral, kenapa? Karena ya para pembaca ini melihat masalah yang saya hadapi dari tulisan yang saya bikin, karena misal nih saya nulis di note facebook, saya rasa orang akan  memberi saran karena tahu gimana saya atau malah tahu masalah yang saya hadapi tapi versi mereka. Membantu? Kadang-kadang aja, paling mentok yang diberi predikat ratu curcol.

Belum lagi, dengan nulis di blog secara tidak langsung saya jadi belajar nulis, tempat latihan gratis kan? Eh ada lagi nih manfaat baru, maklum yah sebagai istri yang masih newbie, namanya resep itu pasti butuh, gampang sih bisa browsing tapi kalau engga nemu atau engga sesuai yang kita mau? Nah kalau di blog bisa kan kalau ada yang engga jelas bisa nanya sama empunya resep *senggol Mommynya Kiko (Kirei dan Aiko).

Pokoknya kalau ditanya seandainya kamu ga ngeblog gimana? Jawabannya mati gaya atau lirik  lagunya Ari Lasso, hampa terasa hidupku tanpa dirimu.  Hihihii

Rumah Dahlia, Minggu 26 Mei 2013
07:12



Jumat, 17 Mei 2013

Sup Seafood Telur Puyuh

Asliiii... ini saya bikin cuma belum sempat jeprat jepret udah dimakan. Engga apa-apalah, artinya kan berart enak. Hahaha..

Bahan:
1 buah sosis ayam iris bulat
1 buah sosis sapi iris menyerong
3 buah bakso ikan
3 buah bakso cumi
7 telur puyuh
udang
Sawi Hijau
Daun bawang diiris halus
Air

Bumbu:
3 buah bawang putih, ulek sampai halus
3/4 bawang bombay besar
1 sendok makan mentega
2 buah kaldu blok 
garam secukupnya
gula secukupnya

Cara:
1. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum dan udang, masukan air, tunggu sampai mendidih
2. Masukan gula, garam ,kaldu blok, aduk-aduk.
3. Masukan semua bahan kecuali sawi dan daun bawang.
4. Jika sudah mulai matang masukan sawi dan daun bawang, tandanya matang sosis dan kawan-kawan mulai mengembang. 
5. Selesai... hihiiihii...

Maaf yaa engga ada fotonya... udah masuk di perut :p

Puding Kacang Hijau

Ahh.. biar saya belum secanggih Mommy baik dari segi masak maupun moto makanannya, tapi engga apa-apa yaaa saya bolak-balik posting resep, yang lagi-lagi ini resep dari Mommy.

Ini gara-garanya pas bikin Pepes Tahu masih ada sisa santan, jadi daripada kebuang, saya bikin aja Puding Kacang Hijau yang resep aslinya dari sini.

Ada tragedi salah baca resep pula, jadi harusnya air 750 ml, santan 100ml, bisa-bisanya saya tuang santan ke air 750ml, alhasil jadinya santan encer. Hiks, yausdahlah masih bisa dimakan ini. Hahaha walaupun kata suami, pudingnya kurang keras, lembek banget dan kacang hijaunya terlalu halus, mungkin kelamaan blendernya.

Yuk langsung ke resep (aslinya):
 150 gram kacang hijau, rebus. 
100 ml santan kental
750 ml air 
2 lembar daun pandan (saya engga pakai, karena engga nemu yang jual)
150 gram gula merah, disisir
6 sdm gula pasir
1 bungkus agar-agar putih.

Cara:
1. Saya ikut cara Mommy yang males ngerendem kacang hijau lama, jadi kacang hijau direbus di air mendidih, kemudian didimkan selama 30 menit, baru direbus lagi.
2. Blender kacang hijau tadi beserta airnya.
3. Campur kacang hijau dengan semua sisa bahan.
4. Rebus hingga meletup-letup.
5. Masukan ke cetakan, tunggu sampai hilang uapnya baru masukkan kulkas.
6. Sajikan saat dingin.





Pepes Tahu

Tahu..tahu... dan tahu.  Suami saya ini ternyata doyan banget sama tahu, sementara saya, lebih suka tempe. Tapi ya demi menyenangkan hati suami, tiap hari bikin olahan tahu, selama ini paling banter ya tahu digoreng kering, perkedel tahu atau paling pol ya ditumis (yang ternyata suami saya engga suka masakan yang ditumis). Yaaa walaupun doyan makan tahu goreng, kayaknya bosen juga kan? 

Daan seperti biasa, ke rumah Mommy di sini saya biasanya nyari resep. Akhirnya ketemulah si pepes tahu. Selain di blog Mommy saya juga nanya sama chef Google, jadi wajar saja hasilnya ini kombinasi acakadut. Hihihii...

Engga apa-apalah, yang penting hasilnya dihabisin dan dibilang enak. Dan resepnya adalaaaah.... Oh ya jangan tanya ukurannya, semua ilmu kira-kira *digetok

Bahan:
4 buah tahu putih, hancurkan
udang yang sudah dikupas kulitnya dan dicincang kasar
daun bawang diiris halus
santan
1 butir telur

Bumbu:
4 Bawang merah, haluskan
2 bawang putih, haluskan
2 buah cabe diiris
1 daun salam
garam secukupnya
gula secukupnya

Pelengkap: Daun Pisang untuk membungkus

Cara:
1. Campur tahu dengan telur, santan, dan bumbu. Aduk rata.
2. Bungkus dengan daun pisang.
3. Kukus selama 15-20 menit.

Taraaaa.... jadi deh... entah dari mana resepnya saya lupa kayaknya baca di resep Mommy deh, tadinya mau dibungkus mirip otak-otak itu, terus setelah dikukus pepesnya dibakar. Tapiiiii.... ternyata saya lupa cara bungkus ala otak-otak itu gimana, hiks. Alhasil ya dibungkus biasa aja seperti ini..



Kamis, 16 Mei 2013

Saat Rasa Senang dan Sedih Duduk Berdampingan


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Saya suka menulis sebenarnya dari SD. Kelas 2 SD sudah mulai menulis buku harian alias diary. Meskpun tidak rutin menulis kebiasaan itu terus berlanjut sampai kira-kira kuliah. Bagi saya mengungkapkan perasaan lewat tulisan itu jauh lebih mudah daripada harus ngomong. 

Meskipun bagi kebanyakan orang saya ini termasuk cerewet dan ramai, untuk mengungkapkan kemarahan dan unek-unek saya lebih lega jika saya tulis dibanding saya ngomong. Dimana pun saya berada, saya suka nulis yang bagi sebagian orang mungkin tidak penting, misalnya ketika masih sekolah, saat pelajaran berlangsung saya ngantuk, pasti saya gambar di buku dan ditulis “aku ngantuk” dst, atau ketika kuliah ketika saya kesal dengan diri sendiri yang  berusaha mengerjakan tugas kuliah tapi engga bisa, biasanya saya curhat dulu tentang perasaan di kertas, saya ungkapkan semua perasaan saya. Makanya, saya agak enggan kalau ada yang masuk kamar saya, soalnya penuh dengan selebaran kertas curhatan.

Kesenangan saya menulis berlanjut sekitar tahun 2009an saya memutuskan bikin blog, dan mewajibkan diri saya minimal satu minggu nulis, apa daya saya mulai malas. Dan jarang nulis, akhir tahun 2009 saya dikenalkan mbak Dewi dengan multiply. Di situ saya mulai mengenal dunia luar, saya belajar menulis lagi. Kesulitan saya mengungkapkan perasaan lewat verbal malah jadi lahan tersendiri. Satu sisi sedih, tapi satu sisi senang karena ada bahan tulisan dan perasaan saya pun menjadi lega.

Awalnya saya tidak berani menginvite teman-teman yang kenal saya, bagi saya biarlah orang dalam dunia nyata mengenal saya sebagai sosok yang ramai, ceria, heboh, dan biarlah sisi kesedihan dan kegalauan saya cukup dunia maya yang mengetahui. Saya menikmatinya. Dua sisi yang berbeda dalam diri saya, saya tempatkan pada dua tempat yang berbeda. 

Saya mulai belajar nulis rutin lagi, dan anging mammiri ini adalah kompetisi pertama yang saya ikuti, itupun dari Vera, teman dunia maya saya yang memberi tahu yang berkecimpung di dunia blog lebih lama dari saya. Saya mulai menikmati, dan I’m so happy, really happy. Ada perasaan ini dunia yang saya mimpikan dulu, asyiknya nulis. Sampai kejadian tadi malam, ada sebuah komentar yang masuk, beliau menyatakan de javu, tulisan saya katanya kok mirip yang buku yang pernah beliau baca.

Ahhhh sedih, beneran deh kata suami saya, saya ini kelewat sensitif. Satu sisi saya merasa bahagia karena finally, saya bisa  rutin nulis lagi seperti ini, ketika nulis itu rasanya seperti tinggal menggerakkan jari jemari, meskipun kualitas tulisan saya masih amatir sekali, tapi saya senang, lalu tiba-tiba ada yang menyangka saya memplagiat. 

Jujur setiap nulis, jarang saya edit dulu, langsung ketik kemudian posting.  Engga pernah saya simpan-simpan dulu, dan bukan tipe yang nulis-rehat nyari ide-nulis lagi. Buat saya nulis ini semacam tempat curcolan, tempat berbagi kisah, yang ketik-baca sebentar-posting,makanya sering typo di postingan saya.

Yaa... namanya hidup senang sedih pasti datang sepaket, satu sisi senang satu sisi sempat sedih, tapi ya biarlah, eh berusaha membiarkan. Saya sempat kaget aja, eh sedih juga deng, tapi banyak kagetnya hihiihiii... tulisan acakadut masa hasil nyadur, njiplak atau apapun itu Engga patah semangat. 

Arti kompetisi ini sendiri bagi saya sebagai penyemangat agar rajin nulis lagi yang istilahnya saya baru balik lagi ke blog, minimal rajin nulis selama delapan minggu. Terus semangat!!! Seperti  quote yang pernah saya baca, manis akan terasa lebih manis setelah mengecap yang pahit. Semangaaat!!
*ala Han Jie Eung

Rumah Dahlia, Kamis 16 Mei 2013
11:06
 gambar dicomot dimari

Rabu, 15 Mei 2013

Lelucon yang Tak Lucu


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang sesuatu yang tak lucu dianggap menjadi bahan lelucon, parahnya terkadang hal tersebut justru jatuhnya melecehkan salah satu pihak. Sudah berapa tayangan di televisi yang mendapat peringatan dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) karena lawakan atau bahan becandaannya justru “menghina “ pihak tertentu. Lelucon yang tak lucu, lelucon yang dipaksakan, lelucon yang tak cerdas saya menyebutnya.

Miris, di satu sisi orang tertawa terbahak-bahak sementara di sisi lain ada pihak lain yang memendam rasa sakit atau marah. Tak hanya “lelucon” verbal,  lihat contohnya, ada yang mau duduk kemudian kursi ditarik akhirnya orang yang mau duduk tersebut jatuh kesakitan, yang menarik kursi tertawa terbahak-bahak menganggap itu adalah lelucon, padahal bisa jadi jika saat jatuh terduduk orang tersebut kesakitan atau malah fatalnya bisa mengalami kebutaan.

Ini yang terjadi pada saya, mungkin bagi sebagian orang ini akan dianggap aneh dan bisa jadi bahan becandaan yang sama sekali tak lucu. Saya phobia terhadap buah, hampir semua buah, jijik dan bisa muntah (maaf), jangankan melihat bentuk aslinya, melihat gambarnya saja, atau harus menceritakan detail apa yang membuat saya jijik seperti ini itu membuat kepala pusing dan mual. Sayangnya, karena benda yang saya “takuti” ini tak pada umumnya, saya sering jadi bahan bullyan.

Sebagai contoh, beberapa kali sampai saya dianggap lebay dan menjadi pusat perhatian, karena saya akan menjerit bahkan saat dalam suatu forum resmi yang kebetulan ada snack yang kebetulan ada buahnya, lalu oleh orang lain buahnya sengaja didekatkan ke saya. Ini tidak lucu, kawan!!

Ya, perempuan takut kecoak, takut kodok, takut cacing, takut ketinggian, takut gelap itu masih wajar, tapi takut buah? “ahh becanda lo” mungkin begitu reaksi bagi sebagian orang yang mengetahui.
Saya tidak tahu persis sejak kapan saya takut, jijik, dan apapun itu padanan katanya. Yang saya ingin ketika kecil justru lebih parah, saya melarang orang yang makan buah di dekat saya, saya akan berteria-teriak “buang..buang...”. Entah berapa kali saya hampir muntah (maaf) di kendaraan umum bukan karena saya mabok kendaraan, tapi sering saya melihat sampah-sampah dari BUAH.

Beberapa orang yang hanya sedikit tahu menganggap saya ini tidak suka makan buah, padahal bukan karena tidak suka makannya, saya dengan wujudnya saja sudah takut. Beberapa ada yang menyarankan saya untuk ke psikiater eh atau psikolog untuk menyembuhkan phobia saya. Saya enggan, bukan tak ingin sembuh, tapi rasanya, sudahlah ini kekurangan saya.

Saya melihat di sekitar saya, jangankan takut buah, takut terhadap sesuatu yang dianggap umum saja suka dibuat bahan becandaan. Takut cicak dilempar cicak, takut ular dikasih kado ular-ularan plastik. Please, ini bukan lelucon teman, ini tidak lucu. Pernahkan kalian bayangkan jika ada di posisi kami. Sebatas kaget, menjerit pada saat kejadian mungkin masih wajar, tetapi kadang saya pribadi ya kejadian seperti itu sering terbawa sampai beberapa waktu kemudian, masih terbayang-bayang. Mungkin bagi yang lain ini lelucon, saat lelucon itu sudah berhenti, lantas langsung berhenti pulakah ketakutan kami pada saat itu? Tidak.

Hal ini sama juga ketika  sering kata-kata “autis”. “idiot”, dan kata-kata lain dijadikan bahan becandaan, Jujur saya geram. Pasti sering kan mendengar “duh kalau udah pegang BB jadi autis deh”. Pernahkah kalian membuka mata? Betapa banyak anak autis di Indonesia yang berkarya, jangan identikkan mereka dengan orang yang sepertinya hanya sibuk sendiri tanpa menghasilkan karya ataupun prestasi. Begitupun dengan kata idiot atau kata sejenisnya, hellooo... mereka itu membutuhkan kita, bukan untuk dihina, mereka hanya berkebutuhan khusus yang berbeda dengan kita. Jangan jadikan mereka lelucon atau hinaan. Tak seorang pun kok yang ingin hidup dengan kekurangan, kalau boleh memilih siapa sih yang engga ingin hidup dengan segala kesempurnaan.

So, yuk... jangan jadikan perbedaan yang dimiliki orang lain yang mungkin berbeda dengan keadaan pada umumnya sebagai bahan lelucon untuk dihina.

Rumah Dahlia, Rabu 15 Mei 2013
12:12

gambar dicomot di mari

Selasa, 14 Mei 2013

Mie Goreng Bumbu Teriyaki

Ini gara-gara kepepet kelaperan dan males masak buat siang karena suami lagi kerja.

Bahan:
Mie Telor (Saya ganti dengan mie instan yg saya rendem air panas dulu sampai mengembang)
Sawi hijau
Sawi putih
Daun Bawang
1 sosis ayam
Udang

Bumbu:
1 bawang bombay kecil iris-iris
2 siung bawang putih cincang halus
1 sendok teh kecap inggris
1 sendok makan saus teriyaki
1 sendok makan kecap manis
1 sendok makan saus sambal
Sedikit garam
Sedikit gula
Margarin untuk menumis

Cara:
1. Panaskan margarin, tumis bawang putih dan bawang bombay.
2. Masukan udang dan sosis
3. Masukan semua bumbu, dan tambah sedikit air, sampai agak meletup-letup.
4. Masukan mie, aduk sampai rata.
5. Masukan sawi, tunggu sampai agak layu (saya lebih suka sawinya agak kriuk-kriuk)
6. Angkat dan tiriskan. Taburkan bawang goreng sebagai tambahan.

Aku, Mahasiswa Kupu-Kupu


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Ini cerita masih ada sedikit sambunganya dengan yang di sini. Kalau engga nyambung di sambung-sambungin aja yaahh.. Hihiiihii maksa. Jadi setelah kecewa gara-gara beasiswa, yasudahlah saya engga mau hunting beasiswa lagi. Eh engga dinyana engga diduga di semester 5 kalau tidak salah, saya tiba-tiba dipanggil Sekretaris Ketua Jurusan saya. Beliau memberi amanah agar saya mau mewakili jurusan saya untuk ikut seleksi Mahasiswa Berprestasi (mawapres), walaupun kata beliau kamu menang engga menang tetep dapat juara tapi usahakan materi kamu juga jangan malu-maluin. Kenapa dibilang menamg engga menang pasti dapat juara, jadi kalau juara itu kan pasti ada juara I, juara II, dan juara III. Nah, di seleksi mawapres tingkat fakultas itu akan diambil juara I dari DIII dan juara I dari S1 untuk maju ke tingkat universitas. Kebetulan jumlah jurusan DIII di fakultas saya cuma ada 4, jurusan DIII Bahasa Inggris, DIII Perpustakaan dan Informasi (jurusan saya), DIII Kearsipan, dan DIII Bahasa Jepang, sementara kalau tidak salah jurusan DIII Bahasa Jepang itu jarang mengirimkan wakilnya.


Foto sehabis Mawapres  saat masih kurus

Singkat kata singkat cerita sudah di hari H lomba dan langsung ada pemenang, saya juara II eh apa I ya pakai ngaku-ngaku pula hihihiii. Jujur dengan 3 peserta aja saya lupa saya juara berapa, yang jelas saya yang emang mahasiswa kupu-kupu jadi kenal mahasiswa jurusan lain, dan doohh bikin makin minder aja deh, yang lain anak kampus banget, ada yang anak BEM ada yang ikut di jurnalistik kampus, ada yang udah wara-wiri ke luar negeri buat mewakili kampus. Eh ya, karena peserta DIII dan S1 digabung jadi ya kita ngobrol-ngobrol.

Dan semakin tertohok itu, engga tau ya itu gombal atau saya ke geeran atau memang cuma basa basi, waktu itu ada yang dari BEM bilang, “kok kamu engga masuk BEM?”, dan dengan polosnya saya bilang “engga tau caranya”. Dan diketawain tuh sama peserta lain,”kamu yang waktu semester I presentasi di GOR itu kan?”, ditanya lagi saya, “ehhh kok tau mas?”, kaget aja itu kan udah lama dan itu semua jurusan ada disitu engga cuma 10-20 orang ada mungkin 100an , ”aku liat kayaknya sih kamu pinter tapi tipe mahasiswa yang engga aktif ya tipe-tipe mahasiswa kupu-kupu, coba kamu ikut BEM atau yang lain pasti lebih berkembang, jadi engga monoton juga hidupnya”. Aseem!! Habis dipuji langsung dibanting. Hahahaha..

Tapi ya gimana ya, saya dulu kuliah aja udah jenuh apalagi kalau dari 06.30 sampai 17.30. Boro-boro pagi-pagi setengah hari kuliah aja bawaannya pengen pulang ke kos buat ngegame ngademin pikiran atau ke warnet ngadem beneran. Hahahaha...

Layaknya kehidupan sehari-hari memang kehidupan kampus menghadirkan berbagai mahasiswa dengan sisi kehidupannya dengan kampus, ada mahasiswa yang aktif berorganisasi sampai kuliah malah jadi nomor dua, ada yang sebaliknya seperti saya, ada yang mungkin seimbang seperti mbak-mbak dan mas-mas peserta tadi.

Walaupun mungkin ya... mungkin lho...sebenarnya kalau dipikir-pikir ada benernya juga ikut organisasi karena sesuatu harus imbang dari kedua sisinya kan ya? Engga melulu kampus tapi juga perlu berorganisasi, perlu bersosial jadi engga sama itu-itu aja gaulnya. Alah bahasanya. Selain itu, di tahap jadi mahasiswa ini kita disiapkan untuk siap terjun dalam kehidupan masyarakat. Bukan lagi dianggap dasar anak sekolah masih bau kencur, dan berorganisasi (mungkin) adalah tempat yang tepat untuk tempat belajar.
CMIIW...

Ini adalah curhatan mantan mahasiswi kupu-kupu.  Hehehehe...

Rumah Dahlia
Selasa 14 Mei 2013
10:34

Ini Pilihanku


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Saya rasa, menikah dan menjadi istri yang berbakti kepada suami dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya adalah keinginan hampir setiap perempuan, begitupun dengan saya. Be great woman, great wife and great mom adalah cita-cita saya dan saya yakin hampir semua perempuan mempunyai mimpi yang sama dengan saya. Tujuan akhir yang sama belum tentu sama juga jalan untuk mencapainya itu yang saya lihat.

Ini adalah hari ke 14 status PNS saya, saya lepas. Ya saya memutuskan resign setelah dua bulan menikah. Saya pribadi keputusan  ini memang sudah menjadi komitmen awal antara saya  dengan suami, tetapi keputusan ini bukan sesuatu yang mudah juga bagi saya. Alasan utama saya adalah saya tidak mau LDM (Long Distance Marriage) dengan suami, hitungan jarak Jakarta-Indramayu 2.5 jam dengan kereta, itu belum jarak dari kantor saya ke Gambir, memang Gatsu-Gambir kalau lancar jaya itu 15-20 menit itu sampai tapi sebagai penghuni Jakarta selama 3 tahu,  Jakarta itu unpredictable, apalagi jam-jam pulang kantor, minimal 1 jam sebelumnya sudah harus jalan, sementara jarak antara stasiun Jatibarang ke rumah 30 menit. Anggaplah 5 jam hitungan kotor, itu sangat melelahkan dengan PJKA (Pulang Jum’at Kembali Ahad). Itu saya jalani satu bulan setiap weekend.

Di satu sisi tentunya saya juga ingin suami yang datang ke Jakarta, tapi saya juga  engga tega, suami saya bukan termasuk pekerja yang Sabtu-Minggu dan tanggal merah libur, tetapi dengan sistem 3-1 yang artinya tiga hari bekerja 1 hari libur, sementara kerjanya di lapangan bukan seperti saya yang di tempat AC kerja bisa sambil ngobrol, kalau capek bisalah rebahan bentar di musholla. Di sisi lain ternyata kalau setiap weekend saya yang ke Indramayu akhirnya saya ambruk juga. Sakit flu dan batuk engga sembuh-sembuh.

Keadaan ini semakin memantapkan saya sekaligus mempercepat usaha saya untuk resign. Walaupun kedua orang tua kami sudah tahu rencana dari awal, tapi pertentangan itu tetap ada meskipun lama-lama mengerti juga kondisi ini. Saya tahu satu sisi, pandangan (hanya) sebagai Ibu Rumah Tangga itu masih miring, ’’terus kamu mau ngapain di rumah?’’, ‘’nanti kalau suami mu bangkrut kamu dapat penghasilan dari mana?’’, “ kalau kerja kamu kan dapat uang sendiri bisa buat kamu sendiri”, ‘’ apa engga sayang keluar dari PNS?’’, pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari orang-orang di sekitar kami. Dari pertanyaan biasa sampai pertanyaan yang cenderung nyinyir seperti kerpik Maicih level 10 semua ada.

Saya sempat ada di posisi yang campur aduk, bagaimana pun, kenyataannya komentar negatif itu jauh lebih banyak, sampai saya merasa keluar dari PNS itu seperti saya pindah agama, semua mengganggap saya ini seolah pendosa. Tapi di sisi lain, keinginan saya untuk lebih bisa fokus mengurus rumah tangga juga kuat. Memang dari sebelum menikah suami sudah biasa kos, istilahnya sudah  terbiasa mengurus diri sendiri, tetapi kalau setelah nikah tetap sama lalu apa bedanya setelah menikah? Saya yang justru merasa sangat bersalah.
Hidup ini memang banyak pilihan, setiap keputusan memiliki dua sisi, baik positif maupun negatif.  Jika saya tetap bekerja sisi positifnya dari segi financial pemasukan kami lebih besar karena dari dua sumber, saya punya penghasilan sendiri yang kalau saya mau jajan istilahnya saya engga perlu selalu minta suami, tetapi di sisi lain saya diliputi rasa bersalah kepada suami meskipun suami saya mengijinkan saya bekerja, terus LDM yang bagi saya itu tidak sehat, saya mungkin bisa saja jadi sombong karena merasa toh saya tanpa suami punya penghasilan sendiri, Naudzubillah. Sementara jika saya resign mungkin dari segi financial sekarang sumbernya hanya dari suami, tapi kan sekarang saya juga sedang merintis usaha. Saya bekerja di rumah, urusan beres-beres rumah dan segala teman-temannya Alhamdulillah masih bisa terhandle,  saya bisa ngobrol dengan suami kapan saja, bayangkan saat kami LDM dulu, saya pulang kantor kadang suami saya berangkat kerja, suami saya pulang saya yang berangkat kerja. Kadang kondisi sama-sama capek,niatnya ngobrol bisa jadi berantem.

Apapun pilihan itu bagi saya pasti ada dua sisi yang  mendampingi, tinggal bagaimana kita  menyikapi setiap pilihan kita, jangan mengganggap pilihan kita paling benar, karena belum tentu itu pilihan yang terbaik bagi orang lain. Dan tolong bagi yang lain pun, apapun pilihan yang saya ambil jangan menghakimi saya, karena yang menurut kalian yang terbaik belum tentu terbaik bagi kehidupan kami.

Rumah Dahlia, Selasa 14 Mei 2013
09:32

Rapid Fire Question




Aaaaaa...akhirnya engga tau ya kok saya suka aja maen kuis-kuisan kayak gini, dulu beberapa kali dapat waktu masih ngeksis di eMPeh, tiba-tiba semalem disenggol Mbak Indri, pengen langsung ngerjain tapi apa daya posisi dibalik selimut udah sebegitu nyamannya hihihii, daaan dampaknya paginya dampak senggolan lagi dari neng geulis Vera....

Ini dia PR nya...
1. Nambah atau ngurangin timbunan buku?
Nambah, belum rela ngasihin ke orang lain kecuali buku pelajaran hihihih 



2. Pinjam atau beli buku?

Beli aja, pinjem jadi ga nyaman bacanya ngerasa dikejar-kejar.



3. Baca buku atau nonton film?

Baca Buku aja...



4. Beli buku online atau offline?

Emm... dua-duanya...

5. Buku bajakan atau ori?
Ori dong ahhh...

6. Gratisan atau diskonan?
Diskonan boleh, gratisan apalagi wekekekkeek

7. Beli pre-order atau menanti dengan sabar?
Tergantung sih... kalau PO langsung ke pengarangnya yang bonus coretan dan tanda tangan pilih PO.

8. Buku asing (terjemahan) atau lokal?


Engga suka bule sih ya... eh...hiihiihii buku lokal ajaa


9. Pembatas buku penting atau biasa saja?


Penting bangettt!!!


10. Bookmarks atau bungkus chiki?
Ga mudeng ini maksudnya apaan... bungkus chiki plus isinya aja deh...


Nah, ini pertanyaan bonus dari Mak Guru Indri
1. Jalan sendiri atau ada yg nemenin (bisa juga suami, anak)
Tergantung , kalau belanja lebih suka sendiri..hiiihihiii 


2. Prefer tidur siang atau tidak?


Tidur siang...


3. Highheels-wedges atau flat shoes?
Highheels-wedges... heeheee sadar tinggi badan


4. Kue talam atau rainbow cake?
Kue talam yang rainbow boleh?? hihiihi


5. Atm atau cash?
Dua-duanya...



Ini pertanyaan dari Neng Geulis Vera:

1. Westlife, Suju, atau SM*SH? #no other choices yes, ini cuma 'simbol' :p
Westlife



2. Gunung, gurun, hutan, atau pantai?

Pantai



3. Olahraga apa yang (bisa) kalian minati?

Bulutangkis dan Ice Skating



4. Mars, Venus, atau Saturnus? :))

Venus, kan kata bang Radit Perempuan itu dari Venus :P



5. Bad habit apa yg kalian tahu tentang saya? *gimme correction ;)

Vera males mandi :p

Yeeeaaaayy kelaaarr...

Mau ngasih pertanyaan tambahan ahh...


1.         Beres-beres  atau masak?2.       Coklat atau Es krim?
3.       Komik atau novel?
4.       Jadi full ibu rumah tangga atau ibu pekerja (kantoran)?
5.       Deskripsikan saya dalam satu kata

Duuuhh.. aku timpukin PR ini ke siapa yaa? Aku timpuk balik aja deh.... emmm yang mampir-mampir baca *emang ada? XD
1.       Vera aja dehh hihihih
2.       MbakIi
3.       Dek Fath
4.       Mommy
5.       Mbak Zen 

Dan.. Siapa aja yang mampir ke sini.... hiihihii  *komat-kamit semoga ada yang mampir dan mau ngerjain Ya Allah....




 Rumah Dahlia, Selasa 14 Mei 2013
08:18

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design