Jumat, 28 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #9

Assalamu'alaykum cintanya Ibu...
Malam ini ibu sendirian di rumah sayang, ayah masuk shift malam. Ibu cerita-cerita sama kamu aja ya...

Kabica,
Ibu semakin menyadari betapa ternyata di sini kita punya kenangan lebih banyak daripada saat di rumah eyang, hari ini pertama kalinya ibu ke Yogya sayang, melihat beberapa ibu-ibu yang menggendong anaknya mengingatkan ibu pada kejadian beberapa bulan lalu. Ya, setiap akhir bulan ibu dan ayah belanja di Yogya dan setiap melihat pemadangan tadi, ibu selalu bilang "Yah, nanti aku juga kayak gitu ya, gendong Kabica, kita belanja bertiga".

Dalam perjalanan, setiap melewati tempat, ibu serasa flash back. Melihat rumah sakit, melihat papan nama tempat dokter kandungan yang dulu pernah ibu kunjungi bersamamu. Jangankan pergi ke luar rumah sayang, suatu sore di depan rumah seperti biasa kadang ada ibu-ibu ngobrol, dan hari itu  ada kakak Mika sayang, rasanya hati ibu tak karuan sayang. Dulu, saat kamu di perut ibu, ibu membayangkan ibu dan kamu menjadi bagian dalam peristiwa sore itu, khayalan yang sama jika ada gathering di tempat kerja ayah. Berkumpul dengan teman-teman sebayamu, nak.

Tapi ibu yakin sayang, di surga kamu pun pasti punya teman-teman yang lebih banyak lagi, meskipun tanpa ibu. Kelak, in shaa Allah sayang kita akan bersama. Doakan ibu dan ayah ya sayang.

Sayang, kamu tahu, betapa banyak yang kamu ajarkan untuk ibu. Kamu ingat sayang, di awal keberadaanmu di rahim ibu, tiba-tiba ibu rajib ngeblog lagi, bahkan ibu menjadi salah satu pemenang di lomba blog yang pertama kalinya ibu ikuti. Beberapa kali pula ibu menang giveaway. Rasa-rasanya ibu merasa kamu memberi ibu banyak hadian sayang. Tak cukup di situ, karenamu juga ibu akhirnya ikut grup One Day One Juz, kamu mengajarkan ibu agar lebih rutin tilawah. Ibu ingat sayang, kamu tak pernah absen membangunkan ibu saat di sepertiga malam, selarut apapun ibu tidur, tak berhenti menendang perut ibu saat adzan dan ibu tak segera solat.

Kabica, betapa banyak kenangan manis kita, betapa banyak hal baik yang ingin kamu ajarkan untuk ibu, terima kasih sayang, terima kasih bidadari ibu. Kita mungkin belum bisa bersama, tapi suatu hari nanti sayang, suatu saat in shaa Allah kita berkumpul lagi.

Meski rindu ibu untukmu sering tak terbendung, ibu ikhlas sayang, maafkan ibu yang masih mengumbar air mata setiap kali ibu tak tahu harus bagaimana saat ingin memelukmu, mendekapmu, menciummu. Ibu sayang, Aisha...ibu kangen...

Kakak baik-baik ya sayang... ibu selalu rindu... selalu mencintaimu...

Jasmine House, Jum'at 28 Februari 2014
01:16

Senin, 24 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #8

Beberapa bulan yang lalu, di kamar ini jam-jam segini, saat ayah masuk shift pagi, kita menghabiskan waktu ya sayang. Kadang berdua kita ndengerin murrotal, alunan musik mozzart, nonton film, sampai nonton bulutangkis.

Pagi-pagi kamu nemenin ibu belanja, masak, beres-beres, sampai nyuci baru kita santai-santai di kamar ini ya? Ibu kangen tendangan-tendangan halusmu di perut ibu, sayang.

Berbagai rencana telah ibu susun agar ibu tetap bisa menemanimu meskipun ibu tanpa ART, saat ibu memasak, saat ibu mencuci, saat ibu menjemur cucian, ibu membayangkanmu yang menemani dalam stroller. Dan mulai pagi ini, rasanya ibu terbangun dari khayalan-khayalan itu, ibu merindukanmu sayang, teramat merindukanmu.

Tak ada lagi sentuhan-sentuhan halusmu yang menemani ibu saat ibu melakukan semua ini, sayang. Tak ada lagi khayalan itu.

Ibu tahu sayang, Allah pasti sudah menyiapkan rencana yang lebih indah dari khayalan ibu, untuk mu, untuk ibu, untuk ayah, untuk eyang, untuk kita semua sayang. Bukan ibu tak menerima ini, bukan ibu tak percaya Allah, tapi ibu hanyalah seorang perempuan biasa yang merindukanmu, sayang. Ibu kangen kamu, sayang.

Kebersamaan kita selama kurang lebih 9 bulan, rasanya berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin ibu melihat dua garis dalam tespack, rasanya baru kemarin ibu menikmati setiap sentuhan-sentuhanmu dalam perut ibu. Meski ibu tak sempat mendengar tangismu, tak sempat memelukmu, tak sempat merawatmu secara langsung.

Aisha, bidadari cantik ibu.
Maafkan ibu sayang, maafkan ibu masih sering bersedih, masih sering menangis di saat merindukan seperti saat ini. Ibu tak ada niat memberatkanmu ataupun ingin kamu melihat ibu rapuh seperti ini.

Kabica, ibu selalu berdoa untukmu, cinta ibu...
Ibu selalu mendoakanmu, agar kamu bahagia berada di surgaNya yang paling indah. Kelak, semoga kita bisa bersama ya sayang, ibu akan memberikan semua yang terbaik yang ibu miliki. Jika sekarang ibu belum bisa memelukmu, menciummu, menggendongmu, menyusuimu, dan semua yang selayaknya seoraang ibu berikan untuk bidadarinya, semoga nanti ibu ada kesempatan untuk melakukannya untukmu, sayang. Rasa sedih yang menyakitkan sayang saat ibu harus melihat ASI ibu menetes terbuang sia-sia tanpa bisa kamu nikmati sayang, bahkan sampai satu bulan kepergianmu, meski tanpa menyusui, meski telah ibu minum obat penghenti ASI, tapi ternyata masih keluar, dan itu semakin membuat ibu merindukanmu, bidadari ibu.

Sayang, ibu minta maaf ya sayang kalau ibu belum bisa memberikan yang terbaik untukmu.

Aisha, bidadari cantik ibu, bantu ibu dengan doa ya sayang, supaya ibu dan ayah bisa kuat dan melewati masa-masa tersulit ini. Kakak cantik, baik-baik ya... jadi bidadari salihahnya ibu dan ayah. Jika di dunia tak bisa bersama, semoga kelak kita bisa berkumpul ya sayang di surgaNya, semoga kakak salihah bisa jadi penolonf ibu dan ayah ya sayang, agar kita bisa bersama.

I love you, sayang..

Ibu sayang Aisha
Ibu kangen, sayang
Kakak baik-baik ya...

Jasmine House, Senin 24 Februari 2014
10:29

Sabtu, 22 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #6

Assalamu'alaykum bidadari ibu,
Sayang... hari ini ibu sudah di rumah dengan ayah. Kemarin tepat di hari ke 42 mu, ibu pulang dengan ayah, eyang kakung, dan eyang putri. Ayah sakit sayang, jadi ayah dan ibu batal naik kereta api.

Kabica, entah kenapa, ibu merasa jauh darimu, sayang. Ibu kangen sayang, rasanya ibu mulai dari titik awal lagi saat ada di rumah ini. Dulu ibu dan ayah selalu bermimpi, membawamu kesini sayang, kita mulai kehidupan baru bertiga, tapi ternyata ibu harus kembali ke sini tanpamu. Dulu di depan rumah, ada Kakak Mika sayang, yang selali terdengar sampai rumah celotehannya, dan saat itu pula ibu berkhayal suatu hari kamu yang saat itu masih di perut ibu akan berceloteh ria juga seperti kakak Mika waktu itu.

Aisha, ibu kangen sayang. Sekarang ibu sedang sendirian di rumah, ibu kangen kamu. Aisha baik-baik ya sayang, ibu selalu mendoakanmu nak... Semoga kelak kita semua bisa berkumpul denganmu di surgaNya... Aamiin

Rumah Melati, Sabtu 22 Februari 2014
19:03

Kamis, 13 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #5

Assalamu'alaykum bidadari ibu,
Sepertinya hari Kamis jadi identik ya sayang, hari ini pertama kalinya ibu datang ke pusaramu pun di hari Kamis, dan besok tepat 35 hari ya sayang bidadari ibu yang cantik ini bertemu ibu, ayah, dan eyang.

Aisha sayang,
Hari ini ibu dapat kado istimewa, seorang teman ibu, ammah Intan, memberikan bingkisan cantik, sayang. Ibu mengenal ammah Intan di grup One Day One Juz (ODOJ). Grup mengaji yang sudah lebih dari 4 bulan ini ibu ikuti, terima kasih sayang, karena kamu ibu juga ibu ikut grup ini. Ibu yang tadinya ngaji masih bolong-bolong, jadi terdorong ikut ODOJ agar bisa rutin ngaji sayang, dan dari ammah Intan ini ibu beli buku-buku dan dvd yang sebenarnya untukmu. Tapi engga apa-apa sayang,

Kabica kesayangan ibu,
Life must go on, meskipun kehilanganmu adalah hal terpahit dan tersulit yang ibu rasakan, ibu tahu kamu pun tak ingin ibu terus bersedih, ibu berusaha sayang, terus berusaha. Ibu akan kembali pulang mendampingi ayah, melanjutkan hidup. Ada perasaan berat sayang, meskipun kata ayah, ibu boleh menengok pusaramu kapanpun ibu mau, meskipun di hati ibu kakak cantik tetap ada, tapi ada perasaan kita akan berjauhan.

Kabica sayang,
Merindukanmu tanpa bisa bertemu adalah hal yang paling menyedihkan bagi ibu, meskipun ibu tahu sayang, ini adalah jalan yang terbaik dariNya, ibu sayang kamu sayang, tapi Allah jauh lebih sayang kamu. Namun, ibu juga manusia biasa sayang, yang rapuh dan rasanya kehilangan lentera hidup karena kepergianmu. Doa adalah satu-satu cara "bertemu" denganmu. Ibu yakin kamu bahagia sayang, bahagia di surga yang terindah. Ibu selalu berdoa agar kita semua bisa berkumpul di surga Allah kelak, sayang.

Kabica,
Ibu selalu mencintai dan merindukanmu, teramat sangat.

Kamis, 13 Februari 2014
23:27

Minggu, 09 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #4

Bidadari Ibu,
Tak terasa ya sayang besok tepat 1 bulan pertemuan sekakigus perpisahan kita di dunia. Waktu serasa cepat berlalu, meskipun bagi Ibu rasanya semua masih terekam jelas. Di jam yang sama satu bulan yang lalu, Ibu ada di IGD RS PKU Muhammadiyah. Menantimu dengan cemas sayang, pesan dari Ayah melalui whatsapp yang terus mendoakan kita terus berulang. Ayah dan Ibu terus berdoa sayang, agar kita bisa, kita kuat.

Kabica bidadari Ibu yang salihah,
Maafkan Ibu sayang yang selalu mengingat masa-masa itu, Ibu tak ada kenangan lain, bahkan bersamamu pun tak ada 5 menit. Ibu hanya diijinkan sebentar menciummu, ciuman selamat datang dan salam perpisahan. Tak ada kesempatan Ibu untuk memelukmu, menggendongmu, bahkan sekedar membelaimu, sayang.

Aisha,
Betapa banyaknya panggilan kesayangan untukmu, dulu saat kamu masih di perut Ibu, Kakak, Kabica, Kakak Bica, Aisha, sampai-sampai Ayah sempat khawatir kami bingung sayang dengan panggilan dari Ibu ini.

Sayang,
Kehilanganmu adalah bagian tersulit dalam hidup Ibu, kadang Ibu capek sayang, kadang Ibu marah, kadang Ibu sedih ketika orang-orang seolah mencibir Ibu yang masih sering menangis, belum bisa bertemu dengan banyak orang. Meskipun tak pernah berhenti Ayah menguatkan Ibu, beberapa sahabat menenangkan Ibu. Ahh biarlah toh mereka tak pernah merasakan kehilangan belahan jiwanya, anak yang tumbuh berkembang dalam rahimnya, itulah kalimat penghibur Ibu saat Ibu masih bisa berpikir jernih, sayangnya Ibu masih lebih sering belum bisa mengontrol semua.

Kabica sayang,
Ini sulit bagi Ibu, nak. Tapi Ibu akan terus berusaha, berusaha kuat berusaha ikhlas yang sebenar-benarnya, demi kamu, demi Ayah, juga demi Ibu sendiri. Ibu yakin, sekarang kamu sudah benar-benar seorang Maheswari seperti namamu, bidadari cantik, di surga.

Ibu selalu merindukan dan mencintaimu, sayang, selalu.

Minggu, 9 Februari 2014
21:58

Kamis, 06 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #3

Kabica sayang,
Hari ini hari Kamis, hari yang sama hari istimewa itu sayang. Meskipun tak seperti di awal-awal, Ibu masih berusaha kuat sayang setiap mengingat ini adalah malam Jum'at. Baru saja Ibu menemukan blog yang kisahnya mirip kita sayang, mungkin lebih beruntungnya Mom dan Pap masih diberi kesempatan untuk lebih lama dengan buah hatinya, sementara kita tidak sayang. Tidak sayang, Ibu tidak iri, setiap orang pasti punya jalannya masing-masing.

Sayang, sekali lagi, air mata Ibu bukan tanda ketidakikhlasan atas kepergian Kakak, Ibu mana yang tak sedih sayang setiap merindukan buah hatinya, belahan jiwanya, setiap kali melihat foto-fotomu sayang, ada perasaan tak percaya, karena rasanya Ibu melihatmu sedang tidur.

Meskipun Eyang dan Ayah sudah menjauhkan semua barang-barang Kakak dari Ibu, melarang Ibu menyimpan fotomu di hp atau tab agar tak bisa setiap saat membukanya, namun ingatan Ibu terhadapmu tak berubah sayang. Setiap melihat foto Ayah, melihat mata Ayah, selalu Ibu ingat mata kamu, sayang, apalagi melihat foto Ibu sendiri, seperti kata Eyang, kamu mirip Ibu, Nak. Pipi tembem mu pasti dari Ibu, bentuk dagu, bentuk hidung, hampir semua sayang.

Aisha, bidadari Ibu..
Ibu sebenarnya tak ingin dikasihanin sayang, tapi bukan berarti Ibu juga terima dengan becandaan atau hiburan yang tak pas. Berapa kali Ibu menerima ucapan kurang lebih agar segera punya adik, mereka mungkin tak tahu sayang, betapa setiap anak itu ibarat jari-jari tangan, apa bisa kita menggantikan jempol dengan telunjuk? Tidak bisa bukan? Sama sepertimu sayang, andai suatu hari nanti Allah menitipkan lagi belahan jiwa untuk Ayah dan Ibu, itu tak kan pernah menggantikanmu, sayang. TIDAK AKAN PERNAH.

Kabica, kesayangan Ibu...
Ibu kangen, semoga kelak kita semua bisa berkumpul di JannahNya ya sayang..

Kamis, 6 Februari 2014
19:07

Minggu, 02 Februari 2014

1st Anniversary

"Kalau kakak lahirnya tanggal 2 lucu kali ya sayang"
...

"Ayah, aku mau kue tart dong pas tanggal 2 nanti, trus foto-foto sama kabica"
...

Ahh... percakapan di akhir tahun itu rasanya seperti baru kemarin. Ahh... yasudahlah...

Pagi ini, serangkaian doa lewat bbm saya terima,

"Sayang....alhamdulillah y...kita udah melalui satu tahun usia pernikahan kita.....semoga kita semakin dewasa dalam menyelesaikan masalah...dan bisa bahagia bersama hingga d surga ALLAH....aamiin "

Sesaat setelah saya terbangun dari mimpi yang entahlah mimpi indah atau biasa, yang jelas rasanya hampir tiap tidur saya bermimpi tentang seorang bayi.

Seperti kali ini, saya melihat seorang bayi perempuan lucu yang digendong seorang laki-laki berusia 20an yang wajah asing, ketika ingin saya gendong, bayi itu tak mau, tiba-tiba ada perempuan yang menggendong bayi itu, mengambil dari gendongan laki-laki tadi. Bayi tadi masih ketawa-ketawa dan dada- dada kepada saya perlahan menjauh.

Saya terbangun, dan mendapatkan bbm dari suami saya tadi.

Ahh ya, hari ini tepat satu tahun usia pernikahan kami. Tepat 23 hari yang lalu bidadari kami berpulang, tanpa sempat merayakan ulang tahun pernikahan pertama ayah ibunya.

Di sini, di ujung tempat tidur, air mata saya kembali mengalir, dan membalas bbm suami saya.

Semalam lewat pukul 2 saya baru bisa tidur, setelah mendapat shock therapy (lagi-lagi) dari seseorang yang mengirim pesan lewat wa di tengah malam dengan kalimat yang lagi-lagi membuat saya rasanya seperti diremas. Oh, betapa empati rasanya seperti barang langka.

Aahh satu tahun pernikahan bukan hanya sekedar angka, bukan hanya sekedar perayaan, tapi ini benar-benar ujian untuk kami berdua, kehilangan seorang buah hati yang berbulan-bulan kami nantikan.

Minggu, 2 Februari 2014
17:09


Sabtu, 01 Februari 2014

Surat untuk Bidadari #2

Seorang teman Ibu pernah menulis "memang rindu hanya akan sembuh dengan pertemuan, tapi keadaan mungkin tak selamanya mengijinkan, dalm doa adalah pertemuan yang sebenarnya".

Selain berdoa, ini adalah cara Ibu untuk melepas rindu padamu, Kabica.

Ibu bersyukur sayang, di masa-masa yang menurut Ibu masa tersulit ini, Ibu memiliki teman-teman yang menguatkan Ibu. Meskipun tetap ada yang bersikap sebaliknya.

Kehilanganmu adalah hal paling menyakitkan, sayang. Ibu merindukan kebersamaan kita, tendangan-tendangan halusmu. 9 bulan rasanya begitu cepat.

Besok genap 1 tahun Ibu dan Ayah menikah, sayang. Dan mengharapkan keberadaanmu di bulan-bulan berikutnya. Ayah bahkan sempat mengkhayal kelahiranmu di tanggal yang sama dengan pernikahan ayah dan ibu. Ibu pun sempat mengkhayal, sayang, kita akan merayakan bertiga. Tapi semua tinggal khayalan.

Kabica, bidadari kesayangan Ibu, Ibu kangen.

Sabtu, 1 Februari 2014
09:37

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design