Selasa, 30 Desember 2014

My 2nd Pregnant (3)

Assalamu'alaykum adik... pertama-tama ibu minta maaf ya sayang karena ibu selalu menunda dan menunda menulis tentangmu.

Sekitar 2-3 minggu lalu ibu kembali periksa, meskipun lama-lama ibu dan ayah dan ga sreg dengan dokter ini, tapi mau bagaimana lagi, di kota kecil ini dokter kandungan engga sebanyak di Solo atau Wonogiri yang kita bisa milih. Hanya ada 2 di sini, dokter yang satunya ibu udah keder duluan denger cerita dari temen ayah yang katanya jutek banget. Semoga apapun itu adik tetap sehat dan selamat engga kurang suatu apapun ya sayang.

Menjelang di usia 22 minggu ini, akhir-akhir ini perut bagian kiri terasa kurang nyaman, mungkin karena adik makin besar dan ada bekas jahitan caesar. Tak apa sayang, yang penting adik selalu sehat.

Ibu selalu berdoa adik sehat, selamat, engga kurang suatu apapun baik lahir maupun batin. Ibu berharap ayah dan ibu mendapat amanahNya untuk merawat adik dan mendidik menjadi anak shalih atau salihah. Apapun jenis kelaminnya, kehadiran adik ditunggu ayah dan ibu serta keluarga besar.

Dibanding kakak dulu, kakak membuat ibu lebih manja, ngidam ini itu, engga suka deket-deket ayah apalagi nyium parfumnya, malam engga bisa tidur. Adik mau semuanya, engga banyak ngidam, adik tau ya kalau harga cabe melambung? :D jadi engga kayak kakak dulu yang maunya cuma makanan yang ekstraaaaaa pedaaaas sampai-sampai kakak dikira laki-laki. Ibu juga maunya deket-deket ayah terus. Tapi kakak dan adik sama-sama anak rajin ya? Maunya beres-beres, masak, bersih-bersih dan wangi. :D
Apapun itu kalian adalah permata-permata ibu. Kakak sekarang in shaa Allah udah di surga, dan adik in shaa Allah akan menemani ayah dan ibu dari di dunia sampai kelak kita semua kumpul di surgaNya. Aamiin.

Adik, sehat-sehat terus ya sayang.

Rainbow House, Selasa 30 Desember 2014
13:01

Sabtu, 27 Desember 2014

Surat untuk Bidadari #20

Assalamu'alaykum kesayangan ibu :)

Tak terasa sayang, tinggal dalam hitungan hari, genap 1 tahun pertemuan dan perpisahan kita di dunia. Selalu ibu panjatkan doa untukmu, agar Aisha selalu bahagia di surgaNya dan kelak kita bersama selamanya. Aamiin.

Sekarang ibu lagi di Cirebon sayang, sama ayah. Meski tak semellow dulu, namun setiap ke sini, selalu ibu merasa "ahh andai ada kamu, pasti sekarang lagi bobo di tengah" sambil menatap kasur :). Tak apa sayang belum waktunya.

Aisha, sekali lagi ibu ucapkan terima kasih, karenamu ibu banyak belajar. Betapa tak mudah menjadi orang tua, kata teman ibu, ini saatnya memperbanyak ilmu lagi. Ilmu parenting, ilmu agama.

Sayang, bahagia selalu di surga ya Nak. Ibu selalu berdoa kelaka kita bisa bersama dan tak kan terpisahkan lagi.

Iluimu, salihah.

Cirebon, Sabtu, 27 Desemer 2014
06:02

Selasa, 09 Desember 2014

(Selalu) Ada Allah untuk kita

Merangkai kata demi kata dengan perasaan penuh emosi.  Meskipun tiada tempat terbaik untuk mengadu selain dalam sujud kepadaNya, biarlah barisan kalimat ini menjadi curhatan saya sebagai seorang istri.

Ada perasaan sedih, kecewa, sekaligus marah yang amat sangat saat orang yang kita sayang disakiti, wajar bukan? Begitupun dengan saya. Ada bulir air mata dan kemarahan dalam hati setiap kali ada perasaan tak terima.

Melihat suami saya diam, melihatnya bagai mesin, saya marah. Rasa marah dan kasian yang sering berujung air mata. Andai kau ijinkan, rasa marah ini sudah tentu saya lampiaskam langsung pada mereka, tapi seperti biasa, hanya kalimat "sudahlah, biarin aja".

Ahh...

Saya tak peduli, siapa dia, saudara, teman, sahabat, atau cuma rekan saat melihat mereka memperlakukanmu seperti itu, kemarahanku luar biasa, kesedihanku mendalam.

Ada rasa kadang doa pun tak cukup, ingin pula ada tindakan lain yang saya lakukan untuk menghentikannya. Selalu berujung, saya yakin, Allah jaauh lebih sempurna dalam melindungimu, suamiku, hanya doa yang selalu bisa dipanjatkan, kita kuat, kita bisa melewatinya. Biarlah mereka mendzalimi kita sesuka hatinya dan biarlah Allah pula yang melindungi kita, serta membalasnya dengan setimpal.

Rainbow House, Selasa 9 Desember 2014
09:29

Minggu, 07 Desember 2014

Perdana Masak Rendang Padang

Kemarin saya cerita soal warna warni memasak setelah menikah. Lalu gimana?

Finally... setelah hampir 2 tahun menikah dengan lelaki berdarah Minang hihihi, saya memberanikan diri memncoba yang namanya bikin rendang Padang.

Saya engga berani lansung masak banyak, daging yang saya pakai aja engga ada 1/4kg. Kata suami "ihh kamu tuh rugi masak dikit, capeknya itu ga sebanding kalau dikit gini". Yaa daripada langsung 1kg daging, kalau gagal bikin nyeseek boo... bukan apa-apa barang-barang lagi mahal gini.

Hasilnya, sukses namun dengan beberapa kritikan salah satunya, too oily alias terlalu berminyak, kayaknya karena saya kebanyakan santan. Kata suami sih "dikit lagi (beneran sukses)". Ok, kapan-kapan bikih lagi, udah ada request yang minta dikasih baby potato.
Alhamdulillah... jadi berani nih, masukin menu rendang dalam tambahan masakan pas lebaran yang akan datang.

ABAIKAN FOTO YANG ALA KADARNYA. *Wkwkwk ini sambil nunggu rendangnya menghitam.

Resep yang saya pakai ini, resep paliiiiing sederhana, karena seperti biasa sayaa nyari amannya. Resep saya comot dari sini nih.

Rainbow House, Minggu 7 Desember 2014
04:35

Jumat, 05 Desember 2014

Tentang Memasak (Warna Warni dalam Rumah Tangga)

Bisa dikatakan komitmen saya dan suami termasuk yang menganut paham klasik, seperti bahwa sebaiknya istri adalah istri yang di rumah/ bukan wanita karier, boleh bekerja tapi tidak boleh meninggalkan anak atau menitipkan anak pada orang lain, bahwa istri harus bisa memasak dan mengurus rumah tangga.

Soal memasak menjadi salah satu persoalan di awal pernikahan kami. Saya bisa memasak versi keluarga saya, karena basic nya memasak di keluarga saya yang simpel, itu yang dilakukan ibu saya, jadi makanan sehari-hari itu ya biasa sayur bening, tahu tempe goreng, atau aneka olahan tumisan, yang namanya masak agak ribet semisal soto aja bisa diitung jari lebih banyak pas weekend alasannya ibu saya diburu waktu untuk mengajar. Jadi ya saya bisa masak kalau cuma masak tumis-tumisan, goreng tempe, bikih perkedel.

Masalah timbul setelah saya menikah, suami saya engga doyan kalau masakan tumis-tumisan, lebih tepatnya kalau cuma tumis-tumisan mah bukan masak. Dengan background keluarga suami yang berdarah minang, tentu tahu bagaimana masakan Padang itu. Engga ada yang simpel, kecuali perkedel tuh. Hahaha...
Belum lagi soal selera lidah, saya orang Jawa cenderung menyukai rasa manis, suami lebih cenderung rasa pedas asin. Kebayang kan? Udah beda selera rasa dan beda persepsi soal BISA MEMASAK.

Saya pun berusaha harus bisa memasak versi suami, saya tentu tidak langsung membuat rendang atau gulai, ya setidaknya saya masak yang bukan masakan simpel, alias yanh tinggal cemplung-cemplung macam tumis-tumisan. Saya mulai memasak yang agak ribet, apalagi suami engga suka kalau potongan bawang itu masih keliatan jadi bawang bawangan itu cincang halus atau ulek. Jadi saya mulai memasak macam pepes tahu, ayam goreng mentega, dan segala macem lauk pokoknya yang bukan simpel tapi belum berani masuk ke ranah Minang.

Sekarang Alhamdulillah sudah banyak kemajuan, menurut suami, sudah dua lebaran ini saya menyediakan masakan ala lebaran mulai dari opor kuning maupun opor putih, sambal goreng kentang, sayur godog ala betawi, dan yang terakhir bikiiin ketupaaaat. Hahaha. Udah keren gitu? Belum lah... sambal goreng ati dan sayur godog menurut suami kasih pete walaupun cuma buat aroma aja, soalnya suami juga engga doyan, soal bumbu saya masih nyari aman, not bad, tapi kurang berani. Apalagi ya? Oh iya bikin kue lebaran. Jadi tahun ini selain perdana bikin ketupat yang juga baru seumur hidup saya bikin, juga bikin kue lebaran meskipun cuma dua macem yaitu nastar dan doggie cookies.

Ternyata ini berdampak besar, saya jadi engga gitu suka masakan rumah, yang rasa cenderung manis dan yang simpel-simpel. Hihihi.. paling menyenangkan kalau mertua dateng terus nanya " Afin engga bikin kue?", jadi Alhamdulillah sekarang di menjelang 2 tahun menikah setidaknya seperempat selera makanan suami terpenuhi, mulai dari balado kentang telur, kalio ayam, gulai daun singkong, dll. Satu-satu masakan inti yang belum adalah rendang Padang. Makanya pas dulu bikin rendang ayam, suami bilang itu kalio soalnya masih merah bumbunya, kalau rendang itu hitam.

Selain karena ingin menyenangkan suami, masa ngidam lah yang dulu akhirnya saya terjun ke dapur. Waktu hamil pertama dulu pengen bubur sumsum, pengen pisang goreng. Nah, senengnya kalau selain suami ada yang nyicipin terus bilang enak. Hihihi... pernah suami nanya, "kamu malu engga kalau jualan pisang goreng?" , saya bilang engga, ternyata pas dibawa ke teman-temannya, mereka bilang enak, nah yang jadi masalah adalah saya ini belum konsisten kata suami, jadi kadang enak kadang biasa aja. Wkwkwkkwk.

Kemarin seneng juga sih pas mertua dateng, makan soto, dan nanya, "ini beli ya?", soalnya beberapa kali nambah. Hahaahaa...entahlah, saya anggap aja itu enak, dan penyemangat buat saya buat masak yang lebih enak lagi. :)

Semangaaat memasak untuk keluarga !!

Rainbow House, Jum'at 5 Desember 2014
06.27

Selasa, 02 Desember 2014

Pilihan

Sekali lagi tentang memilih lingkungan, tentang memilih orang-orang di sekitar kita.

Rasa sedih dan kehilangan selalu ada saat mengingat Aisha yang in shaa Allah telah bahagia di surga, tapi saya tak akan terpuruk, hidup harus terus berjalan, saya harus jadi ibu yang kuat untuk anak-anak saya, saya yakin Aisha pun tak akan suka melihat ibunya terpuruk.

Kebangkitan saya tak lepas dari suami dan keluarga, dan pastinya lingkungan saya. Teman-teman saya, yang tanpa mereka sadari sudah memberikan suntikan semangat yang luar biasa.

Lingkungan agama yang membawa dampak luar biasa untuk saya, untuk selalu berprasangka baik pada Allah, meskipun pernah ada yang mencibir saya karena kepergian Aisha, tapi saya selalu berusaha lebih percaya pada kalimat "Allah sayang kamu, itulah kenapa Allah mengujimu". Ini pilihan bagaimana saya menyikapinya.

Kadang saya kesal melihat orang-orang yang diberi amanah, tapi saya melihat dengan sudut pandang saya mereka tak amanah. Banyak berita bayi dibuang, atau  kadang melihat di grup tentang peduli ASI, masiiii banyaaaak sekali yang memberi sufor memberi bubur bayi instan atau bahkan MPASI dini, rasanya ingin saya ambil bayi-bayi itu. Tapi sekali lagi, itu sudut pandang saya. Saya akan berusaha melihat dari sudut pandang lain, inilah cara Allah mengajarkan saya, jangan sampai saya seperti itu, Allah sedang meminta saya belajar lebih lagi agar kelak saya tak goyah dengan prinsip no sufor, no instan, no MPASI dini. Ini pilihan, bagaimana saya harus bersikap kelak.

Bersama orang-orang yang menebarkan energi positif akan membawa kita menjadi positif, berulang kali saya leave group dari ODOJ 23, berulang kali pula saya masuk. Labil. Ya, tapi kini saya berusaha kuat, ala bisa karena biasa, ala bisa karena dipaksa. Awalnya memang berat, rasanya terpaksa, tapi jujur banyak energi positif saat saya futur, saat iman  sedang turun, saat rasanya memegang Al quran berat, ada pejuang-pejuang di sana yang membuat saya malu, malu lupa bersyukur. Ada seorang ibu muda dengan bayi hitungan hari tapi masih konsisten dengan tarjimnya, ada seorang single parent berangkat subuh pulang petang menyetir sendiri kendaraannya, ada ibu dengan 3 anak yang masih balita tanpa ART tiap shubuh sudah kholas, ada yang kerja 24 jam karena menjadi tenaga kesehatan masih sempat tilawah, meski harus menunda tidurnya. Ma shaa Allah, betapa malunya saya. Ini pilihan, mengikuti ego atau bertahan dengan mereka.

Inilah hidup, banyak pilihan di depan kita.

Tuntun hambaMu ini selalu ya Allah, dekatkanlah dengan orang-orang yang bisa membawa hamba menuju kebaikan.

Rainbow House, Selasa 2 Desember 2014
10:48

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design