Senin, 28 Februari 2011
Jumat, 25 Februari 2011
Dag Dig Duueeerrr!!!!
Semalam tak nyenyak tidur. Berkali-kali bangun. Dan herannya mimpinya tetap sama. Ceritanya sih beda tapi yang dimimpiin sama. Hahahahaha
Deg deg kan... cengar-cengir
Hari ini mau ketemu lagi nih!!! Ke kota itu lagi..Haduuhh...
Pokoknya lagunya Sheila SO7 lagiii lahh
Hari telah terganti
Tak bisa ku hindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya
Tak bisa ku hindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya
Jantungku berdegup cepat
Kaki bergetar hebat
Akankah aku ulangi merusak harinya
Kaki bergetar hebat
Akankah aku ulangi merusak harinya
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Beri aku kekuatan
‘tuk menatap matanya
Untuk kali ini saja
Beri aku kekuatan
‘tuk menatap matanya
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Kau tahu betapa aku
Lemah dihadapannya
Kau tahu berapa lama
Aku mendambakannya
Lemah dihadapannya
Kau tahu berapa lama
Aku mendambakannya
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Hariku bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanyahttp://akhza.com/liriklagu
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanyahttp://akhza.com/liriklagu
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Tiba-tiba saja teringat pertemuan sebelumnya. Teringat dia bilang “lo kenapa sih ga mau lihat gue? Nyesel ya ketemu? Tambah jelek?”
Dooohh...pengen getok deh... Tau ga sihhh? Ini lagi melawan si dag dig dug ituuu...
Hahahhahaha
Ya Allah, semoga hari ini Kau ijinkan aku kembali ke kota itu, kembali bertemu lagi.
Semoga semesta kembali mengijinkan kami bertemu dan melewati hari dengan indah. Amin
Udah ahh ke toilet dulu... *(lagi-lagi) bolak balik pipis gara-gara grogi.
GS LT4, 25 Februari 2011
08:04:00
Label:
Blog MP
Kamis, 24 Februari 2011
Rabu, 23 Februari 2011
Sebuah Proses (Belajar pada Pembuatan Keramik)
Beberapa waktu yang lalu pun seorang kawan sempat mengirim sms yang isinya,
Tegur jika aku mulai sombong, tegur jika aku mulai angkuh, tegur jika aku mulai salah, karena aku masih butuh sahabat sepertimu hari ini, esok, dan selamanya. Karena sahabat itu seperti bintang, walaupun jauh dia bercahaya, meski kadang menghilang dia tetap ada, tak mungkin dimiliki, tapi tak bisa dilupakan.
Sayangnya... tak selamanya niat baik kita itu disambut baik. Mungkin cara saya yang salah, mungkin waktunya yang kurang tepat, dan mungkin masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang menyebabkan apa yang ingin kita sampaikan menjadi berbeda. Dengan kata lain tujuan kita tidak sampai, dan tak jarang justru menimbulkan selisih paham.
Dampaknya pun kalau tidak sampai maksud dan tujuannya bisa tersinggung, menimbulkan kejengkelan di masing-masing pihak. Ini baru saja saya alami.
Sempat berpikir yaudahlah, nyesel udah ngingetin kalau malah jadi kaya’ gini. Namun seorang kawan bilang, “tugas kita sebagai seorang teman, hanyalah mengingatkan, urusan dia mau menjalani atau tidak, mau mengerti atau justru sebaliknya, sebaik-baiknya kawan kita tetap harus mengingatkan”. Tapi jujur, pasti ada rasa jengkel bukan ketika niat baik kita disalah artikan.
Lalu apa jawaban teman saya? Dia mengatakan ingatlah selalu cerita tentang keramik yang harus bolak-balik dibentuk, dipanaskan, baru menjelma jadi wujud yang rupawan. Ujian yang bikin kesel, jengkel, dan yang lain itu sama kaya proses pembakaran keramik. Seolah-olah sakit, padahal setelahnya justru membuat kita jadi makhluk yang lebih baik.
*terimakasih kepada kawan yang tak bosannya meluruskan saya setiap saya mulai berbelok
GS LT4, 23 Februari 2011
08:03:01
Label:
Blog MP
Selasa, 22 Februari 2011
Hal-hal SEPELE namun PENTING yang sering diLUPAKAN
Si perfeksionis bangkit lagi. Hehehehe...
Akhir-akhir ini bertemu lagi teman-teman yang bisa diajak diskusi, berbagai hal. Setiap orang mewakili bidangnya. *udah ga beda jauh sama Menteri-menteri di cabinet
Dampaknya, saya mulai lagi pusing dan jengkel sendiri. Kenapa? Ya kesel sendiri kalau ada yang tidak sesuai dengan pandangan saya. Mulai deh ngeluhnya mulai.
Sebenarnya apa sih yang bikin si Afin itu kesel sendiri?
1. 3 Kata ajaib yang banyak dilupakan
Tolong, terima kasih, dan maaf. Kata-kata yang seharusnya gampang banget diucapkan. Tapi, kenyataannya? Hufh..Kesel ga sih kalo ada orang minta tolong tapi ga pernah pake kata TOLONG, ga pernah bilang MAKASIH. Bukannya pamrih.
2. Buanglah sampah pada tempatnya!!!
Gimana Jakarta ga banjir? Orang gampang banget buang sampah asal lempar aja. Ihh... kalau diingetin jawabannya “Yaelah sebungkus permen juga”. Helloooo... bayangin aja kalau orang satu RT aja, buang sampah sebungkus bungkus permen, dikumpulin. Apalagi kalau seluruh penduduk Jakarta, itu kalau Cuma sebungkus permen, kalau sekotak susu, sebungkus biscuit. Hufh... Ayolah.. kalau ga bawa aja kantong plastik, dimasukin situ dulu, ntar kalau ketemu tempat sampah baru dibuang.
3. Habiskan makannanmu!!!
Hayooo... siapa yang masih suka ga habis kalau makan? Pleasee read http://afhien.multiply.com/journal/item/61/Kisah_Sebutir_Nasi
4. Please jangan gampang pake kata AUTIS
Sering sekali saya mendengar “dasar autis”... hanya untuk mengatakan teman kita sibuk sendiri. Please read it http://chikastuff.wordpress.com/2010/04/06/jangan-mengejek-dengan-kata-autis/
Sebenarnya ada blog lagi yang menggambarkan bagaimana seorang ibu menghadapi anaknya yang autis. Sayangnya tulisannya tidak bisa diakses lagi.
Hmm.. apalagi ya?*sok mikir . Diingat-ingat dulu deh, nanti ditulis lagi kalau sudah ingat.
Bukan saya sok, saya paling sempurna. No!! Saya hanya berusaha menerapkan hal-hal kecil, hal-hal yang bagi sebagian orang mungkin tidak penting.
GS LT4, 22 Februari 2011
13:23:10
Label:
Blog MP
Kamis, 10 Februari 2011
Saatnya Bukan Lagi Menjadi Pintar Tetapi Cerdas berubah menajdi Kenapa ingin menjadi pintar? Bagaimana dengan cerdas?
Sering kita dengar salah satu doa orang tua untuk anaknya “semoga anakku menjadi anak yang pintar…”. Namun jarang kita dengar (bahkan saya belum pernah dengar ataupun mengetahui) ada orang tua yang mendoakan anaknya, “semoga anakku menjadi anak yang cerdas…”.
Mengapa harus pintar? Mengapa bukan cerdas yang menjadi pilihan? Apa bedanya pintar dan cerdas? Pintar itu diperoleh dari proses pendidikan dan harus memiliki kertas pengakuan (ijazah, sertifikat, ataupun lain sebagainya) sedangkan cerdas merupakan hasil dari proses belajar namun tidak memiliki pengakuan otentik.
Lalu apa bedanya proses pendidikan dan proses belajar? Pada proses pendidikan ilmu diperoleh melalui jenjang pendidikan atau bangku sekolah. Sedangkan pada proses belajar, ilmu itu bisa didapat dari mana saja, tidak harus mengecap bangku pendidikan (belajar dari lingkungan sekitar, belajar dari pengalaman, dan lain sebagainya).
Kenyataan yang terjadi, pintar itu pasti mutlak diakui meskipun yang bersangkutan belum atau tidak dapat dikatakan cerdas. Sebaliknya secerdas apapun orang tersebut tidak mutlak diakui, meskipun yang bersangkutan (pada praktiknya) lebih “pintar” dibandingkan yang pintar.
Kemudian karena perbedaan pintar dan cerdas, ada permasalahan yang timbul di sekitar kita. (meskipun tidak semua) sering kali orang yang disebut pintar bertindak arogan kepada orang yang dapat dikatakan cerdas namun tidak pintar, misalnya timbulnya pertanyaan ataupun pernyataan “pendidikan terakhir Anda apa?”, “masa saya yang harus melakukan hal tersebut? percuma saya sekolah tinggi dan mahal”, “Anda kan cuma seorang SMA / sarjana muda / (tinkgkatan pendidikan yang lebih rendah dari lawan bicara), apa bisa melakukannya??”, atau masih banyak yang lainnya.
Kepintaran seseorang memang mutlak diakui karena memiliki nilai berupa deretan angka-angka atau huruf-huruf, jenjang pendidikan, bahkan tempat dimana seseorang itu memperoleh ilmunya. Akan tetapi jangan selalu memandang sebelah mata terhadap orang yang dapat dikatakan cerdas namun tidak pintar. Memang perlu waktu untuk menilai seseorang dapat dikatakan cerdas karena tidak memiliki deretan angka atau huruf untuk menilai layak atau tidak seseorang disebut cerdas.
Menurut apa yang saya amati memang ada hal mendasar untuk membedakan pintar dan cerdas. Apakah itu????? Jawabannya adalah pintar berkata-kata atau bersilat lidah. Kenapa bersilat lidah? Sebagai salah satu contoh, mungkin anda akan sepakat dengan saya jika anda amati tutur kata orang disebut pintar, lalu amati tutur kata dari orang yang anda anggap cerdas.
Malah banyak dari orang cerdas yang bertindak “TALK LESS, DO MORE”, bukan malah “TALK MORE, DO LESS” ,kenapa demikian? Ya karena mereka juga merasa percuma “TALK” karena sering tidak dianggap.
Karena pintar (meskipun tidak/belum bisa dikatakan cerdas) lebih dihargai, dibandingkan cerdas namun tidak pintar. Apakah hal tersebut yang menyebabkan banyak orang ingin menjadi pintar bukan cerdas?
*corat coretku yang telah di"permak"oleh seorang kawan
makasih banyaaaakk!!!
Mengapa harus pintar? Mengapa bukan cerdas yang menjadi pilihan? Apa bedanya pintar dan cerdas? Pintar itu diperoleh dari proses pendidikan dan harus memiliki kertas pengakuan (ijazah, sertifikat, ataupun lain sebagainya) sedangkan cerdas merupakan hasil dari proses belajar namun tidak memiliki pengakuan otentik.
Lalu apa bedanya proses pendidikan dan proses belajar? Pada proses pendidikan ilmu diperoleh melalui jenjang pendidikan atau bangku sekolah. Sedangkan pada proses belajar, ilmu itu bisa didapat dari mana saja, tidak harus mengecap bangku pendidikan (belajar dari lingkungan sekitar, belajar dari pengalaman, dan lain sebagainya).
Kenyataan yang terjadi, pintar itu pasti mutlak diakui meskipun yang bersangkutan belum atau tidak dapat dikatakan cerdas. Sebaliknya secerdas apapun orang tersebut tidak mutlak diakui, meskipun yang bersangkutan (pada praktiknya) lebih “pintar” dibandingkan yang pintar.
Kemudian karena perbedaan pintar dan cerdas, ada permasalahan yang timbul di sekitar kita. (meskipun tidak semua) sering kali orang yang disebut pintar bertindak arogan kepada orang yang dapat dikatakan cerdas namun tidak pintar, misalnya timbulnya pertanyaan ataupun pernyataan “pendidikan terakhir Anda apa?”, “masa saya yang harus melakukan hal tersebut? percuma saya sekolah tinggi dan mahal”, “Anda kan cuma seorang SMA / sarjana muda / (tinkgkatan pendidikan yang lebih rendah dari lawan bicara), apa bisa melakukannya??”, atau masih banyak yang lainnya.
Kepintaran seseorang memang mutlak diakui karena memiliki nilai berupa deretan angka-angka atau huruf-huruf, jenjang pendidikan, bahkan tempat dimana seseorang itu memperoleh ilmunya. Akan tetapi jangan selalu memandang sebelah mata terhadap orang yang dapat dikatakan cerdas namun tidak pintar. Memang perlu waktu untuk menilai seseorang dapat dikatakan cerdas karena tidak memiliki deretan angka atau huruf untuk menilai layak atau tidak seseorang disebut cerdas.
Menurut apa yang saya amati memang ada hal mendasar untuk membedakan pintar dan cerdas. Apakah itu????? Jawabannya adalah pintar berkata-kata atau bersilat lidah. Kenapa bersilat lidah? Sebagai salah satu contoh, mungkin anda akan sepakat dengan saya jika anda amati tutur kata orang disebut pintar, lalu amati tutur kata dari orang yang anda anggap cerdas.
Malah banyak dari orang cerdas yang bertindak “TALK LESS, DO MORE”, bukan malah “TALK MORE, DO LESS” ,kenapa demikian? Ya karena mereka juga merasa percuma “TALK” karena sering tidak dianggap.
Karena pintar (meskipun tidak/belum bisa dikatakan cerdas) lebih dihargai, dibandingkan cerdas namun tidak pintar. Apakah hal tersebut yang menyebabkan banyak orang ingin menjadi pintar bukan cerdas?
*corat coretku yang telah di"permak"oleh seorang kawan
Label:
Blog MP
Langganan:
Postingan (Atom)