Tampilkan postingan dengan label Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Life. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Januari 2015

[Belajar] Menahan Diri Part 2

Udah kayak kayak buku aja ada sekuelnya. Kali ini mau curcol lagi soal kegemesan saya. Ihh mie kali gemes :p
Jadi begini ceritanya, ada perempuan yang tiba-tiba mengadd akun socmed seorang laki-laki bukan mahramnya berkali-kali. Jadi add akun A, diignore ganti add akun B diignore, masih belum nyerah ganti add akun C diignore. Lalu apa yang salah?
Pertama, kedua orang ini bukan mahram dan sudah sama-sama berkeluarga, yang mengherankan perempuan ini pun dalam socmed berteman dengan istri si laki-laki namun tidak ada komunikasi. Menurut saya, sepertinya engga etis ya? Itu menurut pandangan saya. Kenapa?
Begini, semenjak menikah saya benar-benar membatasi teman lawan jenis walaupun di socmed ya? Entah sudah berapa kali saya mengignore teman-teman lawan jenis, meskpun saya kenal. Akun socmed di sini misal instagram, line, facebook, bbm, path dsb. Jujur masih ada di daftar pertemanan saya yang lawan jenis, mereka ini sudah saya approve jauuh sebelum menikah. Sebenarnya saya pengen meremove satu per satu cuma masih ada rasa sungkan. *ini gimana sih masih setengah-setengah gini *tepokjidat.
Kalau ditanya ih kenapa sih gitu amat? Pertama saya perempuan yang sudah menikah, tentu menghargai dan menghormati perasaan suami saya adalah yang pertama, rasanya gimana sih kalau tiba-tiba ngobrol geje dengan lawan jenis. Bukan tidak mungkih memunculkan fitnah to?
Yang kedua, sebagai perempuan kita harus pandai menjaga kehormatan diri kita, kenapa? Baik secara agama maupun norma sosial tentu sudah jelas kan? Jangankan sudah menikah belum menikah, terus kita dekat dengan lelaki yang bukan mahram pasti menimbulkan fitnah kan? T.T *ingeet dosa masa lalu, huhuhuhu
Jujur saya tidak sempurna, bahkan tidak akan jadi sempurna, cuma saya sedang dan in shaa Allah terus belajar. Saya sendiri berkerudung sudah hampir 11 tahun, tapi ilmu saya masih sangat minim, bahkan di masa lalu banyaak dosa yang pernah saya lakukan, kerudung asal nutup dada, masih bercelana jeans, kaos kaki entah kemana, dan sifat saya yang dulu cenderung tomboy jadi teman lawan jenis itu lebih banyak. Astagfirullah :(
Nah, makanya saya gemes pas ada cerita itu, mungkin hal wajar ya buat sebagian orang tapi buat saya mmm maaf ya itu engga wajar. Untuk sebagian orang di sekitar saya mungkin aneh saat misal saya menolak pergi ketika suami belum memberi ijin, ih gitu amat cuma ngumpul doang. Bukankah perempuan keluar rumah harus ada ijin suami? Itu yang saya tahu.
Apalagi ini? People change, manusia bisa berubah, itu yang saya dapat dari status seorang teman, bisa karena ekspetasi terhadap orang tersebut terlalu tinggi (mengganggap dia jauh mengerti agama sehingga tidak mungkin melakukan hal tersebut) bisa jadi mungkin sedang futur (kondisi iman sedang menurun *cmiww).
Karena ternyata di"tegur" pun sepertinya kok malah kekeuh yang dilakukan engga salah malah tertawa. Semoga hatinya terbuka. :)
Nah, sekelumit *ihh cerita ngalor ngidul gitu dibilang sekelumit :D , ini pelajaran sekaligus pengingat buat saya, perempuan itu istimewa? Kenapa istimewa, saat gadis kalau dia melakukan dosa, ayahnya yang akan menanggung, setelah menikah suaminyalah yang menanggung. Tunjukkan kalau kita sayang mereka, dengan apa? Jaga kehormatanmu, jaga mereka dari tanggungan dosa-dosa yang kita lakukan. Dari hal kecil aja. Ingat selangkah kita melakukan hal yang tak disukai Allah selangkah pula orang yang kita sayang tersebut mendekati neraka. Naudzubillah hi mindzalik.
Sekali lagi, saya juga masih belajar juga, bukan maksud menggurui karena ini juga curcolan ala emak-emak yang sering curhat-curhatan :p.
Rainbow House, Minggu 25 Januari 2015
01:26

Sabtu, 17 Januari 2015

[Belajar] Menahan Diri

Apaa bangeeet jam segini malah curcol. Yaa berharap habis curcol bisa bobo cantik. :)

Ceritanya beberapa hari yang lalu saya liat postingan mantan rekan kerja saya di kantor dulu posting foto anaknya di socmed lagi ngedot. Sebagai orang yang udah setahun lebih belakangan ini nguprek-nguprek ilmu tentang ASI alias air susu ibu, saya nanya dong kenapa pakai dot. Karena dari obrolan-obrolan sebelumnya dia cerita RS tempat dia melahirkan itu pro ASI.

Daaan..terkuak lah *halah apadeh, intinya karena SC dia minum obat cina katanya jadi kering, dengan berbusa-busa *lebay mulailah saya jelasin dengan ilmu yang baru seuprit ini, kalau makin dia jarang menyusu langsung alias ngedot pakai susu formula itu ASI makin kering, dan dia tetep ngeles katanya ASI nya jadi racun . Whaaat? *sabar-sabar kaleem kalem.

Panjang lebar saya jelasin soal relaktasi, soal mengganti media ASIP selain dot, tapi jawabannya sungguh mengecewakan. Dan yang membuat emosi saya memuncak malah promosi dagangan dia. Huuffhh yasutralah, kayaknya lebih antusias promosi dagangan daripada usahain biar anaknya ASI ekslusif.

Yaa memang saya belum pernah ngerasain nano-nano nya gimana menyusui, nano-nanonya jadi ibu, tapi kan engga salah dong kita bekelin diri dulu dari teori. Soalnya pengalaman kemarin, saya sc karena Aisha meninggal dan saya menolak mendonorkan ASI (perawat menanyakan pasca SC, ASI nya mau diperah dan didonorkan atau mau dihentikan dengan obat), saya minum obat itu sampai sebulan itu masug keluar biar cuma setetes-setetes. Resikonya ya PD saya bengkak, sempat panas menggigil 2x, bener-bener kedinginan sampai 5 lapis selimut RS yang tebalnya sedang tetap ga mampu menahan dingin tapi badan saya panas. Alasan engga didonorin, ga siap secara mental, tiap tetes yang keluar setelah itu aja rasanya di hati kres kreees. Aduuuh ini kenapa jadi curcol gini.

Jadi intinya saya ini sebel kalau ada yang engga mau kekeuh usahain ASI buat anaknya, kasus kemarin ketambahan sebel gara-gara malah semangatnya dagang, mana yang dijual itu barang-barang bocah. Apa engga serasa diiris-iris ini hati. Dan ini bikin saya beberapa hari ini jengkel kalau inget. Kalau inget kata temen saya, dia pasti komen "orang-orang kantormu aneh banget sih Fin" :)))

Mbuhlah, saya engga pernah ngerasa sefrekuensi sama mereka, teu nyambung wae. Nah ini salah satu kelemahan saya, kalau udah emosi menusuk hati menghujam jantung gini saya suka susah menahan diri, dampaknya ya kayak sekarang masih aja kepikiran, masih aja uring-uringan, bikin engga bisa bobo cantik. :(

Terus...teruus... salah satu caranya, yaudah ala-ala truk itu "Jaga Jarak", segala kontak wa, line , saya hapus, fb nya saya unfollow biar engga liat updatean dia, kenapa? Habis kalau liat dia nongol saya masih uring-uringan. Diiih gaje banget Fin.. emang iya :))) ini demi kesehatan mental saya, jauhin segala energi negatif itu. Biar batin tenang, lahir sehat. Hihihihi.

Buat saya lumayan efektif dengan jaga jarak termasuk engga liat namanya di friendlist socmed itu bikin ngerasa better. Engga memusuhi lho ya... Allah engga suka kan saling bermusuhan, engga mutusin tali silaturahim juga. Yaa pokoknya engga nampak aja biar saya engga keinget lagi atau bikin batin sakit. :D

Aduuuh... udah ah udah jam segini curcol geje panjang lebar serasa penyiar radio tengah malam. Mari bobo cantik, masih ada 2.5 jam lagi buat tidur.

Have nice dreams

*lega deh habis nulis gini hehehe

Rainbowhouse, Sabtu 17 Januari 2015
01:03

Selasa, 09 Desember 2014

(Selalu) Ada Allah untuk kita

Merangkai kata demi kata dengan perasaan penuh emosi.  Meskipun tiada tempat terbaik untuk mengadu selain dalam sujud kepadaNya, biarlah barisan kalimat ini menjadi curhatan saya sebagai seorang istri.

Ada perasaan sedih, kecewa, sekaligus marah yang amat sangat saat orang yang kita sayang disakiti, wajar bukan? Begitupun dengan saya. Ada bulir air mata dan kemarahan dalam hati setiap kali ada perasaan tak terima.

Melihat suami saya diam, melihatnya bagai mesin, saya marah. Rasa marah dan kasian yang sering berujung air mata. Andai kau ijinkan, rasa marah ini sudah tentu saya lampiaskam langsung pada mereka, tapi seperti biasa, hanya kalimat "sudahlah, biarin aja".

Ahh...

Saya tak peduli, siapa dia, saudara, teman, sahabat, atau cuma rekan saat melihat mereka memperlakukanmu seperti itu, kemarahanku luar biasa, kesedihanku mendalam.

Ada rasa kadang doa pun tak cukup, ingin pula ada tindakan lain yang saya lakukan untuk menghentikannya. Selalu berujung, saya yakin, Allah jaauh lebih sempurna dalam melindungimu, suamiku, hanya doa yang selalu bisa dipanjatkan, kita kuat, kita bisa melewatinya. Biarlah mereka mendzalimi kita sesuka hatinya dan biarlah Allah pula yang melindungi kita, serta membalasnya dengan setimpal.

Rainbow House, Selasa 9 Desember 2014
09:29

Minggu, 07 Desember 2014

Perdana Masak Rendang Padang

Kemarin saya cerita soal warna warni memasak setelah menikah. Lalu gimana?

Finally... setelah hampir 2 tahun menikah dengan lelaki berdarah Minang hihihi, saya memberanikan diri memncoba yang namanya bikin rendang Padang.

Saya engga berani lansung masak banyak, daging yang saya pakai aja engga ada 1/4kg. Kata suami "ihh kamu tuh rugi masak dikit, capeknya itu ga sebanding kalau dikit gini". Yaa daripada langsung 1kg daging, kalau gagal bikin nyeseek boo... bukan apa-apa barang-barang lagi mahal gini.

Hasilnya, sukses namun dengan beberapa kritikan salah satunya, too oily alias terlalu berminyak, kayaknya karena saya kebanyakan santan. Kata suami sih "dikit lagi (beneran sukses)". Ok, kapan-kapan bikih lagi, udah ada request yang minta dikasih baby potato.
Alhamdulillah... jadi berani nih, masukin menu rendang dalam tambahan masakan pas lebaran yang akan datang.

ABAIKAN FOTO YANG ALA KADARNYA. *Wkwkwk ini sambil nunggu rendangnya menghitam.

Resep yang saya pakai ini, resep paliiiiing sederhana, karena seperti biasa sayaa nyari amannya. Resep saya comot dari sini nih.

Rainbow House, Minggu 7 Desember 2014
04:35

Jumat, 05 Desember 2014

Tentang Memasak (Warna Warni dalam Rumah Tangga)

Bisa dikatakan komitmen saya dan suami termasuk yang menganut paham klasik, seperti bahwa sebaiknya istri adalah istri yang di rumah/ bukan wanita karier, boleh bekerja tapi tidak boleh meninggalkan anak atau menitipkan anak pada orang lain, bahwa istri harus bisa memasak dan mengurus rumah tangga.

Soal memasak menjadi salah satu persoalan di awal pernikahan kami. Saya bisa memasak versi keluarga saya, karena basic nya memasak di keluarga saya yang simpel, itu yang dilakukan ibu saya, jadi makanan sehari-hari itu ya biasa sayur bening, tahu tempe goreng, atau aneka olahan tumisan, yang namanya masak agak ribet semisal soto aja bisa diitung jari lebih banyak pas weekend alasannya ibu saya diburu waktu untuk mengajar. Jadi ya saya bisa masak kalau cuma masak tumis-tumisan, goreng tempe, bikih perkedel.

Masalah timbul setelah saya menikah, suami saya engga doyan kalau masakan tumis-tumisan, lebih tepatnya kalau cuma tumis-tumisan mah bukan masak. Dengan background keluarga suami yang berdarah minang, tentu tahu bagaimana masakan Padang itu. Engga ada yang simpel, kecuali perkedel tuh. Hahaha...
Belum lagi soal selera lidah, saya orang Jawa cenderung menyukai rasa manis, suami lebih cenderung rasa pedas asin. Kebayang kan? Udah beda selera rasa dan beda persepsi soal BISA MEMASAK.

Saya pun berusaha harus bisa memasak versi suami, saya tentu tidak langsung membuat rendang atau gulai, ya setidaknya saya masak yang bukan masakan simpel, alias yanh tinggal cemplung-cemplung macam tumis-tumisan. Saya mulai memasak yang agak ribet, apalagi suami engga suka kalau potongan bawang itu masih keliatan jadi bawang bawangan itu cincang halus atau ulek. Jadi saya mulai memasak macam pepes tahu, ayam goreng mentega, dan segala macem lauk pokoknya yang bukan simpel tapi belum berani masuk ke ranah Minang.

Sekarang Alhamdulillah sudah banyak kemajuan, menurut suami, sudah dua lebaran ini saya menyediakan masakan ala lebaran mulai dari opor kuning maupun opor putih, sambal goreng kentang, sayur godog ala betawi, dan yang terakhir bikiiin ketupaaaat. Hahaha. Udah keren gitu? Belum lah... sambal goreng ati dan sayur godog menurut suami kasih pete walaupun cuma buat aroma aja, soalnya suami juga engga doyan, soal bumbu saya masih nyari aman, not bad, tapi kurang berani. Apalagi ya? Oh iya bikin kue lebaran. Jadi tahun ini selain perdana bikin ketupat yang juga baru seumur hidup saya bikin, juga bikin kue lebaran meskipun cuma dua macem yaitu nastar dan doggie cookies.

Ternyata ini berdampak besar, saya jadi engga gitu suka masakan rumah, yang rasa cenderung manis dan yang simpel-simpel. Hihihi.. paling menyenangkan kalau mertua dateng terus nanya " Afin engga bikin kue?", jadi Alhamdulillah sekarang di menjelang 2 tahun menikah setidaknya seperempat selera makanan suami terpenuhi, mulai dari balado kentang telur, kalio ayam, gulai daun singkong, dll. Satu-satu masakan inti yang belum adalah rendang Padang. Makanya pas dulu bikin rendang ayam, suami bilang itu kalio soalnya masih merah bumbunya, kalau rendang itu hitam.

Selain karena ingin menyenangkan suami, masa ngidam lah yang dulu akhirnya saya terjun ke dapur. Waktu hamil pertama dulu pengen bubur sumsum, pengen pisang goreng. Nah, senengnya kalau selain suami ada yang nyicipin terus bilang enak. Hihihi... pernah suami nanya, "kamu malu engga kalau jualan pisang goreng?" , saya bilang engga, ternyata pas dibawa ke teman-temannya, mereka bilang enak, nah yang jadi masalah adalah saya ini belum konsisten kata suami, jadi kadang enak kadang biasa aja. Wkwkwkkwk.

Kemarin seneng juga sih pas mertua dateng, makan soto, dan nanya, "ini beli ya?", soalnya beberapa kali nambah. Hahaahaa...entahlah, saya anggap aja itu enak, dan penyemangat buat saya buat masak yang lebih enak lagi. :)

Semangaaat memasak untuk keluarga !!

Rainbow House, Jum'at 5 Desember 2014
06.27

Selasa, 02 Desember 2014

Pilihan

Sekali lagi tentang memilih lingkungan, tentang memilih orang-orang di sekitar kita.

Rasa sedih dan kehilangan selalu ada saat mengingat Aisha yang in shaa Allah telah bahagia di surga, tapi saya tak akan terpuruk, hidup harus terus berjalan, saya harus jadi ibu yang kuat untuk anak-anak saya, saya yakin Aisha pun tak akan suka melihat ibunya terpuruk.

Kebangkitan saya tak lepas dari suami dan keluarga, dan pastinya lingkungan saya. Teman-teman saya, yang tanpa mereka sadari sudah memberikan suntikan semangat yang luar biasa.

Lingkungan agama yang membawa dampak luar biasa untuk saya, untuk selalu berprasangka baik pada Allah, meskipun pernah ada yang mencibir saya karena kepergian Aisha, tapi saya selalu berusaha lebih percaya pada kalimat "Allah sayang kamu, itulah kenapa Allah mengujimu". Ini pilihan bagaimana saya menyikapinya.

Kadang saya kesal melihat orang-orang yang diberi amanah, tapi saya melihat dengan sudut pandang saya mereka tak amanah. Banyak berita bayi dibuang, atau  kadang melihat di grup tentang peduli ASI, masiiii banyaaaak sekali yang memberi sufor memberi bubur bayi instan atau bahkan MPASI dini, rasanya ingin saya ambil bayi-bayi itu. Tapi sekali lagi, itu sudut pandang saya. Saya akan berusaha melihat dari sudut pandang lain, inilah cara Allah mengajarkan saya, jangan sampai saya seperti itu, Allah sedang meminta saya belajar lebih lagi agar kelak saya tak goyah dengan prinsip no sufor, no instan, no MPASI dini. Ini pilihan, bagaimana saya harus bersikap kelak.

Bersama orang-orang yang menebarkan energi positif akan membawa kita menjadi positif, berulang kali saya leave group dari ODOJ 23, berulang kali pula saya masuk. Labil. Ya, tapi kini saya berusaha kuat, ala bisa karena biasa, ala bisa karena dipaksa. Awalnya memang berat, rasanya terpaksa, tapi jujur banyak energi positif saat saya futur, saat iman  sedang turun, saat rasanya memegang Al quran berat, ada pejuang-pejuang di sana yang membuat saya malu, malu lupa bersyukur. Ada seorang ibu muda dengan bayi hitungan hari tapi masih konsisten dengan tarjimnya, ada seorang single parent berangkat subuh pulang petang menyetir sendiri kendaraannya, ada ibu dengan 3 anak yang masih balita tanpa ART tiap shubuh sudah kholas, ada yang kerja 24 jam karena menjadi tenaga kesehatan masih sempat tilawah, meski harus menunda tidurnya. Ma shaa Allah, betapa malunya saya. Ini pilihan, mengikuti ego atau bertahan dengan mereka.

Inilah hidup, banyak pilihan di depan kita.

Tuntun hambaMu ini selalu ya Allah, dekatkanlah dengan orang-orang yang bisa membawa hamba menuju kebaikan.

Rainbow House, Selasa 2 Desember 2014
10:48

Sabtu, 08 November 2014

(Menjadi) Ibu Hebat

Saya pernah membaca sebuah tulisan, apa sebenarnya tolok ukur keberhasilan sebagai orang tua? Jawabannya ternyata bukan melihat anaknya sukses menjadi "orang" tetapi kesuksesan sebagai orang tua dapat dilihat dari bagaimana ketaatan anak terhadap Allah.

Lalu bagaimana mendidik amanah-amanah Allah ini agar taat? Cukupkah dengan "ceramah" kita yang menjejali dengan tuntutan "ayoo solat dek", "ayo ngaji dek". Membawa guru ngaji ke rumah, memasukan ke pesantren, atau yang lebih lembut, saat masih kecil jangan dibangunkan waktu shubuh alasannya kasian masih kecil. Tentu lebih efektif jika sedari dini anak-anak kita melihat langsung contoh yang ada, siapa lagi kalau bukan ayah ibunya? Kita sibuk menyuruh anak ke masjid, sementara kita dengar suara adzan jangan-jangan masih leyeh-leyeh di depan tv.

Saya pernah melihat sebuah tayangan di televisi, seorang artis bilang "saya ini bisa dibilang dari keluarga yang religius, tapi dari keluarga yang religius pun saya pernah jadi orang br*ngs*k", begitupun saya baca sebuah cerita beliau dari keluarga yang bisa dibilang kental dengan nilai-nilai agama, bahkan beliau sendiri sudah dipakaikan kerudung sejak usia 3 bulan, tapi beliau bilang benar-benar merasakan nikmatnya berkerudung itu saat SMA.

Cerita-cerita seperti ini kadang membuat saya khawatir, ya Allah sanggupkah hamba kelak menjaga titipanMu dengan amanah? Contoh yang baik, lingkungan yang mendukung saja belum tentu bisa membawa sang anak dekat dengan penciptanya. Karena memang kembali lagi, Dia lah sang pemilik hati, yang mampu membolak balikkan hati semudah membalikkan telapak tangan.

Banyak belajar itu yang sedang saya lakukan sekarang, sebelum benar-benar menghadapi titipan Allah. Belajar dari teman yang sudah "praktek" lansung. Salah satunya Mbak Farda.

Mbak Farda adalah teman saya di odoj. Beliau baru dikaruniai seorang putri, mungkin  kira-kira sekitar 1 bulan usianya. Apa yang membuat saya kagum dan ingin belajar dengan beliau. Dari masa kehamilan sampai melahirkan beliau masih konsisten ngodoj. Yang membuat saya kagum, bahkan beliau kalau tidak salah hanya ijin 3 hari pasca melahirkan, setelah itu tetap baca terjemahan di masa nifasnya. Padahal menjadi ibu baru tentu tak mudah. Baby Blue Syndrome, adaptasi dengan status baru. Tapi Mashaa Allah bahkan laporan pun tak pernah telat.  Saya tanya tipsnya kendalanya. Rasanya... yang ada dalam hati saya cuma bilang " Ya Allah semoga kelak saya pun bisa seperti Mbak Farda". Mbak Farda yang ga bisa lepas dari Anina, anaknya, yang ibarat 5 menit ditinggal udah oek oek. Bahkan sampai ke kamr mandi pun sambil gendong Anina.

Ada lagi, Mbak Fatmah namanya, teman odoj juga. Seorang ibu yang kala itu beranak 3 (sekarang 4), tanpa ART, balitanya masih 3 tahun, kakaknya yang 2 masih SD dua-duanya. Apa yang membuat saya kagum? Setiap hari selalu kholas sebelum Shubuh. Beliau pun hari tertentu masih mengajar.

Ya Allah melihat teman-teman ini rasanya membuat saya betapa PR saya masih banyak sekali yang harus saya siapkan. Semoga Allah memudahkan saya. Aamiin

Jadi catatan saya, Mbak Farda bilang,

"Jangan sampai nikmat dari Allah justru membuatmu lalai pada Allah"

Ketika saya tanya kenapa Mbak Farda masih bisa tilawah padahal baru ada Anina, hati saya tertohok oleh jawaban Mbak Farda. Jadi engga ada alasan saya untuk jadi engga tilawah atau baca terjemahan, lanjut beliau. Saat berjuang itu sulit tapi yang lebih sulit menjaga keistiqomahan kita.

:')

Terima kasih ya Allah, menghadirkan orang-orang di sekeliling saya untuk menjadi guru untuk saya.

Rainbow House, Sabtu 8 November 2014
04:45

Jumat, 10 Oktober 2014

Up and Down

Hidup memang dirancang tak selamanya lempeng aja. Seperti gambar yang saya dapat dari path ini "If there are no ups and downs in your life. It means that you're dead".

Hal ini pula yang saya rasakan belakangan ini, banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang membuat saya down. Saya sebut banyak karena lebih dari 3 orang. Ada yang bercanda dengan candaan yang seperti tak pernah menggunakan akalnya dengan menyamakan saya dengan hewan, ada yang sudah melakukan kesalahan dengan mengcopaste foto saya tanpa rasa bersalah ditambah dengan tindakan yang lain yang ketika saya tegur malah nyolot, ada yang tiba-tiba bersikap "siapa elu?" ketika sepertinya sudah tidak membutuhkan. Ada yang bersikap seenaknya. Engga apa-apa eh apa-apa juga sih, kalau engga apa-apa tentu saya masih bisa bilang "i'm ok", toh nyatanya tidak.

Tapi di saat yang sama Allah ternyata memang taj pernah lupa memberikan obat di antara penyakit-penyakit yang datang ini. Seorang sahabat, memang kami tak selalu berinteraksi setiap hari, tapi entahlah dari sejak dulu setiap di antara kami ada masalah tiba-tiba ada jalan yang menghubungkan kami. Saling menyemangati. Bahkan yang tak kan pernah terlupa dari ingatan saya. Saat saya hamil Aisha dulu, basah kuyup dia antarkan Pandan Banana roll cake, dia dari Bandung tidak pulang dulu untuk sekedar ganti baju, dia antarkan ke rumah saya. Semoga Allah membalas segala kebaikan dan ketulusanmu, Mey.

Pun dengan sekarang ini, di saat hati saya tercabik-cabik, di saat saya down, tiba-tiba dia muncul lagi. Mengajak bergandengan tangan agar bisa melewati rasa sakit ini. Saya pikir, ini cara Allah menunjukkan ke saya, siapa sebenarnya teman yang baik itu. Bukankah seseorang dinilai dari siapa teman karibnya? :) Tak salah bukan jika akhirnya saya pilih menjauh setelah mereka telag sukses menyakiti saya ataupun ketika saya coba hubungi tiba-tiba sikapnya sudah berubah 180·.

Mungkin saya akan mengikuti cara suami saya. Suami saya membagi orang di sekitarnya dengan sahabat, teman, kenalan, rekan kerja, ya semacam itulah. Jadi ketika kita kecewa kita disakiti mungkin salah kita juga karena mengharap banyak pada orang tersebut. Tapi jika kita menganggapnya bukan siapa-siapa, kita tak kan pernah memikirkan sikap dan perkataannya. Toh bukan siapa-siapa.

Mungkin sikap saya yang terlalu lemah pula pada mereka, yang entah sudah berapa kali suami negur, kamu kayak gitu banget sih sama mereka. Ahh tapi yasudahlah, Allah tak pernah tidur bukan? Saya akan terus berusaha berpikir inilah cara Allah menyelamatkan saya dari orang-orang yang tak baik. Kata psikolog di sebuah stasiun tv swasta, kesehatan jiwa banyak dipengaruhi lingkungan sekitar, maka pilihlah teman yang bisa membawa ke perubahan yang positif untuk menghidari stres dan depresi.

Rainbow House, Jum'at 10 Oktober 2014
13:23

Kamis, 14 Maret 2013

Mashed Potatoes With Cheese

Haaaaaalllllooooouuuu.....

Jadi ceritanya setelah saya yang kena flu dan batuk, Ayah malah ikut ketularan. :( 
Bikin tambah males masak, jadi beberapa hari beli makan di luar terus, nah dari kemarin itu emang lagi males banget makan nasi, pengennya yang lembut-lembut, setelah bikin bubur kuah aneh itu (tulisannya di sini). Pengen banget mashed potatoes, dulu pertama kali makan itu sekitar 3 tahun yang lalu gegara pasang behel dan engga bisa ngunyah. Cuma karena di salah fastfood jadi MSGnya kerasa banget. 

Nah, kemarin habis jenguk temen Ayah di rumah sakit, pulangnya mampir ke toserba Yogya, beli kentang. Btw, saya bukan gegayaan belinya bukan di tukang sayur, gegara malah dimainin harganya sama si Ibu tukang sayur jadi bikin males kalau belanja, ntar deh ditulis.

Eh...ini ngomong-ngomong panjang bener pembukaannya. Udah yuk cuss, resep mashed potatoes-nya saya comot dari sini nih...cuma seperti kata Mommy Ayu , semua resep mah kembali ke selera dan sarana prasaran yang tersedia. Hahhahaa

Oke ini resepnya:

Bahan:
4 Buah kentang ukuran besar
30 ml susu hangat (karena susu cairnya lagi abis, saya pakai SKM)
setengah kotak keju parut
25 gram margarine cair.

Bumbu:
Garam halus secukupnya
Merica halus secukupnya

Cara:
1. Kupas kentang, cuci, dan potong-potong ukuran sedang.
2. Rebus kentang ke dalam air mendidih yang sudah diberi garam, tunggu sampai matang. Cara mengecek kematangan kentang dengan menusukkan garpu.
3. Jika kentang sudah mantang, angkat, dan hancurkan kentangnya sampai halus.
4. Tuangkan susu dan margarine ke kentang yang sudah dihaluskan, tambahkan keju, garam, dan merica secukupnya. Aduk sampai adonan benar-benar tercampur.
5. Siapkan teflon, olesi dengan margarin, tuangkan adonan kentang tadi ke teflon, taburi keju parut diatasnya. (seharusnya sih di pinggan tahan panas dan di oven tapi saya engga punya 2-2 nya).
6. Tutup teflon dan masak dengan api kecil, tunggu sampai matang.

Naaaahh, pulang kerja Ayah saya minta buat nyobain, dan langsung bilang "enak". Yuhuuuuuuuu....yeaaayyy,  Ayah bilang suka, ya mungkin karena emang Ayahnya suka kentang dan asin jadi pas dibikinin langsung bilang enak. Hahahaa, tadinya hari ini  mau bikin lagi, pengen nyoba yang dikasih telur, tapi Ayah bilang "jangan sering-sering kenapa, ntar bosen, kamu mah kalau suka itu mulu". Oh ya untuk penyajiannya, bisa ditambahkan lagi dengan keju parut dan saus dan enaknya disantap selagi hangat-hangat. 

Baru kali ini Ayah bilang "jangan diabisin, aku masih mau". Hahahahaaha

Ini penampakannya



Oranye House, Kamis 14 Maret 2013
12:07

Senin, 11 Maret 2013

Kisah Istimewa (Lanjutan)

Hai-hai...sesuai janji kemarin pengen cerita tentang Kisah Istimewa (Lanjutan) . setelah kemarin cerita Kisah Istimewa  1 tentang serba-serbi nano-nano pra nikah dan nikahnya. Di  sini lebih pengen cerita soal gimana kehidupan setelah nikah, dan ini engga bakal selesai, kan insyaAllah akan terus berlanjut. :-)

Setelah selesai acara resepsi, kira-kira jam 4 sore, eh selesainya sih jam 3an tapi ada sesi foto-foto sama mas Fotografer dan ada temen yang baru dateng karena ada acara kesasar dulu, baru jam 4 mulai dilepas, segala yang menyesakkan ini. Bayangin aja di luar yang engga perlu disebutin, hahaha, ada 3 lapis  atau 4 plus baju beludru hitam itu. 

Nah, malamnya, eitttttss jangan mikir macem-macem deh, saya ngobrol-ngobrol gitu sama suami, dan sampai beberapa hari kemudian saya sering nangis, beneran deh nangis terbengek-bengek sampai suami bingung. Why?? Jadi entah kenapa, ada perasaan kangen banget sama orang tua, padahal bayangin ya, itu kita masih se rumah, tapi rasanya sumpah beda banget. Udah beda suasana dan situasinya, sekarang udah punya suami, engga boleh manja, dan di situ bener-bener deh rasanya kayak flashback, dan waktu itu berjalan cepat banget.

Apalagi 4 hari kemudian saya ikut suami ke tempat dimana sekarang saya lagi nulis nih, di Kota Mangga, Indramayu, karena jatah cuti suami sudah habis, itu pas pamit sama Bapak, Eyang, dan sodara yang lain saya  pakai acara nangis, duuuh bedalah pokoknya, rasanya sedih aja.

Terus kan Ibu ikut nganter, pas Ibu pulang, itu juga nangis-nangis, sampai suami bingung, dan itu adalah moment hello welcome to the real world. Banyak hal baru yang akhirnya saya sadari setelah menikah ini. Suami saya kerja shift 3 hari shift pagi (08.00-16.00), 3 hari shift sore (16.00-00.00), dan 3 hari shift malam (00.00-08.00), nah pertama itu langsung ditinggal shift malam, udah deh, parno aja bawaannya apalagi musim ujan, katanya kalau ujan deres suka mati lampu. Alhasil, engga bisa tidur.

perlengkapan pas ditinggl shift sore atau shift malam

Oh ya, sekarang baru tau jawaban dari pertanyaan "kok bisa?", jadi dulu suka mikir aja kok Ibu bisa sih tetep bangun pagi walaupun tidurnya larut, ternyata saya mengalami, kalau suami shift sore sampai rumah kira-kira jam 00.30, itu pasti saya nunggu suami pulang, eh besoknya kirain yah bakalan bisa tidur sampai siang, engga taunya tetep bisa lho bangun pagi dan engga tidur lagi, pasti jadi mikir ntar kalau saya tidur yang masak siapa.

Pokoknya banyak hal baru dan pelajaran baru setelah saya menikah, satu hal pelajaran berharga bagi saya adalah saya menyesal pacaran, kenapa engga dari dulu aja, beneran deh karena awal nikah itu penyesuaian banget banget banget, dari hal keciiiil sampai hal gede. Contohnya dari makanan saya suka manis suami sukanya pedas dan asin, saya suka kecap suami engga suka. Saya engga suka gelap, suami engga bisa tidur kalau engga gelap, saya engga suka berisik, gerasak gerusuk, semua harus rapi teratur, duduk di kasur pun engga boleh kalau udah rapi, suami mah asal aja.

Duuuh pertama-pertama ya, saya tiap hari bersih-bersih dan rapi-rapi melulu, sampai diingetin suami biar naluri pembantu saya ini dikurangin,hihihihih ya gimana ya gatel aja kalau liat yang engga rapi dan teratur.

Pokoknya sekarang mah ya masih adaptasi, banyak kebiasaan-kebiasaan yang selama ini kita engga tau, jadi saran saya, yang lagi pacaran, buruan deh nikah aja.

Ini... seekelumit cerita pasca nikah saya, doain pernikahan kami tetep langgeng selamanya, jadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan punya keturunan yang sholeh dan sholehah.. Aamiin




Oranye House, Senin 11 Maret 2013
20:17
 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design