Saat saya sedang menyusun rangkaian kata-kata demi kata untuk membentuk kalimat ini, perasaan saya sedang tak karuan. Ditemani lagu-lagu yang silih berganti di lepito, sambil ngenet, televisi pun dari tadi terus “memandang” saya dengan program yang silih berganti namun saya acuhkan. Saya sedang kacau, itu yang saya rasakan. Homesick, duit tanggal tua tak memungkinkan saya untuk gila-gilaan melupakan kepenatan saya di tempat-tempat biasa saya melepaskan kepenatan saya apalagi untuk pulang kampung, dan mungkin PMS (Pre Menstruasi Syndrom) *saya sadari setelah kemarin menengok kalender.
Perasaan kacau balau ini sebenarnya sudah seminggu ini, diawali ketika saya melakukan sebuah kesalahan, ok, saya salah, tapi perlukah itu menjadi bahan lelocon untuk semua orang, tak bisakah dengan menegur saya tanpa harus merendahkan saya? Saya merasa lebih baik ketika seorang teman mengatakan “life is for struggle, kamu harus kuat, kejadian seperti itu sudah biasa”, ujian tak berhenti disitu ada seseorang yang memaki saya, mungkin kata yang biasa bagi sebagian orang,tapi bagi saya yang hampir tak pernah mendengar kata-kata kasar seperti itu, sakit sekali rasanya, yang kemudian saya ingat adalah kata-kata Ibu “kamu tidak pernah mendapat kata-kata kasar dari Ibu dan Bapak, kita saling menghormati, makanya kamu sering kaget ketika ada orang bicara kasar atau berbuat kasar, jadikan saja itu pelajaran, agar kamu tidak menjadi jadi orang yang seperti itu”. Masih berlanjut, dalam waktu tak sampai satu minggu saya merasa dimanfaatkan atau apalah istilahnya, betapa mereka memanfaatkan kepercayaan yang saya berikan, saya merasa ditikam dari belakang, saya dikhianati, saya ditipu mentah-mentah. Astagfirullah, saya hanya bisa menangis dan beristigfar serta berdo’a Ya Allah jangan sampai aku seperti mereka, kuatkan hatiku dan bukakan hati mereka, hilangkan rasa dendam dan sakit hatiku.
Entahlah, apakah ini kebetulan karena saya sedang terlalu peka *efek PMS, atau memang sedang diuji. Satu yang pasti, saya yakin Allah tidak akan menguji saya di luar batas kemampuan saya, sangat manusiawi jika saya mengeluh *maaf ya Allah. Saya bersyukur ada orang tua dan teman-teman yang selalu mendengarkan setiap keluh kesah saya, menguatkan saya. Hikmah yang saya dapat adalah, lagi dan lagi Allah ingin saya lebih kuat, lebih struggle, tidak pasrah-pasrah saja, dan pastinya saya besyukur Allah menunjukkan seperti apa mereka-mereka ini *maaf, yang saya rasa menggunakan topeng wajah-wajah innocent. Hehehehe
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, Engkau telah memudahkan saya menulis semua ini. Mulai merasa lega itu yang saya rasakan. Semoga dengan ujian-ujian ini saya menjadi lebih kuat lagi, lebih waspada lagi. Amin
*bingung mau dikasih judul apa
KHM No.4, Minggu, 24 Oktober 2010
19:28:04
sabar ya fin, emang kudu kuat mental di lingkungan baru, orang2 baru, beda bgt jaman kuliah dulu, skul dulu, kita bisa lari ke temen, ortu, kl skrg kayaknya sgala sesuatu palsu en ada maunya..but itulah hidup, afi harus berjuang, kuatkan mental..sbl cari temen2 seperjuangan..
BalasHapushaturnuhun teh dedew.. :)
BalasHapus