Rabu, 10 September 2014

Surat untuk Bidadari #17

Assalamu'alaykum kesayangan ibu,

Tak terasa ya sayang sudah 8 bulan, Aisha (in shaa Allah) ada di surgaNya. Ibu yakin kakak bahagia di sana.

Sayang, jika suatu hari nanti ibu tak lagi menulis surat untukmu, bukan berarti ibu tak lagi mengingatmu ataupun tak merindukanmu. Doa selalu ibu panjatkan untukmu, bidadari ibu, pun juga saat Allah memberi Debica atau Abica, ibu tak kan melupakanmu.

Saat ini ibu merasa jauh jauuuh lebih baik, sayang. Meskipun terkadang kesal pun ada jika ada yang kepo dengan pertanyaan "kok bisa?". Biarlah sayang, karena mereka mungkin tak pernah tahu rasanya kehilangan.

Aisha, sudah hampir 2 bulan ini ibu dan ayah menempati rumah baru. Dulu ibu sempat berkhayal andai ada kamu, kita bisa bermain di garasi yang luas ini, sayang. Tapi ibu kemudian ingat, tempat yang Allah beri untuk kamu sekarang pasti jauuuuuh lebih luas dan indah. Berdoa ya sayang, kelak kita bisa bersama-sama lagi.

Aisha, tenanglah di tempatmu sekarang. Bahagialah di surga, semoga kelak ibu bersamamu sayang.

Rainbow Home, Rabu 10 September 2014
18:59

Minggu, 10 Agustus 2014

Surat untuk Bidadari #16

Assalamu'alaykum sayang

Beberapa jam lagi, tepat 7 bulan Aisha kembali ke rumah Allah. Tak terasa ya sayang, rasanya seperti baru kemarin. Meski ibu Alhamdulillah mulai kuat, mulai bisa lebih ikhlas, namun tetap yang ibu belum bisa berubah adalah ibu masih kehilangan semangat ibu.

Aisha, ibu yakin ini yang terbaik untukmu, sayang. Allah menjaga Aisha dari kelalaian dunia, Allah menitipkan pesan kepada Ibu lewat Aisha. Tiada yang lebih indah dari keberadaan Aisha di dekat ibu, tapi Allah berkata lain Aisha adalah titipan Allah, Aisha, Ibu dan semuanya milik Allah. Kapanpun Allah menghendaki, tak mampu dicegah, begitupun Aisha.

Aisha, ibu kangen sayang. Kadang setiap kali melihat ada yang upload foto tentang hamil, bayi, dan ceritanya hati ibu seperti tertusuk. Tapi tak apa sayang, ini cara Allah agar ibu lebih sabar.

Kadang ibu membayangkan rengekanmu, permintaanmu tentang ini itu. Ini cara Allah mengajarkan ibu sayang. Agar ibu lebih kuat, agar ibu mempersiapkan segalanya lebih baik lagi untuk menjadi ibu yang baik.

Sayang, tiada berhenti doa ibu untukmu. Bahagialah di surga. Dan berdoalah kelak kita bisa sama-sama lagi.

Rainbow House, Minggu 10 Agustus 2014
00:41

Senin, 14 Juli 2014

Waktu yang Berlalu

Malam ini niat awal buka laptop adalah mau mencari lagunya Opick dan dicopy ke tab. Karena lagu yang dimaksud tak ketemu, dan akhirnya malah suara Sherina menyayikan Cinta Pertama dannTerakhir saya malah nyasar di folder foto-foto. Dari rasa nyesek karena melihat bodyku dulu tak begini hingga terhenti di folder foto-foto saat masih kerja dulu.

Tiba-tiba ingatan melesat, seakan kembali ke masa itu, melihat foto, mengenang  masa lalu, dan jemari saya langsung membuka aplikasi whatsapp, mengirim satu pesan yang sama " apa kabar? Aku kangeeeeen" lengkap dengan emoticon ke "Bocil" Weika dan "Princess Onye" Mbak Winda. Sejenak percakapan kami semakin melemparkan saya pada kenangan-kenangan masa lalu. Tertawa bersama, bete-bete an, kemudian sedih, dan kembali tertawa bersama. Mungkin saya bukan teman yang baik untuk mereka, tapi harus saya akui bahwa mereka menjadi salah satu bagian terpenting dari fase yang pernah saya lewati.

Dan entah kenapa, rasanya saya merindukan mereka, dan dengan sedikit rasa mellow, saya merindukan masa-masa kegilaan ketika lajang masa-masa rasa suntuk dengan setumpuk kerjaan kantor, dengan segala rasa nano-nanonya. Harus saya akui saat-saat terakhir di kantor bersama Mbak Winda, Weika, dan oh ya Kokoh alias Iin alias Indra menjadi satu benang merah yang membuat saya rindu. Kok teman-teman lain engga ya? Haha, duh jahatnya saya. Entahlah. Mungkin karena akhir-akhir masa itu, ada persamaan rasa, rasa gondok dan makan ati berjamaah, hihi , ah sudahlah. Saya hanya ingin menyimpan rasa rindu kepada teman-teman saya ini. Semoga Bocil dan babynya sehat dan lancar sampai persalinan nanti, rencana Mbak Winda nikah bisa lancar, dan Indra segera sebelum pacar yang sudah bertahun-tahun dipacarinya kabur *peace.

Entahlah akhir-akhir ini saya seperti dihadapkan oleh pintu yang membawa saya ke masa lalu, sebelum malam ini merindukan teman-teman kantor saya itu, tiba-tiba Teh Echa, sahabat saya sejak SMA mengirim BBM seperti ini,

10 tahun. Rasanya tak kurang dari jumlah itu aku mengenalmu -meski tak sepenuhnya kuhabiskan waktu bersamamu. Tawa dalam suka, tangis dalam duka, isak dalam haru, pun diam dalam perbedaan pandang purna kita lalui. Kalau dianalogikan dengan pacaran, mungkin pernah berkali kita putus lalu berkali pula kita berbaikan dan menata hubungan agar lebih baik ke depannya. Panggilan dengan nama kecil yg kita temukan untuk satu sama lain di sepuluh tahun lalu nyaris tak berubah, masih dengan rasa yang sama indahnya untuk dilafalkan. Panggilan yang mengukuhkan rasa, yang kusebut persahabatan, lebih lagi persaudaraan. Saudara seiman.. Meski tak melulu bertatap wajah, yakin kau punya kesan tersendiri. Haru selalu, manakala Allah menyampaikan kabar-kabar yang menggelitikku mengingatmu, meski tanpa daya kemudian hanya mampu berucap 'Aku rindu..'. Meski tak melulu menegur dalam kata, menyimak benang merah dari rangkaian riak hidupmu menerbitkan getaran yang entah bisa kusebut apa. Menafsirkan perjuangan dari awal berkenalan hingga berbagai bingkisan luar biasa yang Allah hadirkan dalam hidup dan membawa Iman Islam semakin mendalam. *** Malu aku, jika harus mengakui diri sebagai sahabatmu. Miris terasa, manakala hendak menyebut diri sebagai sahabat, namun tak mampu berbuat banyak untukmu dari kejauhan. Malu aku, manakala tak mampu membendung tangismu, mereda nyerimu, melega sesakmu. Karenanya, maafkan segala kekurangan.. Semoga Allah ridha, berkenan atas persahabatan ini. Seperti yang sering kau kata, mendoakan adalah caraku memelukmu dari jauh.. Uhibbukum fillah, Ne :') TBD.XE 11 Juli 2014 10.12 am

Tiba-tiba jleb, serasa ada sebuah anak panah menusuk. Saya teringat betapa saya ini sangat moody, yang sering ngambek, sering marah tak jelas yang mungkin sudah menyakiti teman-teman di sekitar saya yang selama ini menyayangi saya. Astagfirullah... maafkan hambaMu ya Rabb...

Mengingat masa-masa dulu bersama, sering ada rindu yang menyeruak, aahh masa itu, gumam saya. Semakin menjadi saat teman kuliah sekaligus menjadi teman kantor saya dulu mengAdd akun Path saya, melihat aktivitasnya membawa saya kembali ke masa yang dulu pernah saya lewati.

Jujur harus saya akui kadang saya merindukan, merindukan memakai baju rapi ala kantoran, merindukan lari dengan high heels, tekanan pekerjaan yang sempat membuat saya langsing tanpa diet, merindukan suasana berbeda rumah dan kantor, lingkungan berbeda. Tapi kemudian saya seperti disadarkan, menyesalkah saya? Saya harus bilang tidak. Ini keputusan besar yang pernah saya ambil, meninggalkan dunia kerja kantor. Mungkin rasa ini muncul karena skenario saya ternyata berbeda dengan rencana Allah. Dulu saya pikir setahun menikmati masa bebas kerja, menikmati peran sebagai istri dan seorang ibu yang menantikan anaknya. Kemudian tahun kedua mulai nano-nano dengan anak, dan ternyata Allah punya rencana lain itu jujur sempat membuat saya kaget dan jenuh. Berulang kali saya bilang ke suami "saya jenuh, saya bingung saya mau ngapain". Tapi saya harus bangkit, mungkin ini cara Allah agar saya lebih belajar lagi mempersiapkan diri menjadi seorang Ibu yang mampu mendidik anak-anaknya kelak.

Maka doa saya adalah agar saya dilindungi Allah dari hal-hal yang menyilaukan mata saya akan dunia, saya meminta agar Allah menjaga persahabatan saya dengan teman-teman saya. Membantu saya melihat masa lalu menjadi kenangan yang indah untuk diingat bukan sebagai bingkisan menyilaukan yang membuat saya mundur lagi.

Jasmine House, Senin 14 Juli  2014
23:37

Selasa, 08 Juli 2014

Surat untuk Bidadari #15

Assalamu'alaykum sayang...
Meski ibu tak pernah bisa lagi melihatmu, ibu pastikan Bica sudah bahagia di surga.

Tanpa bermaksud membebanimu, ibu hanya ingin bilang, ibu kesepian. Rasanya ada lubang besar di hati ibu semenjak kamu pergi. Ibu berusaha menutupnya, tapi selalu ada yang melubanginya.

Ada rasa kecewa yang amat besar saat orang yang ibu harap bisa membantu ibu bangkit justru melukai ibu. Kamu tak ada dan yaudah semua biasa saja nampaknya.

Kalau sekarang ada yang bertanya apa keinginan ibu, ibu cuma pengen bilang ibu pengen bahagia. Ibu lelah berpura-pura bahwa semua sudah baik-baik saja. Rasanya tak ada lagi alasan ibu untuk bisa bahagia selain kamu, bidadari ibu yang selalu ada untuk ibu.

Bica, ibu sakit. Sebenarnya setiap sakit, ibu selalu ingin sembuh, ada harapan di depan, tapi rasanya ibu lelah. Lelah jika saat sehat ibu disakiti dan harus pura-pura senyum.

Berhari-hari harus bercengkerama dengan jarum, rasanya teramat sakit karena ibu harus mencari alasan untuk ibu bayangkan agar saat itu ibu berpikir ibu harus sembuh. Tapi tak ada. Rasa sakit jarum itu hilang saat ibu membayangkanmu. Meski ibu tau, ibu tak bisa bebas denganmu saat sembuh.

Bica, lubang di hati ibu semakin besar, rasanya semakin sakit saat menyadari ibu sendiri tanpa Bica lagi untuk melewati semua ini.

Apa yang harus ibu lakukan? Alasan apa yang harus ibu pakai untuk bahagia selain keberadaan Bica?

Ibu kangen Bica, ibu butuh Bica untuk semangat ibu.

Sayang, maafkan ibu. Maafkan ibu yang belum bisa sepenuhnya melepasmu.

Ibu sayang bidadari ibu. Bahagialah di surga sayang, tunggu sampai kelak kita bisa bersama lagi.

Jasmine House, Selasa 8 Juli 2014
22:57

Selasa, 24 Juni 2014

Be Smart Mom

Sejak masa lajang, saya selalu menulis quote "be great woman, wife, and mom". Quote ini tercetus saat saya dan seorang sahabat saya ngobrol tentang kita ke depan  mau jadi apa. Pemikiran kami memang mirip, bertekad saat masih "bebas" mau berkarir, namun kami berencana akan berkarir dalam rumah tangga saat menikah nanti. Saling mengingatkan bekal untuk masa depan karena dari kitalah para perempuan, anak-anak kita nanti menjadi apa.  Al Ummu Madrasatul 'Ula (seorang ibu adalah sekolah terbaik bagi anaknya).

Itupun yang berusaha saya lakukan saat mengetahui telah ada titipan Allah dalam rahim saya. Saya bergabung dalam beberapa group di facebook, mulai dari AIMI  (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), SAM ( Sharing ASI MPASI), HHBF (Health Homemade Baby Food), dsb. Bahkan setiap dokumen AIMI saya print saya jilid, saya pelajari satu persatu. Semua dibahas lengkap, persiapan yang dilakukan semenjak hamil sampai membahas mitos. Di situ saya benar-benar dibukakan mata saya. Oh ya, dari sebelum menikah saya membeli buku Ayah ASI, buku tersebut merupakan kumpulan tulisan-tulisan para ayah yang mendukung ASI.

Pernah saya baca status seorang teman kurang lebih, "mbok jangan saklek-saklek ngikutin aturan, kita ini para ibu juga pasti ngasih yang terbaik bagi anaknya". Saya cuma diam, meskipun tidak tahu dengan pasti, karena tidak pernah ada rekam medis. Saya mau cerita, sejak kecil telinga saya ini bagian dalam sering sakit. Dokter cuma bilang jangan kecapekan. Ini berlanjut terus, sampai kemudian sekitar tahun 2008, saya merasakan telinga yang teramat sakit. Disenggol aja saya pasti jerit, dokter tanya riwayat sakitnya. Kata dokter harusnya sejak kecil saat sembuh dulu di"lacak" penyebab sakitnya, karena kalau sekarang sudah terlambat, cuma bilang infeksi.

Sampai kemudian saya menemukan di dokumen AIMI salah satu dampak buruk dot adalah infeksi telinga pada anak, kenapa? Karena jika anak menyusu langsung dia akan menghisap dan saluran eustachius akan menutup, sehingga ASI tidak akan masuk telinga, berbeda dengan dot diisap atau tidak susu akan tetap mengalir, sementara jika saluran eustachius akan membuka yang berisiko susu masuk ke telinga. Mungkinkah ini dampak saya dulu ngedot? Mungkin saja.

Di samping itu, bisa dibilang daya tahan tubuh saya ini kurang, dari kecil sering sakit, dulu makan coklat secuil bisa diare berhari-hari. Perlu diketahui saya minum ASI hanya sampai 7 bulan itupun campur sufor, alasannya ibu kerja. Lalu akankah saya menyalahkan ibu saya, tidak. Karena saya tahu beliau pasti berusaha memberikan yang terbaik, sayangnya mungkin terbatasnya ilmu beliau tentang hal ini.

"Ahh... aku dulu juga ngedot ga pa pa"  pasti ada yang akan bilang begitu, suami pun bilang begitu ke saya. Lalu saya bilang, bukankah setiap anak daya tahan tubuhnya berbeda-beda?

Mengajak lingkungan saya, suami bahkan ibu saya sendiri untuk pro ASI bukan sesuatu yang mudah. Bahkan ketika saya kekeuh nyari rumah sakit yang pro IMD, ASI, dan room-in (rawat gabung) pun bukan sesuatu yang mudah. Berusaha nonton bareng proses IMD melalui youtube adalah salah satu caranya, mengajak suami baca buku tentang ayah ASI untuk suami pun harus kayak ngingetin makan.

Saya menyerah? Kadang. Akhirnya saya cuma bilang, ada UU nya lho kalau sampai RS memberi sufor tanpa seijin keluarga. Ada peraturannya juga bahwa bayi memiliki hak untuk memperoleh ASI ekslusif sampai 6 bulan, kemudian baru diberi tambahan.

Lalu berhasilkah saya? Belum. Allah punya rencana lain, bayi kami pergi duluan ke rumah Allah saat lahir. Pengalaman pertama yang saya alami adalah bahkan ketika akan dilakukan Sectio Caesar (Operasi) untuk tindakan darurat waktu itu, saya masih sempat bilang " dok, ijinkan saya IMD jika nanti telah lahir", dan dokter bilang "Pasti bu, jika memungkinkan pasti IMD", tapi Allah punya rencana lain.

Lalu apa tujuan saya menulis ini? Saya merasa paling ngerti? Tentu tidak, kita semua terus belajar. Hati saya sedih setiap kali melihat bayi, lebih sedih saat mereka tidak mendapatkan hak-nya. Misal tidak ASI, MPASI dini, menyapih dengan paksa.  Saya tahu itu adalah anak-anak mereka, mereka sebagai orang tua punya caranya sendiri untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, tapi yuk kita memberikan yang terbaik dengan ilmu yang terbaik pula.

Cita-cita saya saat ini adalah saya ingin menjadi konselor ASI, tapi pengetahuan yang minim, pengalaman yang belum ada membuat saya masih ragu. Jika diijinkan suami, saat Allah mengijinkan saya kembali diberi titipanNya, saya pun ingin ikut donor ASI.

Pengalaman saya setelah melahirkan kemarin, ditanya perawat, apakah ASI saya akan didonorkan atau dihentikan saja. Karena kondisi saya waktu itu yang tidak stabil, saya pilih menghentikan. Dan, meskipun diberi obat penghenti ASI, sampai sebulan ASI saya masih keluar meskipun hanya setetes-setetes. Saat itu ada rasa sedih, andai saya bisa memberikan ASI saya untuk orang lain.

Dari masa kehamilam, saya selalu dan selalu bilang ke suami, apapun yang terjadi nanti, tolong usahakan beri anak kami ASI. Ijinkan dia diberi donor ASI jika saya tak mampu memberi. Suami malah bilang "jangan ngomong aneh-aneh deh". Mungkin benar saya saklek soal hal ini, karena saya ingin anak saya tidak seperti saya yang sering sakit.

Waktu itu saya sodori facebooknya  Karel Sulthan Adnara, anak dari A' Nazrul Anwar dan alm. Teh Ratna. Saya kenal beliau? Tidak. Saya tahu ketika di grup ODOJ (One Day One Juz) brodcast tentang butuh ASI, singkatnya teh Ratna meninggal saat melahirkan Karel, dan salah satu pesannya adalah Karel harus ASI, dan A Nazrul ini menepati, terakhir saya lihat stok ASIP dari para pendonor cukup untuk kebutuhan Karel sampai umur satu tahun nanti. Masha Allah. Semangat beliau ini yang memacu saya ketika itu untuk bisa memberikan ASIX untuk anak-anak kelak.

Di sini, saya tidak akan menjudge para ibu yang akhirnya memberikan sufor pada anaknya, cuma ingin mengajak mari kita sama-sama belajar memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Yuk bunda-bunda, kita sempat untuk "bermain" facebook, twitter, path, atau media sosial lainnya, tentu kita tak ada ruginya dengan ganti melihat dokumen-dokumen AIMI maupun info-info lain yang penting untuk bayi-bayi penerus kita ini. :)

Giriwoyo, Selasa 24 Juni 2014
17.20

Senin, 23 Juni 2014

Pemilu 2014

Akhirnya mengeluarkan unek-unek juga soal pemilu. Sebenarnya kejadian ini sudah mulai saat Pileg kemarin. Saat saya menerima broadcast BBM buat mulai pilih partai "berhitung". Jujur dari awal saya memang mau golput aja, selain saya memang ga pernah tau siapa-siapa yang mau saya pilih saya juga sudah engga percaya lagi sama mereka yang katanya akan menyuarakan suara hati rakyat.

Makin heboh saat Pilpres, bukan lagi cuma di BC yang menjelekkan antar capres tapi juga beranda facebook saya. Dan jujur kok saya makin ilfil sama partai "berhitung" ini. Jadi saat pileg kemarin, teman saya pasang DP BBM screenshoot twitter seorang penyanyi yang dukung partai mereka, nah kebetulan jauh sebelum si penyanyi ini jadi jawara saya sudah follow akunnya, jadi saya tau dong dia ngetweet apa aja, dan saya inget dia ga pernah ngetweet itu. Saya coba stalking lagi, dan benar si penyanyi ini ga pernah ngetweet itu. Dan akhirnya saya coba telusur akun twitter yang ada dp BBM tadi, yaelaaaaah bro setelah saya stalking ternyata itu sebenarnya akun promosi, yang namanya kemudian diubah jadi nama akun si penyanyi terkenal itu. Saya BBM lah temen saya ini, itu palsu, temen saya bilang cuma dapet dari temennya. -______-

Nah semalem makin ilfil lagi, lagi-lagi via twitter, seorang financial planner ngetweet, kalau fotonya diedit salah satu kader partai yang sama dengan cerita saya sebelumnya, menjadi pendukung capres tertentu, padahal yang bersangkutan mendukung capres yang satunya. Yaelaaaaah... maen edit-edit mulu.

Tadinya saya mah biasa aja sama parpol mana juga, EGP alias emang gue pikirin. Tapi ya itu kayaknya kok membabi buta aja. Udah beberapa teman di facebook yang terpaksa saya remove (karena kalau pakai hp kok ga nemu "tombol" unfollow). Saya engga tau mau dukung siapa, wong saya sama-sama engga yakin sama keduanya, tapi paling males kalau udah saling jelek-jelekin, menganggap dirinya paling we-o-we-be-ge-te aliaw wow banget. Saya sebagai orang awam yang kemungkinan golput lagi, agak males sama yang kayak gitu-gitu lah. Kedamaian dan ketentraman dunia perfacebookan nampaknya mulai hilang. Yang dibawah, alias para pendukung udah pada perang, padahal yang didukung juga belum tentu peduli sama nasib mereka. >.<

Nah, satu lagi herannya yang kampanye mulu itu mantan rekan kerja atau temen lain yang statusnya PNS, padahal setau saya PNS termasuk pihak yang harusnya netral. Kemarin sempet googling, ada kok aturannya yang melarang, yang lucu waktu itu ada yang bilang "boleh kok, coba baca aturannya no sekian" (saya lupa) sementara kemudian ada yang bilang "engga boleh, kemarin udah ada surat edaran dari sekjen", wkekekek notabene keduanya sama-sama kerja di instansi yang sama, sama dengan tempat saya dulu kerja. Nah loo nah loo...

Kalau saya pribadi, terserah mau pilih no 1 mau no 2 tapi mbok yo wis, yang dukung no. 1 ga usah jelek-jelekin no. 2 begitupun sebaliknya, yang no.2 juga ga perlu nunjuk ini lho gue paling keren no.1 ga bisa kayak gue ataupun sebaliknya. Yaa seperti yang saya bilang tadi, para pendukung udah kayak mau perang aja, padahal kalau ada apa-apa belum tentu yang didukung bakal belain mati-matian juga. :p

Udah ah, segitu aja unek-unek dari warga negara yang udah mulai jenuh dengan perang di dunia maya, harapan saya cuma semoga tanggal 9 Juli segera berlalu, karena merindukan ketentraman dunia maya. Hehehehe

Giriwoyo, Senin 23 Juni 2014
09:26

Selasa, 10 Juni 2014

Surat untuk Bidadari #14

Assalamu'alaykum kesayangan ibu...

Bica sayang,
Beberapa hari terakhir ibu banyak mengingat sesuatu karenamu, yang membuat ibu ingin kembali mengucapkan terima kasih untukmu. Selain karena Bica, ibu jadi lebih banyak lagi memperdalam agama, karena ibu ingin menjadi ibu yang terbaik untukmu, ibu baru sadar ternyata kehadiranmu selalu hadir di hari Jum'at, hari yang istimewa, hari yang penuh barokah bagi umat Islam.

Meski ibu tak ingat lagi tanggal berapa ibu melakukan tes kehamilan, tapi ibu ingat sayang, hari itu adalah hari Jum'at sekitar pukul 03.00 pagi di bulan Mei. Hari yang sama dan di jam yang nyaris sama pula kamu hadir. Hadir dalam rahim ibu dan bersiap hadir ke dunia.

Bica sayang,
In shaa Allah sebentar lagi ibu dan ayah akan pindah rumah, ibu meninggalkan rumah-rumah yang pernah ada kenangan kita di sini. Alhamdulillah, ayah membelikan rumah yang mungkin dulu ibu bayangkan menjadi tempat kita banyak menghabiskan waktu bersama. Tapi tak apa Bica, kelak in shaa Allah kita akan bersama lagi di rumah yang lain, yang kita tak kan terpisah lagi.

Bidadari ibu,
Hari ini tepat 5 bulan Bica pergi ke surga, kadang ibu membayangkan sedang apa Bica di sana, ayah sering bilang Bica lagi main sepeda. Ibu kangen sayang, dan ibu hanya bisa berdoa, semoga bidadari ibu selalu bahagia dan kelak kita bisa bersama-sama lagi ya sayang. Aamiin

Kabica,
Jika suatu hari nanti akan hadir Debica maupun Abica, percaya ibu ya sayang, ibu ga akan pernah melupakan Kabica, ibu akan memperkenalkan Debica ataupun Abica ke Bica.

Bica,
Selalu bahagia di surga ya sayang, ibu selalu merindukanmu.

Jasmine House, Selasa 10 Juni 2014
19:33

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design