Jumat, 24 Oktober 2014

My 2nd Pregnant [1]

Tujuan tulisan ini semata-mata untuk meninggalkan jejak mengenai perjalanan kehamilan saya yang kedua ini. Ada rasa sedih saat kehamilan pertama yang saya tak pernah menuliskan apapun tentang Aisha kecuali masalah pernak pernik belanja. Sempat saya tulis di tab, tapi  kemudian tab saya hang dan semua ikut lenyap. Meskipun tulisan ini akan saya simpan dalam draft dan entah kapan saya akan publish, mungkin kelak saat adiknya Aisha sudah terlahir.

Promil
Semenjak kehilangan Aisha adalah masa-masa paling berat yang pernah saya alami dalam kehidupan saya. Dokter yang menangani persalinan saya dulu menyarankan agar segera hamil lagi, minimal 3 bulan pasca sc atau kalau mau ambil amannya ya 6 bulan pasca sc, sementara dokter lain (saya kontrol jahitan kepada beliau karena dokter yang menangani saya waktu itu sedang libur) menyarankan minimal 2 tahun. Saya dan suami shock, meskipun waktu itu belum ada rencana untuk promil menunggu 2 tahun lagi bukan waktu yang sebentar.

6 bulan pasca sc dan saya sudah ikut kembali bersama suami, saya dan suami konsultasi lagi dokter berbeda, dokter kandungan tempat saya kontrol dulu sebelum ke dokter yang di Solo. Saat itu saya rasa justru perbaikan mental saya dulu, entah kenapa saya yang merasa kuat justru menangis saat konsultasi. Saran beliau sama seperti dokter yang menangani saya dulu tidak perlu KB dan bisa langsung promil. Yang saya ingat beliau bilang "manfaatkan nikmat lupa yang diberikan Allah untuk melupakan kesedihan, di luar faktor media yakin Allah segala penentu dari rencana manusia, secanggih apapun dokter Allah bilang tidak tetap tidak, Allah bilang iya meski di mata manusia tak mungkin tetap akan terjadi"

Setelah kunjungan dari dokter itu saya ada ujian sakit. Dari batuk yang tak sembuh-sembuh kemudian gigi geraham yang ternyata harus dioperasi. Begitu mau operasi tenyata sgot dan sgpt tinggi jadi batal operasi, 5 hari 4 malam dirawat tak kunjung turun sementara hasil lab, sgot sgpt makin tinggi, sementara hepatitis hasilnya negatif, tensi normal. Saya memaksa rawat jalan, karena repot juga tak ada yang menunggu, suasana rumah sakit yang membuat tak bisa tidur, tangan yang bengkak tidak tahan infus, ganti kanan dan kiri. Saya nekat pulang.

Vitamin dari dokter kandungan akhirnya baru saya konsumsi setelah sakit beruntun tersebut sembari wara wiri ngurus pindahan rumah. 

UK 0-4 Minggu
Lebaran suami tidak dapat cuti jadi kami mudik setelah lebaran. Tanggal 17 Agutus saya ke Bogor sampai tanggal 20 Agustus. Tanggal 27 Agustus mudik ke Wonogiri bablas ke Blitar. Waktu itu kami rencana ingin honeymoon karena dari menikah kami tak pernah pergi berdua ke luar kota karena jadwal kerja suami yang tak memungkinkan kecuali cuti, sementara cuti yang sengaja disimpan sudah terpotong waktu dulu menunggu saya diopname akhirnya yasudah kami ke Blitar saja karena suami juga belum pernah ke rumah eyang.

Saya sempat was-was takut sakit karena tanggal-tanggal itu mendekati hari menstruasi saya, biasanya suka dismenore (nyeri haid) jika kecapekan, cuma rasanya capek saja dan sempat beberapa kali dikerokin ibuk.

Entah perasaan saya mulai cemas karena saat itu saya seharusnya sudah menstruasi, biasanya saya selalu maju, tapi untuk test rasanya masih was-was takut kecewa. Meskipun sudah ada feeling, karena tanda-tandanya mirip seperti rasanya seperti masuk angin, dan saya kekeuh tidak mau minum obat ataupun periksa saat orang tua mengajak ke dokter untuk periksa. Saya niatnya mau nunggu  sampai 10 September untuk tes. Tapi rasa penasaran akhirnya 3 September sebelum saya pulang dari Wonogiri saya test dan dua garis merah nyata muncul. Sempat ingin membatalkan pulang ingin tes dulu di RS di Solo tapi suami bilang pulang saja, nanti tes di dokter kandungan sini.

Uk 5-8 Minggu
Tanggal 5 September akhirnya saya ke dokter kandungan. Meskipun sempat kaget kok tensi saya sampai 140/100 *engga tau kenapa kalau di dokter ini kok seringnya di atas 110 padahal di tempat lain mentok 120 itu juga cuma sekali bedakah pakai alat otomatis dan yang manual?. Dokter bilang sudah ada kantungnya, saat itu diberi vitamin ubiforce dan duphastrone, sempat kaget lagi karena biayanya hampir sejeti. Ok, engga apa-apa yang penting adik sehat terus ya sayang.

Setelah dari dokter itu, tanggal 12 September kebetulan ada syukuran rumah baru kami, nah pasca syukuran itu saya batuk, pilek, radang aduuh udah puyeng, mau minum obat ada adik bayi engga minum batuk terus. Sampai 2 kali saya ke dokter di RSBP oh ya sekalian ke bidan RSBP *kapan di RSBP ada Sp.Og ? Biar kalau periksa ke dokter kandungan di luar bisa diganti sama perusahaan suami. Yaa meskipun tidak diganti ya engga apa-apa yang penting semua buat adik bayi.

Nah di bidan ini senewen masa beratnya kepala 7, padahal di dokter kemarin kepala 6, baru seminggu kayaknya yg error timbangannya. Sempat dimarahin dokter kok sakit, ibu hamil jangan sakit kasihan bayi. Aduuh dokter kalau engga hamil juga engga mau sakit, suami kena juga soalnya ini batuk kayaknya ketularan dari suami. Suami udah sembuh saya sampai dua minggu engga sembuh-sembuh.

Uk 9-12 Minggu
Masa-masa ini nih mulai mual-mual pusing. Batuk Alhamdulillah udah mulai sembuh, tapi ya gitu kalau batuk bablas muntah. Makan muntah, minum muntah, tapi apa aja tetep doyan, masuk. Dibanding kehamilan pertama dulu yang udah mual, muntah, engga doyan makan.

Sempat pengeeeen banget bebek ireng cak baz, ini dari hamil pertama dulu. Jadi sebenernya ngidam apa ibunya aja yang kangen pengen bebek? Hahaha, sempat hubungin akun fb nya tapi engga ada tanggapan. Sampai akhirnya terharu sangat, seorang teman ODOJ, dek Pipit bela-belain nyariin (padahal baru sebulan di Depok karena aslinya dari Padang) dan dikirim plus engga mau diganti. Semoga Allah melimpahkan rezeki dan membalas setiap kebaikanmu, dek Pipit.

Oh ya, sempat galau karena engga pengen banyak orang tau. Saya sendiri alasannya ke pribadi, saya merasa ada tekanan *meskipun sebernarnya mungkin tidak. Ada perasaan bahwa kalau hamil pasti ditanya bagaimana-bagaimana, masih ada perasaan dengan kehamilan yang dulu, saat hamil tapi kemudian Aisha pergi, ini bukan happy ending yang akhirnya saya engga cerita. Suami sempat bingung, karena entah kenapa saat-saat ini banyak yang bertanya istri sudah hamil belum, apalagi hampir sebulan saya lebih banyak di kamar, karena mual dan pusing, sempat tak ikut arisan ditanyain tetangga depan. Akhirnya... yasudah kalau engga ada yang nanya yang kita engga bilang,kalau ada yang nanya baru bilang. Intinya engga memulai dulu pembicaraan soal kehamilan.

Alhamdulillah sekarang sudah 12 Minggu, sudah 3 bulan, sudah mulai bisa aktifitas lagi, meskipun seperti kehamilan pertama tengah malam pasti bangun dan engga bisa tidur lagi, kalau pagi masih suka pusing tapi Alhamdulillah sudah engga muntah, mual kadang-kadang. Ngidam? Ini rancu, secara ibunya emang doyan makan. Hahaha..

Tapi kemarin sempat ada kejadian lucu, jadi tetangga ada yang whatsapp ya nanya-nanya karena masih jarang nongol begitu tahu hamil, beliau bilang kurleb " Afin kalau butuh apa-apa atau ngidam apa bilang aku aja engga apa-apa, whatsapp aja", suami yang tahu langsung komen "apa nih maksudnya? Emang aku engga beliin" saya timpali aja "engga, waktu pengen bebek ireng sama holycow hahaha", suami bilang "yaudah bilang Mbak X aja, aku beliin kok kalau deket rumah jualannya". --"

Apapun ya, yang penting adik sehat terus semua lancar, sehat, normal, tidak ada kekurangan sesuatu apapun baik lahir maupun batin. Love you, adik bayi.

Untuk kakak Aisha, walaupun ada adik bayi, adiknya kakak, sayangnya ibu dan ayah tidak akan berubah atau bahkan berkurang, doakan adik dan ibu  ya sayang. Ibu love you both.

Rainbow House, Jum'at 24 Oktober 2014
01:23

Jumat, 10 Oktober 2014

Up and Down

Hidup memang dirancang tak selamanya lempeng aja. Seperti gambar yang saya dapat dari path ini "If there are no ups and downs in your life. It means that you're dead".

Hal ini pula yang saya rasakan belakangan ini, banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang membuat saya down. Saya sebut banyak karena lebih dari 3 orang. Ada yang bercanda dengan candaan yang seperti tak pernah menggunakan akalnya dengan menyamakan saya dengan hewan, ada yang sudah melakukan kesalahan dengan mengcopaste foto saya tanpa rasa bersalah ditambah dengan tindakan yang lain yang ketika saya tegur malah nyolot, ada yang tiba-tiba bersikap "siapa elu?" ketika sepertinya sudah tidak membutuhkan. Ada yang bersikap seenaknya. Engga apa-apa eh apa-apa juga sih, kalau engga apa-apa tentu saya masih bisa bilang "i'm ok", toh nyatanya tidak.

Tapi di saat yang sama Allah ternyata memang taj pernah lupa memberikan obat di antara penyakit-penyakit yang datang ini. Seorang sahabat, memang kami tak selalu berinteraksi setiap hari, tapi entahlah dari sejak dulu setiap di antara kami ada masalah tiba-tiba ada jalan yang menghubungkan kami. Saling menyemangati. Bahkan yang tak kan pernah terlupa dari ingatan saya. Saat saya hamil Aisha dulu, basah kuyup dia antarkan Pandan Banana roll cake, dia dari Bandung tidak pulang dulu untuk sekedar ganti baju, dia antarkan ke rumah saya. Semoga Allah membalas segala kebaikan dan ketulusanmu, Mey.

Pun dengan sekarang ini, di saat hati saya tercabik-cabik, di saat saya down, tiba-tiba dia muncul lagi. Mengajak bergandengan tangan agar bisa melewati rasa sakit ini. Saya pikir, ini cara Allah menunjukkan ke saya, siapa sebenarnya teman yang baik itu. Bukankah seseorang dinilai dari siapa teman karibnya? :) Tak salah bukan jika akhirnya saya pilih menjauh setelah mereka telag sukses menyakiti saya ataupun ketika saya coba hubungi tiba-tiba sikapnya sudah berubah 180·.

Mungkin saya akan mengikuti cara suami saya. Suami saya membagi orang di sekitarnya dengan sahabat, teman, kenalan, rekan kerja, ya semacam itulah. Jadi ketika kita kecewa kita disakiti mungkin salah kita juga karena mengharap banyak pada orang tersebut. Tapi jika kita menganggapnya bukan siapa-siapa, kita tak kan pernah memikirkan sikap dan perkataannya. Toh bukan siapa-siapa.

Mungkin sikap saya yang terlalu lemah pula pada mereka, yang entah sudah berapa kali suami negur, kamu kayak gitu banget sih sama mereka. Ahh tapi yasudahlah, Allah tak pernah tidur bukan? Saya akan terus berusaha berpikir inilah cara Allah menyelamatkan saya dari orang-orang yang tak baik. Kata psikolog di sebuah stasiun tv swasta, kesehatan jiwa banyak dipengaruhi lingkungan sekitar, maka pilihlah teman yang bisa membawa ke perubahan yang positif untuk menghidari stres dan depresi.

Rainbow House, Jum'at 10 Oktober 2014
13:23

Surat untuk Bidadari #18

Assalamu'alaykum kesayangan ibuu...

Hari ini pas ya? Sama-sama hari Jum'at sama-sama tanggal 10 :). Bidadari ibu, apa kabar sayang? Sedang berbahagia di surgaNya Allah ya in shaa Allah.

Hari ini ibu cerita apa ya? Ibu ga mau cerita-cerita yang menyedihkan ataupun tentang kemarahan, semua harus tentang kebahagiaan, karena ibu ingin kakak selalu bahagia.

Kerinduan ibu, ahh ibu selalu bilang begitu. Ibu selalu merindukanmu, kadang ibu bisa menahannya kadang juga tidak, biarlah doa yang menyatukan kita saat ini ya sayang. Doa ibu selalu untukmu. Selalu berdoa agar kakak senantiasa bahagia dan berdoa kelak kita bisa bersama lagi di surga. Aamiin.

Ibu tak ingin terus ada air mata kesedihan, ibu yakin kamu pun tak ingin ibu larut. Karena ini hanya soal waktu ya sayang, belum saatnya ibu bisa bareng kakak, kadang ibu pengeeen banget melihatmu, meski cuma mimpi. Ibu sering mimpi tentang bayi, tentang kamu sayang, tapi ada perasaan ragu itu kah kamu? Hanya Allah yang tahu ya sayang.

Bidadari ibu yang cantik, selalu dan selalu ibu katakan, ibu akan selalu menyayangimu apapun keadaannya nanti, meski mungkin tak sesering ibu menulis tentang kakak ataupun saat ada adik nanti, kakak selalu di hati ibu dan tak kan terlupa sedikitpun.

Sayang, berdoa juga ya agar kelak kita bisa bersama lagi. :)

Iluimu so much, my angel, Aisha

Rainbow House, Jum'at 10 Oktober 2014
00:43

Rabu, 10 September 2014

Surat untuk Bidadari #17

Assalamu'alaykum kesayangan ibu,

Tak terasa ya sayang sudah 8 bulan, Aisha (in shaa Allah) ada di surgaNya. Ibu yakin kakak bahagia di sana.

Sayang, jika suatu hari nanti ibu tak lagi menulis surat untukmu, bukan berarti ibu tak lagi mengingatmu ataupun tak merindukanmu. Doa selalu ibu panjatkan untukmu, bidadari ibu, pun juga saat Allah memberi Debica atau Abica, ibu tak kan melupakanmu.

Saat ini ibu merasa jauh jauuuh lebih baik, sayang. Meskipun terkadang kesal pun ada jika ada yang kepo dengan pertanyaan "kok bisa?". Biarlah sayang, karena mereka mungkin tak pernah tahu rasanya kehilangan.

Aisha, sudah hampir 2 bulan ini ibu dan ayah menempati rumah baru. Dulu ibu sempat berkhayal andai ada kamu, kita bisa bermain di garasi yang luas ini, sayang. Tapi ibu kemudian ingat, tempat yang Allah beri untuk kamu sekarang pasti jauuuuuh lebih luas dan indah. Berdoa ya sayang, kelak kita bisa bersama-sama lagi.

Aisha, tenanglah di tempatmu sekarang. Bahagialah di surga, semoga kelak ibu bersamamu sayang.

Rainbow Home, Rabu 10 September 2014
18:59

Minggu, 10 Agustus 2014

Surat untuk Bidadari #16

Assalamu'alaykum sayang

Beberapa jam lagi, tepat 7 bulan Aisha kembali ke rumah Allah. Tak terasa ya sayang, rasanya seperti baru kemarin. Meski ibu Alhamdulillah mulai kuat, mulai bisa lebih ikhlas, namun tetap yang ibu belum bisa berubah adalah ibu masih kehilangan semangat ibu.

Aisha, ibu yakin ini yang terbaik untukmu, sayang. Allah menjaga Aisha dari kelalaian dunia, Allah menitipkan pesan kepada Ibu lewat Aisha. Tiada yang lebih indah dari keberadaan Aisha di dekat ibu, tapi Allah berkata lain Aisha adalah titipan Allah, Aisha, Ibu dan semuanya milik Allah. Kapanpun Allah menghendaki, tak mampu dicegah, begitupun Aisha.

Aisha, ibu kangen sayang. Kadang setiap kali melihat ada yang upload foto tentang hamil, bayi, dan ceritanya hati ibu seperti tertusuk. Tapi tak apa sayang, ini cara Allah agar ibu lebih sabar.

Kadang ibu membayangkan rengekanmu, permintaanmu tentang ini itu. Ini cara Allah mengajarkan ibu sayang. Agar ibu lebih kuat, agar ibu mempersiapkan segalanya lebih baik lagi untuk menjadi ibu yang baik.

Sayang, tiada berhenti doa ibu untukmu. Bahagialah di surga. Dan berdoalah kelak kita bisa sama-sama lagi.

Rainbow House, Minggu 10 Agustus 2014
00:41

Senin, 14 Juli 2014

Waktu yang Berlalu

Malam ini niat awal buka laptop adalah mau mencari lagunya Opick dan dicopy ke tab. Karena lagu yang dimaksud tak ketemu, dan akhirnya malah suara Sherina menyayikan Cinta Pertama dannTerakhir saya malah nyasar di folder foto-foto. Dari rasa nyesek karena melihat bodyku dulu tak begini hingga terhenti di folder foto-foto saat masih kerja dulu.

Tiba-tiba ingatan melesat, seakan kembali ke masa itu, melihat foto, mengenang  masa lalu, dan jemari saya langsung membuka aplikasi whatsapp, mengirim satu pesan yang sama " apa kabar? Aku kangeeeeen" lengkap dengan emoticon ke "Bocil" Weika dan "Princess Onye" Mbak Winda. Sejenak percakapan kami semakin melemparkan saya pada kenangan-kenangan masa lalu. Tertawa bersama, bete-bete an, kemudian sedih, dan kembali tertawa bersama. Mungkin saya bukan teman yang baik untuk mereka, tapi harus saya akui bahwa mereka menjadi salah satu bagian terpenting dari fase yang pernah saya lewati.

Dan entah kenapa, rasanya saya merindukan mereka, dan dengan sedikit rasa mellow, saya merindukan masa-masa kegilaan ketika lajang masa-masa rasa suntuk dengan setumpuk kerjaan kantor, dengan segala rasa nano-nanonya. Harus saya akui saat-saat terakhir di kantor bersama Mbak Winda, Weika, dan oh ya Kokoh alias Iin alias Indra menjadi satu benang merah yang membuat saya rindu. Kok teman-teman lain engga ya? Haha, duh jahatnya saya. Entahlah. Mungkin karena akhir-akhir masa itu, ada persamaan rasa, rasa gondok dan makan ati berjamaah, hihi , ah sudahlah. Saya hanya ingin menyimpan rasa rindu kepada teman-teman saya ini. Semoga Bocil dan babynya sehat dan lancar sampai persalinan nanti, rencana Mbak Winda nikah bisa lancar, dan Indra segera sebelum pacar yang sudah bertahun-tahun dipacarinya kabur *peace.

Entahlah akhir-akhir ini saya seperti dihadapkan oleh pintu yang membawa saya ke masa lalu, sebelum malam ini merindukan teman-teman kantor saya itu, tiba-tiba Teh Echa, sahabat saya sejak SMA mengirim BBM seperti ini,

10 tahun. Rasanya tak kurang dari jumlah itu aku mengenalmu -meski tak sepenuhnya kuhabiskan waktu bersamamu. Tawa dalam suka, tangis dalam duka, isak dalam haru, pun diam dalam perbedaan pandang purna kita lalui. Kalau dianalogikan dengan pacaran, mungkin pernah berkali kita putus lalu berkali pula kita berbaikan dan menata hubungan agar lebih baik ke depannya. Panggilan dengan nama kecil yg kita temukan untuk satu sama lain di sepuluh tahun lalu nyaris tak berubah, masih dengan rasa yang sama indahnya untuk dilafalkan. Panggilan yang mengukuhkan rasa, yang kusebut persahabatan, lebih lagi persaudaraan. Saudara seiman.. Meski tak melulu bertatap wajah, yakin kau punya kesan tersendiri. Haru selalu, manakala Allah menyampaikan kabar-kabar yang menggelitikku mengingatmu, meski tanpa daya kemudian hanya mampu berucap 'Aku rindu..'. Meski tak melulu menegur dalam kata, menyimak benang merah dari rangkaian riak hidupmu menerbitkan getaran yang entah bisa kusebut apa. Menafsirkan perjuangan dari awal berkenalan hingga berbagai bingkisan luar biasa yang Allah hadirkan dalam hidup dan membawa Iman Islam semakin mendalam. *** Malu aku, jika harus mengakui diri sebagai sahabatmu. Miris terasa, manakala hendak menyebut diri sebagai sahabat, namun tak mampu berbuat banyak untukmu dari kejauhan. Malu aku, manakala tak mampu membendung tangismu, mereda nyerimu, melega sesakmu. Karenanya, maafkan segala kekurangan.. Semoga Allah ridha, berkenan atas persahabatan ini. Seperti yang sering kau kata, mendoakan adalah caraku memelukmu dari jauh.. Uhibbukum fillah, Ne :') TBD.XE 11 Juli 2014 10.12 am

Tiba-tiba jleb, serasa ada sebuah anak panah menusuk. Saya teringat betapa saya ini sangat moody, yang sering ngambek, sering marah tak jelas yang mungkin sudah menyakiti teman-teman di sekitar saya yang selama ini menyayangi saya. Astagfirullah... maafkan hambaMu ya Rabb...

Mengingat masa-masa dulu bersama, sering ada rindu yang menyeruak, aahh masa itu, gumam saya. Semakin menjadi saat teman kuliah sekaligus menjadi teman kantor saya dulu mengAdd akun Path saya, melihat aktivitasnya membawa saya kembali ke masa yang dulu pernah saya lewati.

Jujur harus saya akui kadang saya merindukan, merindukan memakai baju rapi ala kantoran, merindukan lari dengan high heels, tekanan pekerjaan yang sempat membuat saya langsing tanpa diet, merindukan suasana berbeda rumah dan kantor, lingkungan berbeda. Tapi kemudian saya seperti disadarkan, menyesalkah saya? Saya harus bilang tidak. Ini keputusan besar yang pernah saya ambil, meninggalkan dunia kerja kantor. Mungkin rasa ini muncul karena skenario saya ternyata berbeda dengan rencana Allah. Dulu saya pikir setahun menikmati masa bebas kerja, menikmati peran sebagai istri dan seorang ibu yang menantikan anaknya. Kemudian tahun kedua mulai nano-nano dengan anak, dan ternyata Allah punya rencana lain itu jujur sempat membuat saya kaget dan jenuh. Berulang kali saya bilang ke suami "saya jenuh, saya bingung saya mau ngapain". Tapi saya harus bangkit, mungkin ini cara Allah agar saya lebih belajar lagi mempersiapkan diri menjadi seorang Ibu yang mampu mendidik anak-anaknya kelak.

Maka doa saya adalah agar saya dilindungi Allah dari hal-hal yang menyilaukan mata saya akan dunia, saya meminta agar Allah menjaga persahabatan saya dengan teman-teman saya. Membantu saya melihat masa lalu menjadi kenangan yang indah untuk diingat bukan sebagai bingkisan menyilaukan yang membuat saya mundur lagi.

Jasmine House, Senin 14 Juli  2014
23:37

Selasa, 08 Juli 2014

Surat untuk Bidadari #15

Assalamu'alaykum sayang...
Meski ibu tak pernah bisa lagi melihatmu, ibu pastikan Bica sudah bahagia di surga.

Tanpa bermaksud membebanimu, ibu hanya ingin bilang, ibu kesepian. Rasanya ada lubang besar di hati ibu semenjak kamu pergi. Ibu berusaha menutupnya, tapi selalu ada yang melubanginya.

Ada rasa kecewa yang amat besar saat orang yang ibu harap bisa membantu ibu bangkit justru melukai ibu. Kamu tak ada dan yaudah semua biasa saja nampaknya.

Kalau sekarang ada yang bertanya apa keinginan ibu, ibu cuma pengen bilang ibu pengen bahagia. Ibu lelah berpura-pura bahwa semua sudah baik-baik saja. Rasanya tak ada lagi alasan ibu untuk bisa bahagia selain kamu, bidadari ibu yang selalu ada untuk ibu.

Bica, ibu sakit. Sebenarnya setiap sakit, ibu selalu ingin sembuh, ada harapan di depan, tapi rasanya ibu lelah. Lelah jika saat sehat ibu disakiti dan harus pura-pura senyum.

Berhari-hari harus bercengkerama dengan jarum, rasanya teramat sakit karena ibu harus mencari alasan untuk ibu bayangkan agar saat itu ibu berpikir ibu harus sembuh. Tapi tak ada. Rasa sakit jarum itu hilang saat ibu membayangkanmu. Meski ibu tau, ibu tak bisa bebas denganmu saat sembuh.

Bica, lubang di hati ibu semakin besar, rasanya semakin sakit saat menyadari ibu sendiri tanpa Bica lagi untuk melewati semua ini.

Apa yang harus ibu lakukan? Alasan apa yang harus ibu pakai untuk bahagia selain keberadaan Bica?

Ibu kangen Bica, ibu butuh Bica untuk semangat ibu.

Sayang, maafkan ibu. Maafkan ibu yang belum bisa sepenuhnya melepasmu.

Ibu sayang bidadari ibu. Bahagialah di surga sayang, tunggu sampai kelak kita bisa bersama lagi.

Jasmine House, Selasa 8 Juli 2014
22:57

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design