Itu pertanyaan yang selalu saya lontarkan ke Ibu, saat mulai malas. Ya, demi masa depan saya, Ibu dan Bapak selalu menyekolahkan di tempat yang terbaik pilihan mereka yang notabene jauh dari rumah.
Dimulai dari TK, ketika anak-anak lain sibuk di TK itu, yang tempatnya keren, wah, saya justru di sekolahkan yang lebih jauh, dan tak punya bangunan sekolah, ya TK-ku, menumpang di rumah seorang warga, setahun kemudian pindah di ruangan kecil berbagi dengan SD Inpres.
Dulu sempat malu ketika ditanya dulu TK dimana? dan reaksinya "ohh yang numpang di rumah Mbah Khasan itu ya?"
Setelah 2 tahun di TK itu, aku masuk SD, lagi-lagi bukan SD favorit, SDku kali ini dekat rumah (setelah pindah), bangunan SDku yang jelek muridnya hanya belasan setiap kelas, tapi aku bangga, SDku mampu bersaing dengan SD favorit. Setidaknya angkatanku, kamu yang hanya bermodal semangat, mengalahkan mereka di beberapa lomba, yang ku ingat waktu lomba siswa teladan, lomba mata pelajaran (jadi ingat film laskar pelangi dan ingat kawan SDku, dia juara siswa teladan, namun putus sekolah dan sekarang berjualan bensin).
SMP, kini aku masuk SMP favorit *beeuhh. Tapi jaraknya, saya harus rela naik angkot 2 kali. Dan inilah beban berat dimulai. Ini ya sekolah favorit? dimana setiap orang harus belajar untuk menjadi the best, dimana ada gap. Saya ingat, hanya hari Minggu saya benar-benar bisa istirhat. Senin-Sabtu. tak ada celah lagi untuk bermain. Meski tertekan saya menikmati.
SMA, tak seperti SMP, saya mulai kewalahan. Tuntutan sebagai sekolah terbaik, menjadikan saya kocar kacir mengejar inni itu. Bisa lulus saja saya syukur.
Nama besar, itu yang ada di pikiran saya. Saat saya TK dan SD orang tak melihat saya karena saya dari sekolah yang katakanlah orang tak menganggap, tapi sepertinya saya menikmati. Tetapi ketika SMP dan SMA saya mulai beban, saya beban dengan tuntan sekolah itu, saya beban dengan nama besar. Dan menjadikan saya termaasuk orang yang sombong. kenpa? karena hanya nama besar tadi.
Pribadi saya menjadi lebih individual, karena sejak saat itu saya merasa dituntut bahwa KAMU HARUS MENJADI YANG TERBAIK KALAHKAN TEMANMU, hal yang sebenarnya tak pernah saya dapat sebelumnya.
Dan tibalah di titik ini. Saya ada di sebuah tempat yang menyandang nama besar, gengsi di Ibu kota. Saya tidak bisa menikmati pekerjaan saya.
Saya cukup lelah dengan tekanan dan kemunafikan. ahh kenapa harus bangga dengan sebuah nama?
Kamar Kecil Kosku, 14 Mei 2011
03.29
hehe choice is yours then
BalasHapusga bisa bener-bener my choice...harus mempertimbangkan ortu juga yo... i'm the one and only... hiks...
BalasHapusn_n hehe emang angel nggathuke karepe wong
BalasHapusouh......kacian nih si eneng...
BalasHapusteh ayu : T.T
BalasHapuspriyo: he-eh tapi yo piye meneh