Boss yang beberapa waktu ini sudah saya beri predikat best boss, saya cabut gelar tersebut. I’m disappointed with you.
Ok,sebelumnya saya mau cerita dulu. Beberapa hari yang lalu, saya menolak menandatangani sebuah form yang menunjukkan saya pergi dinas. Di instansi saya ada yang namanya PN (Pinjam Nama), PN itu misalnya begini, saya mendapat perjalanan dinas ke Kota A dengan uang perjalanan misalnya Rp 5.000.000,00, saya menandatangi menerima uang tersebut namun kenyataannya saya menerima Rp 1.000.000,00. Lalu, sisanya kemana? Untuk dana taktis, yaitu biaya-biaya yang di POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) engga ada, contohnya pas lebaran ada THR, di POK engga ada pos untuk THR. Yang lain ya buat “uang jajan” pihak-pihak lain untuk memperlancar urusan.
Lalu kenapa saya menolak?No!!! Bukan saya sok suci, ingat kata Bang Napi ,”kejahatan ada bukan karena niat pelakunya karena adanya kesempatan”. Dalam pandangan saya, kalau saya mau tanda tangan, berarti saya memperlancar urusan untuk “uang jajan” tadi. Dan yang perlu diCATAT, this is my way, kalau yang lain mau tetep nerima, silakan. Ini kembali ke niat dan nurani masing-masing. Saya engga mau mempengaruhi dan menggurui.
Ancaman bahwa saya tidak akan diberi dinas, sindiran, sikap permusuhan sudah mulai ditunjukkan ke saya, cibiran pun tak sedikit. Namun, yang mendukung pun juga ada. Bukan, bukan ini yang saya harapkan.
Karena saya kecewa, saya mencoba berdiskusi dengan My Best Boss. Beliau mengatakan, “sebagai orang tua, saya mendukung sikap Afi, tapi saya juga tidak bisa sepenuhnya seperti Afi. Apa kita akan senyum aja kalau satpam minta THR, padahal di POK engga ada?engga kan?”. Saya menjawab, “tapi Bapak tau itu salah, why you still do that?”, beliau terdiam. Beberapa saat kemudian bertanya, “ Sekarang saya mau tanya, jika Afi jadi eselon II seperti saya, apa yang akan Afi lakukan?”, ganti saya yang terdiam. “Pak, saya tidak mau dicekokin dengan info itu, cuma saya engga mau jadi Robin Hood, saya akan membiarkan orang kelaparan, daripada mereka bertahan hidup dari makanan hasil curian saya, tindakan nyata, saya belum bisa menjawab dari pertanyaan tadi, karena tingkat ujian saya ya baru sampai titik saya menolak PN, setidaknya untuk saya sendiri.” Beliau menlanjutkan, “kita tidak bisa merubah sistem”.
Semenjak itu, beliau tidak pernah lagi memberi saya tugas, sebelum beliau sering meminta saya membuat surat, memo, mengajak diskusi. Terakhir kemarin siang beliau hanya berpesan “ sebagai orang tua saya mendukung sikap Afi, tapi jangan kemudian menjudge orang lain salah”. Saya menjawab,” Saya tahu Pak, this is my way and that is their way, saya engga akan memaksa atau menjudge, ini soal pilihan hidup.”
Semalam seperti biasa saat berdiskusi dengan Uno, dia bilang, “Sistem tidak salah, tapi personnya, siapa yang berusaha mencari celah? Sistem atau manusia?”, dan ketika saya mengajukan pertanyaan, “Lalu, kalau kamu ditanya seperti aku, sikap yang kamu ambil, apa kamu cuma senyumaja?”, jawabnya “Fin, jujur aku kaget, kamu seberani itu, aku salut, dan aku juga tahu kamu pasti bingung, tapi jelaskan jika memang engga ada ya engga ada, sekali ada celah, itu akan melebar, jangan pernah menyesal dengan keputusanmu”.
Sekali lagi, saya tegaskan saya menulis ini bukan untuk sok suci, sombong, takabur, dan sebagainya bukan pula untuk mempengaruhi. Saya hanya mencoba berbagi, just listen your heart and follow it.
Dan tentang perubahan sikap my (eks) best boss, saya tahu mungkin beliau kaget, jangankan beliau, teman-teman yang tahu saya,atau bahkan Uno yang tahu pemikiran saya saja kaget. Ya kecewa juga sih, saya tahu sebenarnya nuraninya menolak, tetapi beliau tidak bergerak. I’m sorry…gelar best boss harus saya cabut.
Hidup itu pilihan, kawan.
Jalan mana yang ingin ditempuh untuk mencapai suatu tujuan ada di tanganmu.
gambar dari sini
GS LT4, Rabu, 7 Februari 2012
11:29
afiiiin
BalasHapuskamu kereeeeeeeeen
bertahanlah nak
iya dulu juga ada temen yang PNS gt diminta perjalanan dinas gt pdhl dianya ga ke mana2
intinya biar dapet duit aja
hedeh
doain aku ya mbaa...
BalasHapusjadi males ngantor aku-nya...
hidup bolos! #eaa magabu..
BalasHapus*pukpuk*
penerapan kayak gitu sama aja kayak bikin budaya alias membiasakan diri. Susah ya punya atasan yg ga bersuara.. :/
aku juga pernah mengalaminya, tapi aku ngga berani nolak
BalasHapuskarna pada saat itu saya tidak di beri pilihan itu adalah perintah :-(
GS? kantornya di Gatot Subroto?
BalasHapusAku pernah kaya gitu, tp aku gak seberani kamu. Jd ya tanda tangan aja huhuhu
Harus ada yg berani bersikap emang. Salut.
hussshh....
BalasHapussayang banget..padahal beliau ini lho yang nyemangatin aku dari awal... jangan minder...belajar itu bukan hanya dari sekolah dsb...
mungkin aku terlalu memiliki ekspektasi #halah opo to? yang tinggi ke beliau..jadi aku kecewa
ini juga perintah mba... harusnya kalau kayak gitu kan ngambil ke bagian keuangan uangnya, kemarin pejabat es IVnya nyamperin aku...habis itu teriak2...menyeramkan kata temenku setelah aku menolak,,,,huuuffhh... InsyaAllah siap dengan konsekuensinya mba...
BalasHapusGS: Gedung Saya :p
BalasHapusini soal pilihan kok mba lia... aku ga ngajarin dan ngajak mbak untuk gimana-gimana...do what you do... :D
Ohallah! Good! Maju terus Fin!
BalasHapusiyo naa.... doain aku yaaaa?
BalasHapus(^.^)9
BalasHapusBisa ga sih jenk kalau misal dana thr itu dicrikan dr keg.koperasi atau usaha lain gt.
BalasHapusYah ini permisalan sj, ada iuran dr tmen2 lain yg lebih..model subsidi silang.
Kalau ada jalan keluar seperti ini, mungkin bnyak yg terhndar dari curang.
mba hani: tadi pagi saya shock...atasan saya langsung malah bilang ke rekan kerja saya seolah-olah mau bilang '' jangan ikut2an si afi''...
BalasHapusdananya perlu gede...THR cuma contoh mba...yang banyak buat ngasih ''uang jajan''...miris ya mba?
Gmana ya fi, namane 'dunia' sering ga sjalan ama harapan kita. Msalahnya, orang cenderung suka yg simple. Dan qt2 yg minoritas susah juga jalane. Apalagi kalu lgsg maen adu kepala. Ga aman juga buat posisimu.
BalasHapusTmen2mu mungkin juga pda mikir kalu uang2 itu ga diambil bag.xan ya akan diambil bag. lain.
Serba salah, serba penuh resiko, juga penuh dosa.
Itu bosmu blg gt biar tmen2mu ga berani ngikut tindakanmu.