Jumat, 24 Oktober 2014

My 2nd Pregnant [1]

Tujuan tulisan ini semata-mata untuk meninggalkan jejak mengenai perjalanan kehamilan saya yang kedua ini. Ada rasa sedih saat kehamilan pertama yang saya tak pernah menuliskan apapun tentang Aisha kecuali masalah pernak pernik belanja. Sempat saya tulis di tab, tapi  kemudian tab saya hang dan semua ikut lenyap. Meskipun tulisan ini akan saya simpan dalam draft dan entah kapan saya akan publish, mungkin kelak saat adiknya Aisha sudah terlahir.

Promil
Semenjak kehilangan Aisha adalah masa-masa paling berat yang pernah saya alami dalam kehidupan saya. Dokter yang menangani persalinan saya dulu menyarankan agar segera hamil lagi, minimal 3 bulan pasca sc atau kalau mau ambil amannya ya 6 bulan pasca sc, sementara dokter lain (saya kontrol jahitan kepada beliau karena dokter yang menangani saya waktu itu sedang libur) menyarankan minimal 2 tahun. Saya dan suami shock, meskipun waktu itu belum ada rencana untuk promil menunggu 2 tahun lagi bukan waktu yang sebentar.

6 bulan pasca sc dan saya sudah ikut kembali bersama suami, saya dan suami konsultasi lagi dokter berbeda, dokter kandungan tempat saya kontrol dulu sebelum ke dokter yang di Solo. Saat itu saya rasa justru perbaikan mental saya dulu, entah kenapa saya yang merasa kuat justru menangis saat konsultasi. Saran beliau sama seperti dokter yang menangani saya dulu tidak perlu KB dan bisa langsung promil. Yang saya ingat beliau bilang "manfaatkan nikmat lupa yang diberikan Allah untuk melupakan kesedihan, di luar faktor media yakin Allah segala penentu dari rencana manusia, secanggih apapun dokter Allah bilang tidak tetap tidak, Allah bilang iya meski di mata manusia tak mungkin tetap akan terjadi"

Setelah kunjungan dari dokter itu saya ada ujian sakit. Dari batuk yang tak sembuh-sembuh kemudian gigi geraham yang ternyata harus dioperasi. Begitu mau operasi tenyata sgot dan sgpt tinggi jadi batal operasi, 5 hari 4 malam dirawat tak kunjung turun sementara hasil lab, sgot sgpt makin tinggi, sementara hepatitis hasilnya negatif, tensi normal. Saya memaksa rawat jalan, karena repot juga tak ada yang menunggu, suasana rumah sakit yang membuat tak bisa tidur, tangan yang bengkak tidak tahan infus, ganti kanan dan kiri. Saya nekat pulang.

Vitamin dari dokter kandungan akhirnya baru saya konsumsi setelah sakit beruntun tersebut sembari wara wiri ngurus pindahan rumah. 

UK 0-4 Minggu
Lebaran suami tidak dapat cuti jadi kami mudik setelah lebaran. Tanggal 17 Agutus saya ke Bogor sampai tanggal 20 Agustus. Tanggal 27 Agustus mudik ke Wonogiri bablas ke Blitar. Waktu itu kami rencana ingin honeymoon karena dari menikah kami tak pernah pergi berdua ke luar kota karena jadwal kerja suami yang tak memungkinkan kecuali cuti, sementara cuti yang sengaja disimpan sudah terpotong waktu dulu menunggu saya diopname akhirnya yasudah kami ke Blitar saja karena suami juga belum pernah ke rumah eyang.

Saya sempat was-was takut sakit karena tanggal-tanggal itu mendekati hari menstruasi saya, biasanya suka dismenore (nyeri haid) jika kecapekan, cuma rasanya capek saja dan sempat beberapa kali dikerokin ibuk.

Entah perasaan saya mulai cemas karena saat itu saya seharusnya sudah menstruasi, biasanya saya selalu maju, tapi untuk test rasanya masih was-was takut kecewa. Meskipun sudah ada feeling, karena tanda-tandanya mirip seperti rasanya seperti masuk angin, dan saya kekeuh tidak mau minum obat ataupun periksa saat orang tua mengajak ke dokter untuk periksa. Saya niatnya mau nunggu  sampai 10 September untuk tes. Tapi rasa penasaran akhirnya 3 September sebelum saya pulang dari Wonogiri saya test dan dua garis merah nyata muncul. Sempat ingin membatalkan pulang ingin tes dulu di RS di Solo tapi suami bilang pulang saja, nanti tes di dokter kandungan sini.

Uk 5-8 Minggu
Tanggal 5 September akhirnya saya ke dokter kandungan. Meskipun sempat kaget kok tensi saya sampai 140/100 *engga tau kenapa kalau di dokter ini kok seringnya di atas 110 padahal di tempat lain mentok 120 itu juga cuma sekali bedakah pakai alat otomatis dan yang manual?. Dokter bilang sudah ada kantungnya, saat itu diberi vitamin ubiforce dan duphastrone, sempat kaget lagi karena biayanya hampir sejeti. Ok, engga apa-apa yang penting adik sehat terus ya sayang.

Setelah dari dokter itu, tanggal 12 September kebetulan ada syukuran rumah baru kami, nah pasca syukuran itu saya batuk, pilek, radang aduuh udah puyeng, mau minum obat ada adik bayi engga minum batuk terus. Sampai 2 kali saya ke dokter di RSBP oh ya sekalian ke bidan RSBP *kapan di RSBP ada Sp.Og ? Biar kalau periksa ke dokter kandungan di luar bisa diganti sama perusahaan suami. Yaa meskipun tidak diganti ya engga apa-apa yang penting semua buat adik bayi.

Nah di bidan ini senewen masa beratnya kepala 7, padahal di dokter kemarin kepala 6, baru seminggu kayaknya yg error timbangannya. Sempat dimarahin dokter kok sakit, ibu hamil jangan sakit kasihan bayi. Aduuh dokter kalau engga hamil juga engga mau sakit, suami kena juga soalnya ini batuk kayaknya ketularan dari suami. Suami udah sembuh saya sampai dua minggu engga sembuh-sembuh.

Uk 9-12 Minggu
Masa-masa ini nih mulai mual-mual pusing. Batuk Alhamdulillah udah mulai sembuh, tapi ya gitu kalau batuk bablas muntah. Makan muntah, minum muntah, tapi apa aja tetep doyan, masuk. Dibanding kehamilan pertama dulu yang udah mual, muntah, engga doyan makan.

Sempat pengeeeen banget bebek ireng cak baz, ini dari hamil pertama dulu. Jadi sebenernya ngidam apa ibunya aja yang kangen pengen bebek? Hahaha, sempat hubungin akun fb nya tapi engga ada tanggapan. Sampai akhirnya terharu sangat, seorang teman ODOJ, dek Pipit bela-belain nyariin (padahal baru sebulan di Depok karena aslinya dari Padang) dan dikirim plus engga mau diganti. Semoga Allah melimpahkan rezeki dan membalas setiap kebaikanmu, dek Pipit.

Oh ya, sempat galau karena engga pengen banyak orang tau. Saya sendiri alasannya ke pribadi, saya merasa ada tekanan *meskipun sebernarnya mungkin tidak. Ada perasaan bahwa kalau hamil pasti ditanya bagaimana-bagaimana, masih ada perasaan dengan kehamilan yang dulu, saat hamil tapi kemudian Aisha pergi, ini bukan happy ending yang akhirnya saya engga cerita. Suami sempat bingung, karena entah kenapa saat-saat ini banyak yang bertanya istri sudah hamil belum, apalagi hampir sebulan saya lebih banyak di kamar, karena mual dan pusing, sempat tak ikut arisan ditanyain tetangga depan. Akhirnya... yasudah kalau engga ada yang nanya yang kita engga bilang,kalau ada yang nanya baru bilang. Intinya engga memulai dulu pembicaraan soal kehamilan.

Alhamdulillah sekarang sudah 12 Minggu, sudah 3 bulan, sudah mulai bisa aktifitas lagi, meskipun seperti kehamilan pertama tengah malam pasti bangun dan engga bisa tidur lagi, kalau pagi masih suka pusing tapi Alhamdulillah sudah engga muntah, mual kadang-kadang. Ngidam? Ini rancu, secara ibunya emang doyan makan. Hahaha..

Tapi kemarin sempat ada kejadian lucu, jadi tetangga ada yang whatsapp ya nanya-nanya karena masih jarang nongol begitu tahu hamil, beliau bilang kurleb " Afin kalau butuh apa-apa atau ngidam apa bilang aku aja engga apa-apa, whatsapp aja", suami yang tahu langsung komen "apa nih maksudnya? Emang aku engga beliin" saya timpali aja "engga, waktu pengen bebek ireng sama holycow hahaha", suami bilang "yaudah bilang Mbak X aja, aku beliin kok kalau deket rumah jualannya". --"

Apapun ya, yang penting adik sehat terus semua lancar, sehat, normal, tidak ada kekurangan sesuatu apapun baik lahir maupun batin. Love you, adik bayi.

Untuk kakak Aisha, walaupun ada adik bayi, adiknya kakak, sayangnya ibu dan ayah tidak akan berubah atau bahkan berkurang, doakan adik dan ibu  ya sayang. Ibu love you both.

Rainbow House, Jum'at 24 Oktober 2014
01:23

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design