Jumat, 26 April 2013

Perempuan-perempuan Inspiratifku


Tulisan ini diikutkan pada 8 MingguNgeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.

Berbicara tentang perempuan inspiratif, saya sendiri memiliki beberapa perempuan yang sangat inspiratif dan cukup berpengaruh dalam kehidupan saya. Setidaknya ada empat perempuan yang saya kagumi dan begitu menginspirasi bagi saya. Siapa saja mereka? Mari saya kenalkan satu per satu.

1.      Eyang

Jika yang lain menempatkan Ibu sebagai perempuan inspiratif sebagai orang pertama, tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa sayang sayang saya kepada  Ibu, saya menempatkan eyang (Ibunya  Ibu saya) sebagai perempuan inspiratif pada urutan pertama. Eyang, yang oleh cucu-cucunya biasa dipanggil Eyang Goro (karena rumahnya di Kanigoro, Blitar) atau Eyang Green (karena desain rumah eyang dari cat, furnitur, korden didominasi warna hijau).

Kenapa eyang menjadi perempuan inspiratif pertama bagi saya? Banyak cerita yang membuat saya kagum, yang sebenarnya bisa berlembar-lembar untuk menceritakan kisah beliau. Namun kali ini saya akan mengambil garis besar perjuangan beliau. Satu kalimat yang  selalu saya ingat, “Jadilah anak yang’ lebih’ dari orang tuannya”, maksudnya seorang anak harus menjadi lebih baik dalam segala hal daripada yang telah dicapai oleh orang tuanya.

Prinsip itulah yang mendorong eyang untuk menyekolahkan seluruh anak-anaknya sampai minimal Sarjana. Itu bukan hal yang mudah, eyang hanya seorang guru SD, sementara eyang kakung wafat saat keempat anaknya masih kecil. Kala itu Ibu saya sebagai anak pertama masih kelas tiga SMP sementara om saya yang paling bungsu masih kelas dua SD.

Ibu saya yang kala itu bercita-cita setelah lulus SMP ingin langsung masuk SPG (Sekolah Pendidikan Guru) agar ketika lulus bisa langsung bekerja dan membantu eyang untuk adik-adiknya ditentang eyang. Ibu harus masuk SMA agar kuliah, uang nanti dicari. Eyang pernah bercerita kepada saya, suatu hari Ibu pernah menangis pas pulang sekolah karena banyak yang mengejek “anak janda miskin aja gaya pakai sekolah SMA”.  

Membesarkan empat anak sekaligus dengan jarak umur anak-anaknya yang berdekatan tentu bukan hal yang mudah. Ibu cerita katanya dulu kalau kuliah, misal bulan ini ibu mendapat jatah lebih bulan depan gantian bulik Bety (adiknya Ibu) yang lebih. Syarat utama dari eyang waktu itu adalah yang penting sekolah di negeri karena kalau swasta eyang pasti engga mampu membiayai. Mau sekolah dimana pun tidak dilarang yang penting negeri dan tidak harus dekat, dimanapun silakan.

Itulah kenapa keempat anak-anaknya berpencar semua dari kuliah demi cita-cita, Ibu saya berhasil menjadi Sarjana di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo hingga kini menetap di Wonogiri, bulik Bety menjadi sarjana di IKIP Malang kini berwiraswasta dan menetap di Surabaya, bulik Cety menjadi sarjana di IKIP Jakarta (sekarang UNJ) sudah beberapa tahun terakhir di Surabaya sebelumnya saya bisa dibilang jarang ketemu karena beliau mengikuti suaminya melanglang buana dari mulai Sawahlunto, Solok (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), sampai akhirnya sekarang di Surabaya, dan yang terakhir om Dadang berhasil menjadi sarjana di Universitas Brawijaya Malang sekarang di Jakarta setelah sebelumnya di Manado.

Tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya sebagai cucu sangat bangga. Eyang pernah bilang, mungkin secara logika ini mustahil, berbagai cibiran orang sudah seperti makanan sehari-hari, prinsip eyang adalah tak apa banyak utang asal untuk pendidikan, tak masalah satu persatu harta  yang bisa dijual ya dijual demi pendidikan. Kini Alhamdulillah Eyang tinggal menikmati hasilnya, anak-anaknya sudah di Pulau Jawa semuanya, lebih dekat. Meskipun begitu, Eyang sampai sekarang tetap memilih tinggal sendiri, beliau berprinsip jangan sampai kalau tua ngrepotin anak. Ya..sesekali ke rumah anak-anaknya nengok cucu-cucunya.

Oh ya eyang saya ini jago lho, jago masak, jago jahit, jago ngerajut, bikin kristik, bikin tas dari manik-manik gitu. Hampir semua ya dari sprei, korden, taplak meja, baju-baju saya pas kecil semua eyang yang bikin. Dulu nih ya, kalau saya mudik lebaran ke Blitar saya bawa bajunya dikit soalnya kalau disana pasti dijahitin banyak baju sama eyang. Hahahaha....

Besok tanggal 23 April 2013, eyang tepat berusia 81 tahun. Selamat Ulang Tahun Eyang, semoga panjang umur tetep sehat, tetap berkarya.

2.      Ibu

Siapa sih yang engga jadiin Ibu sebagai sosok yang inspiratif.  Menurut saya pola mendidik Ibu tidak beda jauh sama Eyang. Salah satunya Ibu selalu mendorong saya untuk menjadi lebih baik. Jika dulu Ibu pernah dihina karena anak janda miskin sekolah SMA, sekarang Ibu mengalami sering dianggap kok “tega” sama saya. Kenapa?

Dari TK sampai sekarang, bisa dikatakan saya ini makin jauh dan jauh demi mendapat pendidikan yang terbaik. Bukan sekolahan bonafit, tapi sekolahan yang menurut Ibu tenaga pendidiknya menjamin. Dulu saya sekolah TK di TK yang gedung sekolah aja engga punya, padahal di saat yang sama ada dua TK lain yang punya gedung punya baju seragam. Kenapa Ibu milih disitu? Baru beberapa bulan yang lalu ibu bilang, karena Ibu percaya gurunya bagus, bagus dalam artian bagaimana mendidik anak-anak kecil sebagai pondasi. Bukan bermaksud menjelekkan guru lain lho ya...

Begitu pula SMP-sekarang semakin jauh dari rumah, banyak yang bilang kok tega sih anak perempuan satu-satunya disuruh kuliah sampai kerja jauh-jauh. Mungkin kalau engga digituin saya bakal jauh lebih manja dari sekarang.

Ibu selalu menanamkan bekerja atau tidak bekerja kamu harus menjadi perempuan berkualitas, karena kamu lah yang mendidik anak-anak kamu nanti. Ambilah setiap keputusan dan bertanggungjawablah, jadilah perempuan yang berprinsip. Seperti saat sekarang saya memutuskan resign dari PNS, banyak yang menentang cuma Ibu yang bilang “apapun keputusan kamu, bertanggungjawablah, Ibu selalu mendukung kamu”.

Ada moment paling berharga buat saya dengan Ibu,  sekitar 4 tahun lalu, ketika itu saya baru saja wisuda, teman-teman saya ke salon dan ke gedung untuk wisuda naik mobil atau minimal taksi lah, saya naik becak, Ibu saya bilang “engga apa-apa kan sang juara naik becak?”, pertama kali melihat Ibu menangis haru dan  bilang bangga dengan saya, seumur-seumur baru kali ini Ibu bilang begitu, rangking 1 dari SD, bahkan juara umum pun Ibu engga pernah bilang seperti itu. Beliau menyatakan bangganya kepada saya, cukup gelar “Cumlaude Terbaik”, duduk di bangku deretan paling depan, mengobati rasa sakit Ibu terhadap orang-orang yang dulu menganggap remeh Ibu, menganggap Ibu tega sama anaknya.

“Biarlah kamu jadi orang kampung asal otak kamu bukan otak kampungan”


Ibu, Eyang, dan Saya di Lebaran 2012 kemarin



3.      Mbak Dewi Rieka

Mungkin sekarang sudah tidak asing lagi dengan nama itu, iya beliau adalah penulis Best Seller Anak Kos Dodol. Pertama kali, sekitar tahun 2009 saya membeli buku pertamanya, jaman dulu masih musim friendster. Biasalah saya sok ngritik bukunya mbak Dewi, hahahah.. tapi malah dari situ saya mulai kenalan.

Buku-buku beliau selanjutnya pun mulai saya beli, saya yang memang dari awal  suka nulis, diberi semangat buat terus menulis. Dari beliau pula saya mengenal Multiply (yang sekarang tewas) mengenal blog. Mengenal namanya kopdar.

Sampai sekarang nih, kalau apa-apa, pasti deh selalu mbak dewi bilang posting-posting, ayo tulis. Beneran emak dodol yang satu ini nih yang selalu ngasih semangat. Katanya engga harus beken untuk menulis, itu Andrea Hirata aja bisa, sebelum dia punya buku Laskar Pelangi siapa yang mengenal, setiap orang punya kesempatan kok.

Mbak Dew juga nih yang jadi tempat curcol (waswas deh kalau curcolan saya ntar dikomersilkan) hahahaha  sok penting banget. Kini saya mulai belajar lebih serius lagi. Entah dari kapan Mbak Dewi selalu menyemangati untuk terus nulis, ikut lomba nulis, apa saja, terus berlatih. Mungkin kalau saya tidak bertemu mbak Dewi, saya engga akan kenal namanya blog, engga kenal yang namanya Multiply. Beliau pula yang memperkenalkan saya pada satu per satu para teman-teman penulisnya, agar saya pede. Apapun tulisanmu, jangan pernah minder, setiap orang punya taste sendiri-sendiri. Silakan ke sini kalau mau lihat coretan emaknya kos dodol.


Nuhun pisan tangteh Dedew...

kopdar pertama dengan Tangteh Dedew di tahun 2009


4.      Mommy Ayu
Saya mengenal Mommy atau banyak yang memanggil Teh Ayu ini dari blog. Ibu dari dua bidadari, Kirei dan Aiko kece badai deh, yang bikin saya sirik abis. Kenapa kenapa kenapa?

Awalnyanya sih saya suka aja baca-baca postingan beliau, tentang kehidupannya, tentang Kirei,  terus baru tahu kalau beliau ini jago masak. Asli tiap lihat blognya, please jangan pernah berkunjung pas lagi laper. Mungkin kalau saya jadi tetangganya Mommy, saya bakal tiap hari minjem sesuatu ke rumah Mommy modus buat nyicipin masakannya.

Selain jago masak, Mommy ini jago moto juga, lihat deh ke sini , padahal ya katanya itu pakai kamera handphone dan kalau engga salah kadang penerangannya ditambah pakai lampu senter.

Saya mungkin belum pernah bertemu, selama ini pun kami hanya lewat dunia maya untuk berkomunikasi. Tapi jujur dari Mommy, saya banyak belajar how to be the great woman, wife and mom. Dulu saya berpikir dengan fasilitas komplit kita baru bisa menjadi hebat, dari Mommy saya lihat, sering beliau membuat masakan yang luar biasa dari bahan yang bener-bener asli nemu sisa di kulkas, nemu tahu satu aja bisa jadi makanan yang endang bambang (baca: enak banget), silakan berkunjung ke blog beliau , pasti banyak engga nyangka foto-foto makanan itu hanya diambil dari kamera hape, iya handphone, yang kata Mommy handphone China. Beneran Mom?

Asli, sebagai seseorang yang baru saja mendapat amanah menjadi istri, kehidupan Mommy yang ditulis beliau, banyak menginspirasi saya.

Tulisan ini sekaligus kado saya untuk perempuan-perempuan yang menjadi inspirator saya selama ini, juga untuk perempuan-perempuan hebat di luar sana.

Ingatlah dibalik kesuksesan para laki-laki, ada perempuan hebat di belakangnya.


GS Lt.4, 22 April 2012
10.45

Kamis, 25 April 2013

Celotehan Uno

Akhir-akhir ini saya baru menyadari kalau obrolan Uno dan saya kadang bisa bikin ngikik kalau dibaca (habis baca-baca postingan saya yang lalu). Mungkin agak kasar ya, mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan. Tapi buat saya sih ini lucu-lucuan aja.

Part 1
Saya (S) : *uring-uringan geje*
Uno (U)   : kamu tuh abg ya?
S  : maksudnya? Imut-imut gitu?labil kayak abg? *cengar-cengir geje kegeeran*
U  : bukan, AmBeGan... *muka stay cool*
S  : *gigit lengan Uno*

Part 2
U : Pipi kamu lucu deh... putih, gembul *cubit pipit*
S : *senyum malu-malu terbang ke langit ke tujuh*
U : Kayak pant*t bayi. *senyum penuh kemenangan*
S :*nyungsep ke dasar bumi*

Part 3
U: *ketawa geje* kamu tuh lucu..suka bikin aku ketawa
S: *cengar-cengir melayang di awan*
U: lucu kayak topeng mony*t... *ngakak*
S: *terjun bebas ke dasar laut*

Kamar Kecil Kosku, Kamis 25 April 2013
23:17

Kuis I'm (Not) Perfect

Tulisan ini saya ikutkan dalam rangka launching  Bukunya Mbak Dian Kristiani ysng berjudul I'm (Not) Perfect
(Yang saya posting di sini sudah sedikit saya  edit karena ada yang typo dan ormilihan katanya kurang tepat)

Happy Reading

mbak Dian, saya cerita dulu aja ya...

ok bener-bener fresh from the oven nih.... halah kue kali...

Saya baru saja memutuskan resign dari PNS. Ini memang sudah komitmen saya dan suami dari sebelum nikah. Alasannya ya karena saya pertama LDR dengan suami, kedua jam kerja beda, dan yang pasti kami percaya rejeki itu engga hanya dari PNS, hellooooo.... profesi pekerjaan itu ga cuma itu.

Sebagai orang yang masih dibilang kawula muda, nikah baru 2 bulan, PNS 3 tahunan, memutuskan resign itu udah kayak artis cerai yang digosipin dimana-mana...

Dari teman sebaya sampai pastinya senior komentar, engga semua saya jawab, apalagi sama senior, bisa dianggap anak durhaka.

Berikut ini nih contoh percakapannya.

"Hah! Resign? Engga sayang?"
"Sayang kenapa? Aku sih lebih sayang suami :p"

"Kan dulu masuk PNS susah payah, kok dilepas gitu aja?"
"Ih kata siapa? aku mah engga niat, kalau niat mah waktu itu habis lulus D3 ngapain buang duit buat lanjut  kuliah S1"

"Trus ntar kamu mau ngapain? Iya suami kamu kerja disitu gaji besar tapi kan masa mau minta terus?"
"Besar kecil gaji suami engga ada hubungannya sama resign, Allah tuh ga cuma lewat jadi PNS doang pintu rejeki"

nih yang udah bikin pengen gigit genteng

"Idealis banget, baru nikah sih, sekarang aja demi suami, lihat ntar engga ada setahun, masih kayak gitu engga?"
"Astagfirullah"

"Mentang-mentang suaminya kerja disitu, gaji banyak, ntar kalau di PHK mau makan apa? Trus mau wiraswasta? Kalau bangkrut? Ada lho orang udah istrinya resign eh engga lama suaminya meninggal sekarang istrinya cuma jualan"
"Jualan apa? bukan jual diri kan? emang haram orang menjemput rejeki dengan jualan? terus amit-amit ya umur mah Allah yang tau, dijamin lebih umur panjang gitu kalau suami istri kerja, Allah tuh sebagaimana prasangka hambaNya lhoo"

Duuh beneran deh, saya engga habis pikir, resign PNS udah kayak orang pindah agama aja, dianggap sesat. Menurut saya setiap orang itu punya jalannya masing-masing, rejeki engga akan tertukar, tinggal kitanya mau menjemput lewat mana. Rejeki dari Allah engga cuma jadi PNS.

Saya sekarang mungkin belum bisa membuktikan apa-apa, lagipula pembuktian itu tidak terlalu penting bagi saya. Bagi saya yang terpenting membuat hidup saya lebih bahagia dan lebih berkualitas, toh saya pikir orang kalau udah bawaannya nyinyir mah, kita mau baiknya kayak gimana juga dicela.

Surat Cinta

Dear css, html, dan kawan-kawan

Damai yuk sayang... 

Jumat, 19 April 2013

Gehu oh Gehu

Gambar dicomot dari sini

Awalnya tahu si gehu pedas alias hot jeletot ini dari postingan Mommy Kirei beberapa waktu yang lalu. Nah, di dekat kosan sekarang ada yang jual. Modelnya kayaknya franchise  gitu, btw bener engga nulisnya?

Gehu ini kata suami saya ternyata singkatan tauGe taHu, jadi ini tahu ukursn besar isinya sayuran eh tapi kok engga ada taugenya ya? Sayurannya kol dan wortel (dan mungkin harudnya ada taugenya) yang ditumis pedes makanya namanya gehu pedas, dan digoreng pakai tepung. Kalau di daerah saya, Wonogiri, namanya tahu susur atau tahu isi nama umumnya. Bedanya cuma gehu ini pedesnya ampuuuuuunnn dijeeee!!!!

Meskipun kalau habis makan gehu saya sering mules-mules, tapi kalau kata eyang saya paling "kapok lombok" artinya bilang kapok pas kepedesan dan sakit aja, kalau udah sembuh ya... diulangin lagi. Hahahaa...

Nah ini lagi kena dampak si gehu kemarin sore jadi sambil nahan sakit perut sambil posting.

Kamar Kecil Kos, Jum'at 19 April 2013
12:18

Kamis, 18 April 2013

Yuk Mengenal Indramayu.. !!



Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua.

Pas banget nih, sebenarnya sebelum ada lomba ini, saya sudah tertarik untuk menulis tempat yang sudah sekitar dua bulan ini menjadi tempat bagi saya dan suami untuk menjemput rejeki.

Indramayu, sebuah kota kecil di sebelah utara Jawa Barat, sekitar satu jam dari Cirebon, masuk area pantura yang kalau lagi musim liburan atau mudik lebaran macetnya minta ampun. Hal pertama ketika berkunjung ke sini yang paling nyata terlihat adalah bahasa. Bahasa daerah Indramayu yang sampai sekarang ini saya engga paham, hihiiihiiii. Menurut saya pribadi Bahasa daerah Indramayu itu mirip perpaduan antara Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa dengan logat ngapak-ngapak ala Purwokerto itu. Beberapa kali saya mendengar kosakata yang sama dengan kosakata Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda. Tapi jangan harap ngerti kalau udah satu kalimat, hihihiii. Untungnya, mayoritas penduduknya memakai Bahasa Indonesia.

Selain bahasa, yang menjadi khas dari Indramayu adalah terkenal sebagai Kota Mangga, bahkan sampai ada persimpangan yang diberi nama Bunderan Mangga. Yup, Indramayu terkenal dengan produksi mangganya yang paling te-o-pe, saya sendiri belum pernah mencoba. Saya phobia buah, walaupun kalau mangga bolehlah asal yang masih muda.

Bunderan Mangga

Nah, ini nih yang paling saya suka, wisata kuliner. Salah satu makanan khas Indramayu adalah pedesan entog, tempat pedesan entog yang terkenal adalah pedesan entog Bang Combet, letaknya dekat Sport Center yang bukanya sore-malam, oh ya di sekitaran Sport Center ini kalau malam ramai, banyak tempat makanan dibuka, mulai dari warung tenda, warung ala pujasera yang berjejer, ada pula sepeda-sepeda yang dihias pakai lampu kelap-kelip, sayangnya tempat makan-tempat makan ini bukanya dari sore, silakan berkunjung pas siang dijamin sepi. Hahaha

numpang eksis bareng Pedesan Entog 

salah satu deretan pujasera di Sport Center 

Balik ke pedesan entog, pedesan entog itu apa sih? Pedesan entog, menurut saya mirip-mirip tengkleng Solo kali ya, jadi saudaraan sama gulai tapi engga pakai santan, dan bumbu-bumbunya nampaknya dari segala rempah. Rasanya? Yang pasti pedes, namanya juga pedesan #plaks, bumbunya kerasa banget dan yang saya suka entog alias itik (eh sama engga sih?) ini engga bau amis, mungkin karena bumbunya rempah jadi bau amisnya ilang. Cocok banget nih kalau pas ujan-ujan makan ini, dijamin itu keringet langsung keluar karena kepedesan. Tapi eh tapi buat yang perutnya engga tahan, mendingan jangan deh, panas rasanya, mericanya kerasa banget.

Selain pedesan entog ada juga namanya empal gentong, cuma sayang saya belum pernah coba, belum minat #halah, kata suami bahan utamanya jeroan kayak usus gitu jadi saya agak-agak geli membayangkannya apalagi untuk mencicipi.

Ok deh... sekian  sekilas info dari saya tentang Si kota Mangga, Indramayu, yang masih penasaran main ke  sini yuuuk...

GS lt. 4, Kamis 18 April 2013
10:03

I'm (Not) Perfect [Book Review]

Judul Buku : I'm (Not) Perfect
Pengarang  : Dian Kristiani

Finally saya mereviu buku, seperti biasa menurut saya setiap buku itu punya cita rasa sendiri, jadi kadang bagus menurut saya belum tentu bagus buat Anda, yaa kayak makanan.


Behind the scene
Buku ini saya beli online langsung ke Mbak Dian-nya, biar dapet tanda tangan gratis. Yang saya suka, beliau menyelipkan nama saya, kadang suka bete kalau ada penulis yang cuma maen tanda tangan aja tanpa ngasih coretan nama saya #curcolanfanssokpenting. Buku ini tiba tadi siang dan baru saja selesai saya lahap.


Tulisan-tulisan mbak Dian di buku I'm (Not) Perfect ini bener-bener  nyentil saya pribadi deh, membahas hal-hal yang kadang terlewat begitu saja sampai hal yang lagi hits, semua dalam kacamata para kaum perempuan.
Sadar atau tidak kadang kita suka nyinyir-in perempuan yang telat menikah, perempuan yang mendapat label janda, perempuan yang memilih bekerja daripada di rumah atau sebaliknya. Sering pula mudah menjudge seseorang yang melahirkan caesar, memberikan sufor kepada anaknya atau kegundahan-kegundahan para menantu terhadap mertuanya, tentang ketidakpercayadirian seorang istri kepada suaminya karena tak seperti istri pada umumnya menurut pandangan orang-orang, sampai masalah perselingkuhan.

Di antara tulisan-tulisan dalam buku itu, ada satu bagian yang paling menyentuh buat saya, I Want My Baby to be Perfect, di situ diceritakan, penulis ragu melakukan USG karena takut bayinya cacat, and then suaminya bilang,

"...Bayangkan jika anak itu diposisimu. Apa dia akan menyesal melihatmu? Punya ibu gendut... Kita beruntung bisa 'intip' dia lewat USG. Kalau ada kekurangan fisik, kita bisa tahu duluan. Lah kalau dia?..." (hal.12-13)

Inti dari tulisan-tulisan Mbak Dian di sini menurut saya adalah lihatlah sesuatu itu dari dua sisi yang berbeda, engga melulu menurut kita, engga melulu sesuai pandangan orang kebanyakan, tapi cobalah memahami juga dari sudut pandang orang yang sudah dijudge salah hanya karena dia berbeda pemikiran. Selain itu juga menyeimbangkan antara introspeksi diri dengan be your self, kadang kita terjebak dengan tudingan orang tentang diri kita, kita  niatnya memperbaiki diri, sibuk menjadi "sempurna" sesuai versi orang lain tapi kehilangan jati diri.

Terima kasih sentilan-sentilannya dalam buku ini, Mbak Dian.

Kamar Kecil Kos, Kamis 18 April 2013
01:20

Rabu, 17 April 2013

Lawakan (Garing)

Suami : tidur jangan malem-malem ya...
Me        : Ok, aku ga tidur  malem-malem kok
Suami : Yaudah tidur gih...
Me        : Aku tidurnya dini hari bukan malem-malem
Suami : Nglawak gan?
Me        : :)))))))))


Kamar kecil kos, Rabu 17 Maret 2013
23:41

Senin, 15 April 2013

(Menjadi) Warga Kompleks


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog  bersama Anging Mammiri, minggu pertama.

Hampir dua bulan, eh sudah dua bulan deng ya, saya sah  menjadi seorang Nyonya Uno. Salah satu konsekuensinya saya harus ikut suami (yaiyalah). Jadi gini, suami saya bekerja sebagai “tukang minyak” di salah satu BUMN di sebuah kota kecil di pinggiran utara Jawa Barat. Sebenarnya belum full saya tinggal bersama suami, karena saya masih terikat perkerjaan saya di ibukota, saya menghabiskan sisa cuti nikah dan  setiap weekend saya baru pulang.

Saya dan suami tinggal di sebuah kompleks perumahan yang mayoritas warganya adalah dimana para suami hampir sebagian besar bekerja di tempat suami saya bekerja. Sementara para istri, lebih banyak sebagai  IRT (Ibu Rumah Tangga). Pesan suami saya dari awal adalah saya dilarang untuk terlalu banyak berinteraksi yang dalam artian kongkow-kongkow bersama para ibu-ibu, takutnya mah jatuhnya malah jadi bergosip. Ya, sekedar saling sapa aja.

Seminggu pertama, belum ada kejadian apa-apa, selain paling agak menjadi perhatian (alah ge-er deh hihihihih), ya mungkin mbatin aja kali, suka diliatin, kalau pas lagi belanja sayur atau lagi bersih-bersih halaman rumah, sementara saya palingan senyum aja. Paling beberapa kali disapa “belanja neng?”.

Nah menginjak minggu kedua, suatu hari ibu yang tinggal di deket rumah, sebutlah Bu Nina (tenang sodara, ini adalah nama samaran) memanggil saya, menanyakan piringnya yang ada di rumah saya, oh ternyata sebelum suami saya cuti nikah, Bu Nina pernah membagi kue-kue ke seluruh tetangga, waktu itu suami saya belum sempat mengembalikan. Nah, pas saya ngembaliin piring itu lah saya terlibat dialog, ya setelah basa-basi dan menanyakan kehebohan di rumah saya, jadi beberapa hari sebelumnya mertua saya datang, tibalah pada sebuah pertanyaan “waah kemarin dibeliin rak piring ya?”, saya cuma melongo sambil menjawab “engga bu..”, karena memang pada kenyataannya engga ada yang bawain rak piring. Ibunya masih engga percaya “ahh... masa sih, itu tetangga depan yang bilang, jadi bener engga dibeliin rak”, saya cukup senyum sambil menggeleng kepala. Tak berapa lama, tetangga depan ikut keluar “Mbak ikut kita-kita sini lho, kita mah baik kok”, saya senyum sambil mengiyakan.

Kebetulan pula, di depan rumah saya ini ada taman bermain yang biasanya setiap sore banyak ibu-ibu yang mengasuh anak-anaknya, ya rutinitas makan sore sambil main ayunan. Nah, kejadian lagi sama suami saya, engga sampai ada percakapan sih, jadi waktu itu kebetulan saya sudah kembali ke Jakarta karena cuti sudah habis, dan kebetulan pula bukan weekend jadi saya tidak ada di rumah, suami saya menyapu halaman depan, maklum sepertinya hanya tinggal kontrakan kami saja yang halaman rumahnya masih bertanah dan berpohon, ada dua pohon mangga di halaman, yang mewajibkan kita harus rajin menyapu kalau engga pengen rumah jadi suram (halah), suami saya lebih memilih ketika sore hari menyapu, jadi waktu itu pas dia nyapu katanya diliatin sama sekumpulan ibu-ibu yang lagi berkongkow di taman depan rumah, hihiiihiii. Suami saya langsung buru-buru aja nyelesain nyapunya, takut dikira SSTI(Suami-suami Takut Istri) kali yaa, karena mau-maunya nyapu.

Ya, kayaknya sudah menjadi rahasia umum kalau tinggal di kompleks perumahan gitu, harus pintar-pintar bergaul, karena salah-salah nanti malah jatuhnya ngegosip, itu yang dikhawatirin suami saya,misalnya nih  rumah A beli mobil, nanti rumah B kepancing langsung ningkatin rumah, hahahaa, nah biasanya nih bisa terjadi kalau salah gaul, jadi sama suami sementara saya di keep dulu di dalam rumah, hehehe. Kenal dan bergaul sewajarnya dulu apalagi kami masih warga baru dan baru pulang menikahnya.



GS Lt.4, Senin 15 April 2013
09:44

#8MingguNgeblog
 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design