Kamis, 10 Maret 2011

It’s Called Illness

Saya mendengar istilah ini baru kemarin dari seorang teman. Apa sih illness itu? Masih kata teman saya, illness itu semacam penyakit yang lebih banyak karena dipengaruhi faktor emosi. Sampai saat saya mencoba menulis ini saya belum sempat browsing apa itu illness sebenarnya. Masih sekedar informasi selewat.
Teman saya bercerita berdasarkan pengalaman. Biasanya penderita maag yang banyak menderita illness. Saya mencoba bercerita tentang pengalaman saya. Jadi, beberapa tahun lalu, pertama kalinya saya mengalami ini, sering pingsan, sering sakit. Ketika sakit siklusnya adalah perut perih, kemudian ulu hati sakit, dada terasa sesak, kemudia muntah, bisa jadi setelah itu lemas, kepala terasa sakit dan susah bernafas. Itu akan muncul ketika rasa kecewa atau sedih yang terasa amat sangat.
Beberapa hari ini, saya seperti itu, tak separah dulu. Tak ada lagi acara pingsan-pingsan. Jangan deh. Ketakutan jika sendiri, ketika gejala mulai muncul akan memperparah kondisi. Makanya ketika sakit saya sering telpon teman, atau minta ditemani. Meskipun keliahatannya saya dalam kondisi tidak apa-apa.
Teman saya bilang, lebih baik menangis dan berani bercerita agar beban terkurangi. Itu yang saya alami pula, kadang saya merasa I’m Ok, tapi jauh di dalam sana sebenarnya saya sakit, sampai pada suatu titik, jika rasa kecewa itu tak tertahan akan pingsan.
Pengalaman beberapa tahun lalu mengajari saya, jangan sampai pingsan ya.. soalnya kalau sadar bisa tiba-tiba langsung nangis dan lebih susah terkendali. Obat dokter tidak banyak berpengaruh kata temen saya, lebih baik ke dokter yang sekaligus terapis atau psikiater. Karena sakit itu muncul sebenarnya berawal dari psikis yang akhirnya berdampak ke fisik.
Contoh ringannya adalah ketika kita deg-deg kan mau ujian tiba-tiba pengen buang air kecil. Mungkin seperti illness.
Berdasarkan pengalaman, kalau periksa ke dokter bisa macem-macem diagnosanya, bahkan ada yang menyatakan bahwa sebenarnya tidak apa-apa alias sehat wal’afiat. Menurut saya sih, ya iyalah yang sakit bukan fisiknya.
Saya sih tidak menyarankan, tapi pengalaman saya belajar untuk berkompromi dengan perasaan, jujur saya lebih sering lari dari masalah, karena jujur nih, kadang-kadang saya merasa, saya ga pa pa kok, tapi sebenarnya bukan ga pa pa, tapi saya menutup untuk tidak memikirkan (bukan saran yang baik karena suatu ketika lebih berat dampaknya lebih berat lagi). Bukan saya tidak mau menghadapi, tetapi saya ingin pelan-pelan, karena ketika dipaksa itu jauh lebih buruk.
Tidur seharusnya akan membuat tenang, namun tidak jarang, seperti yang saya alami beberapa hari ini, saya tidur, kemudian terbangun hampir setiap jam,ketakutan, kemudian terasa sulit bernafas. Makan, dipaksa makan, nanti akan muntah, kemudian perut perih, kanan dan kiri, naik ke ulu hati, dst. Biasanya saya akan mencari kawan, entah via telepon atau pun memanggil teman, jika sendiri, ketakutan akan muncul dan akan semakin parah. Pokoknya kalau saya, jangan sampai pingsan, jangan pingsan. J
Saya tidak tahu obatnya apa, karena teman saya pun bilang, masih sama, seperti itu entah bisa hilang atau tidak *sama-sama tidak tahu dan tidak berpengalaman, kecuali merasakan “derita “ itu.
Oh ya, positive thinking, kata teman saya termasuk salah satu usaha untuk sedikit mengobati. Intinya “penyakit” alias illness ini akan muncul ketika kita kecewa, marah, sedih, atau emosi yang meluap-luap, ketakutan jika sendiri, apalagi ya? paranoid juga.
Sekedar sharing, semoga bermanfaat
GS LT4, 10 Maret 2011
12:00:35

1 komentar:

  1. aku juga sering kepingin pepsi mulu nin tau deh kenapa suka sebel jadinya ga bisa maen lama2 T_T

    BalasHapus

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design