Kamis, 21 Oktober 2010

Air Mata

Air mata, atau mata air? Hehehehe. Saya merasa saya ini ibaratnya pabrik air mata. Begitu dekatnya hubungan kami. Betapa mudahnya saya menitikkan air mata. Bisa karena sedih, miris, namun sayangnya saya belum pernah menangis terharu karena bahagia.
Saya menyadari perasaan saya terlalu peka dan saya ekspresif. Ibu pernah bilang bahwa tanpa mengatakan pun wajah saya bisa mencerminkan seperti apa suasana hati saya. Entahlah mungkin naluri seorang Ibu, namun teman-teman saya, teman yang baru kenal sekalipun bisa menebak dari wajah, dari bahasa tulisan. Tak berbakat berbohong. Bahagia, sedih, marah, panik, malu, semua tercermin dengan jelas.
Begitupun dengan air mata, begitu sering dan cepat meluncur saat sedih dan marah. Terkadang saya melengos melihat para peminta-peminta, pedagang, ataupun siapa pun itu, bukan maksud hati untuk sombong, saya tak tega dan sering menitikkan air mata melihat mereka. Bahkan saat menonton acara televisi dengan stempel reality show, yang saya tahu penuh rekayasa, sering saya sesengukan melihat mereka. Jadi sering malu kalau harus nonton rame-rame, saya sampai sesengukan menangisinya.
Saya sempat berpikir, kenapa saya begitu cengeng? Sedikit-sedikit menangis, sebentar-sebentar menangis. Bahkan untuk hal-ha yang kadang-kadang (mungkin) tidak penting. Bahkan kadang teman bermaksud becanda, saya bisa langsung menangis.
Saya ingin kuat, saya tak ingin mengumbar air mata. Tapi yang terjadi rasanya aneh, ada yang mengganjal, ada yang tertahan. Bahkan ketika saya sedih dan tak bisa menangis *entah mungkin alam bawah sadar seperti memperingatkan “ingat jangan nangis!”, saya berdoa “Ya Allah ijinkan saya menangis”.
Sekarang, saya sedang belajar mengelola air mata ini. Saya tak kan menahannya demi gengsi saya yang tak ingin mendapat stempel cengeng.  Namun, juga belajar untuk menguatkan perasaan saya, agar saya tak mudah merasa tersakiti. Belum nampak memang hasilnya, tapi saya harus terus belajar, menguatkan perasaan.
Tak perlu malu lagi. Tapi juga jangan malu-maluin, dikit-dikit nangis. Hanya perlu mengelolanya. Dan harus bisa tersenyum lagi.
*setelah menangis karena ujian kehidupan selama 2 hari ini
KMH No.4
Rabu, 20 Oktober, 2010
22:32:56

4 komentar:

  1. hehehe..ngga pa pa air mata tumpah berarti kita masih peka, masih manusia..*peluuk..

    BalasHapus
  2. terima kasih :) *kalau ketahuan mba Sarah bisa diledekin habis-habisan

    BalasHapus
  3. air mata tu kekuatan buat wanita ah, btw tu gambar kamu dewe nin? bagus gambare

    BalasHapus

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design