Jumat, 26 April 2013

Perempuan-perempuan Inspiratifku


Tulisan ini diikutkan pada 8 MingguNgeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.

Berbicara tentang perempuan inspiratif, saya sendiri memiliki beberapa perempuan yang sangat inspiratif dan cukup berpengaruh dalam kehidupan saya. Setidaknya ada empat perempuan yang saya kagumi dan begitu menginspirasi bagi saya. Siapa saja mereka? Mari saya kenalkan satu per satu.

1.      Eyang

Jika yang lain menempatkan Ibu sebagai perempuan inspiratif sebagai orang pertama, tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa sayang sayang saya kepada  Ibu, saya menempatkan eyang (Ibunya  Ibu saya) sebagai perempuan inspiratif pada urutan pertama. Eyang, yang oleh cucu-cucunya biasa dipanggil Eyang Goro (karena rumahnya di Kanigoro, Blitar) atau Eyang Green (karena desain rumah eyang dari cat, furnitur, korden didominasi warna hijau).

Kenapa eyang menjadi perempuan inspiratif pertama bagi saya? Banyak cerita yang membuat saya kagum, yang sebenarnya bisa berlembar-lembar untuk menceritakan kisah beliau. Namun kali ini saya akan mengambil garis besar perjuangan beliau. Satu kalimat yang  selalu saya ingat, “Jadilah anak yang’ lebih’ dari orang tuannya”, maksudnya seorang anak harus menjadi lebih baik dalam segala hal daripada yang telah dicapai oleh orang tuanya.

Prinsip itulah yang mendorong eyang untuk menyekolahkan seluruh anak-anaknya sampai minimal Sarjana. Itu bukan hal yang mudah, eyang hanya seorang guru SD, sementara eyang kakung wafat saat keempat anaknya masih kecil. Kala itu Ibu saya sebagai anak pertama masih kelas tiga SMP sementara om saya yang paling bungsu masih kelas dua SD.

Ibu saya yang kala itu bercita-cita setelah lulus SMP ingin langsung masuk SPG (Sekolah Pendidikan Guru) agar ketika lulus bisa langsung bekerja dan membantu eyang untuk adik-adiknya ditentang eyang. Ibu harus masuk SMA agar kuliah, uang nanti dicari. Eyang pernah bercerita kepada saya, suatu hari Ibu pernah menangis pas pulang sekolah karena banyak yang mengejek “anak janda miskin aja gaya pakai sekolah SMA”.  

Membesarkan empat anak sekaligus dengan jarak umur anak-anaknya yang berdekatan tentu bukan hal yang mudah. Ibu cerita katanya dulu kalau kuliah, misal bulan ini ibu mendapat jatah lebih bulan depan gantian bulik Bety (adiknya Ibu) yang lebih. Syarat utama dari eyang waktu itu adalah yang penting sekolah di negeri karena kalau swasta eyang pasti engga mampu membiayai. Mau sekolah dimana pun tidak dilarang yang penting negeri dan tidak harus dekat, dimanapun silakan.

Itulah kenapa keempat anak-anaknya berpencar semua dari kuliah demi cita-cita, Ibu saya berhasil menjadi Sarjana di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo hingga kini menetap di Wonogiri, bulik Bety menjadi sarjana di IKIP Malang kini berwiraswasta dan menetap di Surabaya, bulik Cety menjadi sarjana di IKIP Jakarta (sekarang UNJ) sudah beberapa tahun terakhir di Surabaya sebelumnya saya bisa dibilang jarang ketemu karena beliau mengikuti suaminya melanglang buana dari mulai Sawahlunto, Solok (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), sampai akhirnya sekarang di Surabaya, dan yang terakhir om Dadang berhasil menjadi sarjana di Universitas Brawijaya Malang sekarang di Jakarta setelah sebelumnya di Manado.

Tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya sebagai cucu sangat bangga. Eyang pernah bilang, mungkin secara logika ini mustahil, berbagai cibiran orang sudah seperti makanan sehari-hari, prinsip eyang adalah tak apa banyak utang asal untuk pendidikan, tak masalah satu persatu harta  yang bisa dijual ya dijual demi pendidikan. Kini Alhamdulillah Eyang tinggal menikmati hasilnya, anak-anaknya sudah di Pulau Jawa semuanya, lebih dekat. Meskipun begitu, Eyang sampai sekarang tetap memilih tinggal sendiri, beliau berprinsip jangan sampai kalau tua ngrepotin anak. Ya..sesekali ke rumah anak-anaknya nengok cucu-cucunya.

Oh ya eyang saya ini jago lho, jago masak, jago jahit, jago ngerajut, bikin kristik, bikin tas dari manik-manik gitu. Hampir semua ya dari sprei, korden, taplak meja, baju-baju saya pas kecil semua eyang yang bikin. Dulu nih ya, kalau saya mudik lebaran ke Blitar saya bawa bajunya dikit soalnya kalau disana pasti dijahitin banyak baju sama eyang. Hahahaha....

Besok tanggal 23 April 2013, eyang tepat berusia 81 tahun. Selamat Ulang Tahun Eyang, semoga panjang umur tetep sehat, tetap berkarya.

2.      Ibu

Siapa sih yang engga jadiin Ibu sebagai sosok yang inspiratif.  Menurut saya pola mendidik Ibu tidak beda jauh sama Eyang. Salah satunya Ibu selalu mendorong saya untuk menjadi lebih baik. Jika dulu Ibu pernah dihina karena anak janda miskin sekolah SMA, sekarang Ibu mengalami sering dianggap kok “tega” sama saya. Kenapa?

Dari TK sampai sekarang, bisa dikatakan saya ini makin jauh dan jauh demi mendapat pendidikan yang terbaik. Bukan sekolahan bonafit, tapi sekolahan yang menurut Ibu tenaga pendidiknya menjamin. Dulu saya sekolah TK di TK yang gedung sekolah aja engga punya, padahal di saat yang sama ada dua TK lain yang punya gedung punya baju seragam. Kenapa Ibu milih disitu? Baru beberapa bulan yang lalu ibu bilang, karena Ibu percaya gurunya bagus, bagus dalam artian bagaimana mendidik anak-anak kecil sebagai pondasi. Bukan bermaksud menjelekkan guru lain lho ya...

Begitu pula SMP-sekarang semakin jauh dari rumah, banyak yang bilang kok tega sih anak perempuan satu-satunya disuruh kuliah sampai kerja jauh-jauh. Mungkin kalau engga digituin saya bakal jauh lebih manja dari sekarang.

Ibu selalu menanamkan bekerja atau tidak bekerja kamu harus menjadi perempuan berkualitas, karena kamu lah yang mendidik anak-anak kamu nanti. Ambilah setiap keputusan dan bertanggungjawablah, jadilah perempuan yang berprinsip. Seperti saat sekarang saya memutuskan resign dari PNS, banyak yang menentang cuma Ibu yang bilang “apapun keputusan kamu, bertanggungjawablah, Ibu selalu mendukung kamu”.

Ada moment paling berharga buat saya dengan Ibu,  sekitar 4 tahun lalu, ketika itu saya baru saja wisuda, teman-teman saya ke salon dan ke gedung untuk wisuda naik mobil atau minimal taksi lah, saya naik becak, Ibu saya bilang “engga apa-apa kan sang juara naik becak?”, pertama kali melihat Ibu menangis haru dan  bilang bangga dengan saya, seumur-seumur baru kali ini Ibu bilang begitu, rangking 1 dari SD, bahkan juara umum pun Ibu engga pernah bilang seperti itu. Beliau menyatakan bangganya kepada saya, cukup gelar “Cumlaude Terbaik”, duduk di bangku deretan paling depan, mengobati rasa sakit Ibu terhadap orang-orang yang dulu menganggap remeh Ibu, menganggap Ibu tega sama anaknya.

“Biarlah kamu jadi orang kampung asal otak kamu bukan otak kampungan”


Ibu, Eyang, dan Saya di Lebaran 2012 kemarin



3.      Mbak Dewi Rieka

Mungkin sekarang sudah tidak asing lagi dengan nama itu, iya beliau adalah penulis Best Seller Anak Kos Dodol. Pertama kali, sekitar tahun 2009 saya membeli buku pertamanya, jaman dulu masih musim friendster. Biasalah saya sok ngritik bukunya mbak Dewi, hahahah.. tapi malah dari situ saya mulai kenalan.

Buku-buku beliau selanjutnya pun mulai saya beli, saya yang memang dari awal  suka nulis, diberi semangat buat terus menulis. Dari beliau pula saya mengenal Multiply (yang sekarang tewas) mengenal blog. Mengenal namanya kopdar.

Sampai sekarang nih, kalau apa-apa, pasti deh selalu mbak dewi bilang posting-posting, ayo tulis. Beneran emak dodol yang satu ini nih yang selalu ngasih semangat. Katanya engga harus beken untuk menulis, itu Andrea Hirata aja bisa, sebelum dia punya buku Laskar Pelangi siapa yang mengenal, setiap orang punya kesempatan kok.

Mbak Dew juga nih yang jadi tempat curcol (waswas deh kalau curcolan saya ntar dikomersilkan) hahahaha  sok penting banget. Kini saya mulai belajar lebih serius lagi. Entah dari kapan Mbak Dewi selalu menyemangati untuk terus nulis, ikut lomba nulis, apa saja, terus berlatih. Mungkin kalau saya tidak bertemu mbak Dewi, saya engga akan kenal namanya blog, engga kenal yang namanya Multiply. Beliau pula yang memperkenalkan saya pada satu per satu para teman-teman penulisnya, agar saya pede. Apapun tulisanmu, jangan pernah minder, setiap orang punya taste sendiri-sendiri. Silakan ke sini kalau mau lihat coretan emaknya kos dodol.


Nuhun pisan tangteh Dedew...

kopdar pertama dengan Tangteh Dedew di tahun 2009


4.      Mommy Ayu
Saya mengenal Mommy atau banyak yang memanggil Teh Ayu ini dari blog. Ibu dari dua bidadari, Kirei dan Aiko kece badai deh, yang bikin saya sirik abis. Kenapa kenapa kenapa?

Awalnyanya sih saya suka aja baca-baca postingan beliau, tentang kehidupannya, tentang Kirei,  terus baru tahu kalau beliau ini jago masak. Asli tiap lihat blognya, please jangan pernah berkunjung pas lagi laper. Mungkin kalau saya jadi tetangganya Mommy, saya bakal tiap hari minjem sesuatu ke rumah Mommy modus buat nyicipin masakannya.

Selain jago masak, Mommy ini jago moto juga, lihat deh ke sini , padahal ya katanya itu pakai kamera handphone dan kalau engga salah kadang penerangannya ditambah pakai lampu senter.

Saya mungkin belum pernah bertemu, selama ini pun kami hanya lewat dunia maya untuk berkomunikasi. Tapi jujur dari Mommy, saya banyak belajar how to be the great woman, wife and mom. Dulu saya berpikir dengan fasilitas komplit kita baru bisa menjadi hebat, dari Mommy saya lihat, sering beliau membuat masakan yang luar biasa dari bahan yang bener-bener asli nemu sisa di kulkas, nemu tahu satu aja bisa jadi makanan yang endang bambang (baca: enak banget), silakan berkunjung ke blog beliau , pasti banyak engga nyangka foto-foto makanan itu hanya diambil dari kamera hape, iya handphone, yang kata Mommy handphone China. Beneran Mom?

Asli, sebagai seseorang yang baru saja mendapat amanah menjadi istri, kehidupan Mommy yang ditulis beliau, banyak menginspirasi saya.

Tulisan ini sekaligus kado saya untuk perempuan-perempuan yang menjadi inspirator saya selama ini, juga untuk perempuan-perempuan hebat di luar sana.

Ingatlah dibalik kesuksesan para laki-laki, ada perempuan hebat di belakangnya.


GS Lt.4, 22 April 2012
10.45

10 komentar:

  1. Waa..jadi tersanjung afin, makasih byk ya say untuk semuanya..terima kasih udah mau jd temenku * peluuuk

    BalasHapus
  2. tulisannya inspiratif ^_^

    BalasHapus
  3. makasih mbak mbak wuri.... :)

    BalasHapus
  4. suka sama semua yg ditulis kecuali ini : Ingatlah dibalik kesuksesan para laki-laki, ada perempuan hebat di belakangnya.
    kenapa mesti di belakang sih bahasanya?hehehee...

    after all, nice share Afin *sembari jiwit mak Dedew :l:

    BalasHapus
  5. Mbak Uniek: eh...apa ya mbak pasnya selain "belakang"?

    Makasih udah dikritik dan salam kenal :)

    BalasHapus
  6. hiks hiks aku terharu ada gitu yah orang yg terinspirasi sm aku :((

    tapi beneran say, eyang juara bgt, masyaAlloh, bahkan aku aja kadang suka mikir kl suami gak ada sanggup gak yah ngasih mkn anak, ini sampai nguliahin 4 anak...

    jd dirimu resign say?kenapa? luar biasa lho... diantara berjuta orang yg pgn jd pns....

    apa krn ga mau LDM? subhanalloh...^^

    BalasHapus
  7. ini mi cerita sekelumitnya http://coretanndoroayu.blogspot.com/2013/04/kuis-i-not-perfect.html

    iya, aku nulis ini sambil nangis lho, kalaumenurut logika manusia, mana bisa..mana bisa gaji yang mungkin untuk makan berlima aja mungkin kurang, tapi Alhamdulillah, Allah selalu mencukupkan rejeki setiap hambaNya...

    BalasHapus
  8. Betul2 wanita2 yang menginspirasi yah,,
    salam saya yah,,,
    jangan lupa mampir dimari yah hehehe

    BalasHapus
  9. salam kenal... *meluncur ke tkp*

    BalasHapus

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design