(Kok) Ustadzah Pacaran (?)

sebelumnya mohon maaf, kalau tulisan ini bikin ada yang tersinggung. Just sharing...

Saya mengenalnya karena beliau ini sahabatnya sahabat saya, pertama mengenalnya saya langsung bilang ''Mbak cantik''. Bahkan namanya di henpon saya saya tulis ''Mbak X Cantik''. Lumayan sering ketemu, dan saya selalu bilang ke sahabat saya (yang juga sahabatnya), ''Mbak, tadi aku ketemu Mbak X cantik''. Waktu itu saya kagum aja, santun, berjilbab lebar, cantik. ''Mbak, Mbak X tuh ikut rohis ya? cantik ya? anggun ya? aku pengen deh bisa gitu''. Sempat diingetin sahabat saya, ''dek, kamu tuh jangan suka gitu, menilai orang dengan cepat''.

Salut...pas wisuda, beliau ini masih mempertahankan kerudungnya yang menutup dada, meski pakai kebaya. Saya masih nyeletuk pas dikasih liat ''Aku mau ahh ntar kalau wisuda kayak gini, kerudungnya tetep nutup dada, dandannya minimalis banget, kayak Mbak''. Pokoknya terkagum-kagum dulu mah.

Seiring berjalannya waktu, beberapa tahun kemudian, saya ketemu lagi di facebook. Shock!! itu kata pertama yang bisa menggambarkan saya. Saya melihat beliau ini, tanpa lagi kerudung lebarnya yang anggun, masih pakai kerudung, tapi kerudung jadi sebatas leher, yang dimasukin t'shirt. Tak berapa lama, foto profilnya berdua dengan seorang lelaki, pacarnya. Status hampir semua tentang lelaki itu.

Kemudian saya bertemu sahabat saya yang juga sahabatnya, ''Mbak kok Mbak X jadi gitu, aku kaget, dia kan dulu ikut rohis, aku dulu pengen kayak dia, cantik, anggun, pakai rok terus, ga jabatan tangan langsung sama lawan jenis, tapi aku belum bisa, dan aku kaget dia berubah seperti itu''.

''Dek, dulu kan aku udah pernah ngingetin kamu, inget jangan terlalu cepat menilai orang, kamu terlalu mengagumi dia, kamu ga inget everyone can change, aku remove dia, karena aku ga tahan sama status-statusnya''.

Ada lagi... saya pernah kena omelan di facebook oleh ustadzah juga. Shock, lagi-lagi. ''kamu jahat fin'' dan sederet kalimat lainnya yang menyakitkan. Engga pernah saya bales, engga pernah saya hapus. Cuma kaget, tapi yaudahlah.

Dan beberapa pengalaman lain yang lumayan mirip, entah saya yang menilai mereka yang terlalu tinggi atau bagaimana. Cuma kecewa aja.

Saya tidak menganggap saya jauh lebih baik atau menyalahkan. Menurut saya itu cuma oknum. Dan saya juga bukan yang menilai ketaatan orang melalui panjangnya jenggot atau lebarnya kerudung.

Saya sendiri pun belum sepenuhnya bisa menjalani seperti itu sepenuhnya. Pernah dari blog siapa saya lupa, menuliskan, orang terlalu mencibir kerudung yang diiket dan sebagainya, bukankah itu lebih baik daripada melihat hotpant dan mini skirt, tank top dan kemben.

Ya semua proses...tapi kayaknya kalau udah sering dipanggil ustadzah kalau kayak gitu kok jadi ga pas aja..

entahlah...
sedang kecewa aja...


kamar kecil kosku, jum'at 27 April 2012
21:27