Minggu, 29 Mei 2011

Saya dan Uno

Saat ini saya sedang dekat dengan seseorang. Sebutlah namanya Uno. Saya mengenalnya sekitar 8 bulan yang lalu dalam sebuah acara kantor. Tidak ada acara kenalan, semua mengalir begitu saja, tukar menukar nomor handphone pun saya tak ingat siapa meminta kepada siapa. Tak ada yang istimewa. Sampai pada hari-hari terakhir, semesta membuat saya merasa berbeda. Jatuh cinta? Bukan. Saya katakan bukan, karena orang mengidetnikan jatuh cinta dengan perasaan yang berbunga-bunga, deg-deg kan, jadi salting, dsb. Saya biasa saja, hanya ada yang lain, saat itulah pertama kalinya saya ngobrol ya ngobrol, bukan sekedar basa-basi, bukan diskusi kelompok, bukan untuk memberitahu, dsb. Ada yang beda.

Entahlah,perasaan apa itu. Perasaan nyaman, perasaan seperti pernah mengenalnya, perasaan dekat. Ya, semacam itulah.
Hari berganti minggu, minggu telah berubah menjadi bulan. Saya akui, saya yang menghubungi Uno duluan setelah acara itu. Hubungan saya dan dia menjadi dekat, itu yang saya rasakan, meskipun dia tetap sama seperti balok es. Dingin, kaku, tapi juga mampu mendinginkan suasana.

Hingga suatu hari, awal November, saya merasakan perubahan itu, dia mulai menjauhi, mulai menjaga jarak, sampai suatu hari, dia hilang dari list teman saya di facebook, perasaan takut kehilangan Uno langsung menyergap saya. Meskipun setelah itu dia kembali masuk list. Tapi, mulai saat itulah, saya merasa jauh lebih ketakutan  jika suatu hari saya kehilangan dia, posisi saya tak pernah tahu status dia bagaimana. Tak lama berselang setelah kejadian itu, dia bilang ingin pergi dari saya,dengan alasan saya terlalu baik. Untuk pertama kalinya, saya menangisi seorang lelaki hingga seperti itu.

Saya wanita normal yang pasti pernah jatuh cinta, pernah yang namanya naksir, saya pun pernah berpacaran. Tapi saya belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Saya nyaman menjadi saya tanpa harus berusaha sempurna di mata Uno, saya nyaman dengan sikapnya tanpa ada keinginan ingin merubahnya.

Saat ini, saya telah mengetahui semua.
Berawal di awal tahun baru, (lagi-lagi) dia ingin menjauhi saya, pada saat itulah saya memutuskan ingin jujur. Satu alasan waktu itu adalah saya tidak ingin kehilangan dia. Ya, dari situ akhirnya saya juga tahu alasan sebenarnya dia ingin menjauhi saya. Dia, Uno, takut suka saya. Ya Allah, alasan apalagi ini?

Bagi saya waktu semua seperti sekedar alasan, dari yang saya baik, takut suka saya. Hal yang pertama terlintas “ Seorang Uno bisa suka saya?”. Si Balok es itu, suka saya?
Antara senang dan tak percaya, ketika dia pun mengatakan dia nyaman dengan saya. Dan saya pun akhirnya tahu (mungkin). Kisahnya di masa lalu, yang membuatnya tak ingin membuka hati pada wanita lain.

Sedihkah saya? Patah hati kah saya? Sakit kah saya?
Jujur, iya walaupun sedikit. Entahlah, saya, saya yang tak pernah bisa mengerti ketika ada orang yang mencintai tanpa berharap ingin dicintai, orang yang mencintai namun tak memaksa memiliki, saya tak percaya itu. Dan sekarang, saat ini, saya seperti itu.

Apa yang saya inginkan? Apa yang saya cari?
Entahlah, meskipun sedikit, saya tidak memungkiri bahwa saya ingin memiliki Uno. Tapi perasaan lain lebih dominan, perasaan hanya ingin menjalani seperti yang sekarang ini saya jalani dengan Uno.

Uno mengatakan HTS (hubungan tanpa status). Namun, saya enggan menyebutnya demikian, tapi ada perasaan “kok gini?” ketika dia menyebut saya, temannya. Pacaran, saya pun enggan. Lalu? Entahlah.

Hanya entahlah, entahlah, dan entahlah. Dibilang  hanya teman, kok sepertinya menipu diri sendiri, perasaan saling sayang dan nyaman satu sama lainnya bahkan mungkin lebih dari sekedar itu apa iya cuma teman, HTS? Saya tidak suka, dengan istilah itu, rasanya apa yaa? Duuhh pokoknya tidak suka. Pacaran? Apalagi ini, saya takut putus, saya takut kehilangan kebersamaan ini jadi berubah.

Perubahan. Perubahan pada diri saya yang saya takutkan. Ketika akhirnya saya tahu perasaan Uno, apa yang dia rasakan. Saya tidak memungkiri bahwa terkadang ada keinginan lebih dari sekedar ini, semacam harapan, semacam perasaan lega juga karena hal terekam dalam pikiran dan hati saya selama ini *sebelum akhirnya Uno jujur adalah saya ini  semacam seseorang yang hampir menjadi pihak ketiga antara Uno dan Miss Uno. Ini yang sedang saya alami sekarang. Saya takut berubah yang membuat Uno tak nyaman. Sekarang-sekarang ini saya tidak bisa membiarkan diri saya diam, tanpa kesibukan, yang terlintas pertama adalah pasti melihat handphone, handphone, dan handphone. Ingin selalu dekat, ingin sms, ingin telpon, ingin mendengar suaranya, ingin ini ingin itu banyak sekali.

Hahahahaha

Perasaan apa yang sekarang yang dominan?
Saya senang, saya nyaman, mengetahui bahwa ternyata seorang saya bisa disayangi seorang Uno, meskipun entahlah sayang sebagai teman atau bahkan lebih dari itu. Saya bahagia. Inilah saya tidak ingin terbebani dan membebani dengan status. Yang saya inginkan, saya nyaman, Uno pun nyaman.

Perasaan negatif saya? Sering saya merasa bersalah membawa Uno pada keadaan aneh ini. Saya takut kehilangan tapi saya juga tidak ingin mengikatnya. Saya hanya ingin semua mengalir saja. Biarkan saja.

Senin, 24 Januari 2011
08:51:41

4 komentar:

 

Ndoroayu's Zone Template by Ipietoon Cute Blog Design