Ini cerita masih ada
sedikit sambunganya dengan yang di sini. Kalau engga nyambung di sambung-sambungin aja yaahh.. Hihiiihii maksa.
Jadi setelah kecewa gara-gara beasiswa, yasudahlah saya engga mau hunting
beasiswa lagi. Eh engga dinyana engga diduga di semester 5 kalau tidak
salah, saya tiba-tiba dipanggil Sekretaris Ketua Jurusan saya. Beliau memberi
amanah agar saya mau mewakili jurusan saya untuk ikut seleksi Mahasiswa
Berprestasi (mawapres), walaupun kata beliau kamu menang engga menang tetep dapat
juara tapi usahakan materi kamu juga jangan malu-maluin. Kenapa dibilang menamg
engga menang pasti dapat juara, jadi
kalau juara itu kan pasti ada juara I, juara II, dan juara III. Nah, di seleksi mawapres tingkat
fakultas itu akan diambil juara I dari DIII dan juara I dari S1 untuk maju ke
tingkat universitas. Kebetulan jumlah jurusan DIII di fakultas saya cuma ada 4,
jurusan DIII Bahasa Inggris, DIII Perpustakaan dan Informasi (jurusan saya),
DIII Kearsipan, dan DIII Bahasa Jepang, sementara kalau tidak salah jurusan
DIII Bahasa Jepang itu jarang mengirimkan wakilnya.
Foto sehabis Mawapres saat masih kurus
Singkat kata singkat
cerita sudah di hari H lomba dan langsung ada pemenang, saya juara II eh apa I
ya pakai ngaku-ngaku pula hihihiii. Jujur
dengan 3 peserta aja saya lupa saya juara berapa, yang jelas saya yang emang mahasiswa kupu-kupu jadi kenal
mahasiswa jurusan lain, dan doohh bikin
makin minder aja deh, yang lain
anak kampus banget, ada yang anak BEM
ada yang ikut di jurnalistik kampus, ada yang udah wara-wiri ke luar negeri
buat mewakili kampus. Eh ya, karena
peserta DIII dan S1 digabung jadi ya
kita ngobrol-ngobrol.
Dan semakin tertohok
itu, engga tau ya itu gombal atau
saya ke geeran atau memang cuma basa
basi, waktu itu ada yang dari BEM bilang, “kok
kamu engga masuk BEM?”, dan dengan polosnya saya bilang “engga tau caranya”. Dan diketawain tuh
sama peserta lain,”kamu yang waktu
semester I presentasi di GOR itu kan?”, ditanya lagi saya, “ehhh kok tau mas?”, kaget aja itu kan
udah lama dan itu semua jurusan ada disitu engga cuma 10-20 orang ada mungkin
100an , ”aku liat kayaknya sih kamu
pinter tapi tipe mahasiswa yang engga aktif ya tipe-tipe mahasiswa kupu-kupu,
coba kamu ikut BEM atau yang lain pasti lebih berkembang, jadi engga monoton
juga hidupnya”. Aseem!! Habis dipuji
langsung dibanting. Hahahaha..
Tapi ya gimana ya,
saya dulu kuliah aja udah jenuh
apalagi kalau dari 06.30 sampai 17.30. Boro-boro pagi-pagi setengah hari kuliah
aja bawaannya pengen pulang ke kos
buat ngegame ngademin pikiran atau ke warnet ngadem
beneran. Hahahaha...
Layaknya kehidupan
sehari-hari memang kehidupan kampus menghadirkan berbagai mahasiswa dengan sisi
kehidupannya dengan kampus, ada mahasiswa yang aktif berorganisasi sampai
kuliah malah jadi nomor dua, ada yang sebaliknya seperti saya, ada yang mungkin
seimbang seperti mbak-mbak dan mas-mas peserta tadi.
Walaupun mungkin
ya... mungkin lho...sebenarnya kalau dipikir-pikir ada benernya juga ikut
organisasi karena sesuatu harus imbang dari kedua sisinya kan ya? Engga melulu kampus tapi juga perlu
berorganisasi, perlu bersosial jadi engga
sama itu-itu aja gaulnya. Alah bahasanya. Selain itu, di tahap jadi mahasiswa
ini kita disiapkan untuk siap terjun dalam kehidupan masyarakat. Bukan lagi
dianggap dasar anak sekolah masih bau kencur, dan berorganisasi (mungkin)
adalah tempat yang tepat untuk tempat belajar.
CMIIW...
Ini adalah curhatan
mantan mahasiswi kupu-kupu. Hehehehe...
Rumah Dahlia
Selasa 14 Mei 2013
10:34
ih kamu...
BalasHapuskok samaan sih?
:)))
hahaaaaa.... kita kan sehati :p
BalasHapus